Semua Bab Menjadi Istri Kedua Kakak Ipar : Bab 51 - Bab 60

120 Bab

51 Istri Pertama Tetap yang Utama

Slavia mencoba untuk berpikir positif, meski perasaannya gelisah tidak keruan. “Halo Vi, apa berita itu benar?” tanya Raras ketika dia menghubungi Slavia melalui sambungan telepon. “Berita apa, Ras?”“Berita kalau kamu ... jadi istri kedua, itu betul?” tanya Raras terbata. “Aku Cuma mau memastikan saja, semoga sih nggak betul ....”“Aku memang sudah menikah, Ras. Aku pernah cerita kan sebelumnya?”“Ta—tapi kamu nggak pernah bilang kalau kamu jadi istri kedua, Vi!”Slavia menggigit bibirnya, dia bingung bagaimana harus menjelaskan hal ini kepada Raras. Malah kalau dipikir-pikir lagi, Slavia tidak memiliki kewajiban untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada siapa pun.“Gimana ya, Ras ... Aku Cuma bisa bilang kalau pernikahan kedua ini atas izin istri pertama, jadi ....”“Tapi istri pertama suami kamu adalah kakak kamu sendiri, jujur aku nggak paham sama hal itu.”Slavia semakin dibuat tidak nyaman, karena status istri kedua selalu tampak salah di mata sebagian orang.
Baca selengkapnya

52 Kesaktian Media Sosial

“Tapi tidak ada yang neror kamu kan?” “Nggak ada, tapi ....” Slavia menggantung ucapannya.“Tapi apa?”“Orang-orang jadi hujat aku, Mas.”Rio terpaku mendengar penuturan istri keduanya.“Mereka memang nggak kenal aku secara personal, tapi tetap saja mereka menghujat aku yang dibahas dalam artikel berita yang viral akhir-akhir ini.” Slavia melanjutkan. “Aku harus gimana, Mas?”Rio menggenggam tangan Slavia untuk menyalurkan ketenangan.“Bagaimana kalau kamu tutup media sosial kamu, jangan dulu aktif atau cek apa pun lagi ... Aku bukannya egois satu tidak mau mencarikan jalan keluar, tapi memang inilah situasi yang harus kita jalani. Pernikahan segitiga seperti ini sering sekali dipandang negatif oleh sebagian besar orang, aku atau kamu tidak bisa mengontrol pendapat mereka.”Slavia menarik napas. Rio mana mengerti tentang perasaannya karena bukan dia yang dihujat, bukan pula Shara.Melainkan dirinya yang berstatus sebagai istri kedua dan dianggap perebut suami orang.“Aku su
Baca selengkapnya

53 Bertukar Jadwal Malam

“Maaf, aku belum bisa cerita apa-apa. Intinya, aku nggak kayak yang mereka bilang di pemberitaan itu. Kamu percaya kan?” “Iya, Vi. Setidaknya kamu harus cerita kenapa bisa kamu mau jadi istri kedua, sedangkan status itu adalah status yang selalu dianggap negatif sama masyarakat?” Slavia menarik napas, pikirannya menerawang ke segala arah. Dia enggan mengumbar masalah rumah tangganya, tapi kelihatan sekali jika ada orang yang sengaja mengobral lika-liku pernikahannya yang dipelintir sedemikian rupa sehingga menjadi viral seperti ini. “Aku akan ceritakan intinya saja, suatu saat nanti mungkin ....” “Ayolah Vi, biar orang-orang nggak memandang negatif terus tentang kamu.” “Aku paham, Ras. Masalahnya nggak segampang itu, ada banyak nama yang harus aku jaga privasi mereka.” “Oke deh, Vi. Kapan pun kamu mau cerita, aku selalu siap mendengarkan.” “Terima kasih ya, Ras. Aku titip toko kita selama aku belum bisa ke sana ....” “Santai, kamu bisa mempercayai aku.” Slavia tersenyum lega,
Baca selengkapnya

54 Jejak yang Cukup Jelas

Shara mau tak mau tersenyum, dia tidak menolak lagi ketika Rio mulai menanggalkan pembatas yang terbentang di antara mereka untuk segera bersatu padu menuju satu tujuan. Selagi mereka dikuasai gelora, Shara tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia ukir beberapa tanda cinta yang teramat indah di dada dan leher Rio supaya momen percintaan mereka tidak serta merta hilang begitu saja dalam waktu singkat. Keesokan paginya, Slavia beraktivitas seperti biasa. Dia memandikan Nico, memakaikannya baju dengan setelan pilot, kemudian turun ke dapur untuk sarapan. “Pagi, Bik! Kak Shara belum turun?” sapa Slavia basa-basi. “Belum, Mbak. Pak Rio juga belum kelihatan dari tadi,” sahut Bik Tata tanpa menoleh ke arah Slavia. “Masakannya sudah matang dari tadi, mungkin mau makan duluan.” “Terima kasih, Bik.” Slavia tetap berusaha bersikap ramah kepada asisten rumah tangga yang dipekerjakan Rio. “Nico biar saya yang gendong,” usul Bik Tata setelah dia selesai mencuci panci, dia mengulurkan tang
Baca selengkapnya

55 Seharusnya Tidak Pakai Perasaan

Sejak sebelum atau bahkan sesudah Slavia hadir di tengah-tengah mereka. Maafkan aku, Vi. Rio berbisik dalam hati. “Ibu mantap sekali,” puji Bik Tata yang masih menggendong Nico. “Apanya yang mantap, Bik?” “Duh, Ibu jangan pura-pura ... Di sini kan sudah nggak ada siapa-siapa selain bibik.” Shara mengernyit. “Saya nggak tahu bibik ngomong apa, mantap gimana maksudnya?” Bik Tata nyengir lagi, setelah itu dia berbisik di dekat Shara. “Ibu sama bapak mantap, kejar setoran ya? Sampai merah-merah begitu ....” “Eh, masa sih?” Shara menutup mulutnya dengan telapak tangan. “Bibik jangan bercanda, aduh—saya jadi nggak enak sama Via kan?” “Kok nggak enak, Ibu sama bapak kan suami istri!” “Aduh, bibik nggak akan ngerti ... Serius tadi ada bekasnya, Bik? Jangan-jangan Bibik cuma mau goda saya ....” “Sumpah, Bu! Saya lihat sendiri kok, jadi seharusnya Mbak Via juga lihat.” Shara sontak lemas mendengar pengakuan Bik Tata. “Kasian Via ....” “Kok kasihan sih, suami istri kan wajar kalau s
Baca selengkapnya

56 Aku Ingin Mundur, Mas

Slavia diam sejenak. Kata-kata bijak Shara belum mampu membuat tenang sejak dia tahu bahwa selama ini dirinya dihujat oleh sebagian orang yang membenci pernikahan segitiga ini. “Apa aku ... mundur saja ya, Kak?” “Hah, maksud kamu?” Slavia menarik napas panjang, terlihat sedang tertekan. “Kenapa tiba-tiba kamu berpikir begitu, Vi? Apa selama ini Mas Rio kurang adil sama kamu?” Slavia tidak menjawab. “Kamu nggak perlu khawatir, nanti aku akan bicara sama Mas Rio supaya membagi segalanya dengan lebih adil ....” “Nggak usah, Kak.” Slavia menggeleng. “Kalau tiba saatnya nanti ... mungkin aku akan mundur kalau sudah nggak sanggup lagi.” Shara tertegun, dia membelai puncak kepala Slavia sembari menghela napas. “Apa maksudnya sudah tidak sanggup lagi?” Suara di belakang mereka membuat keduanya menoleh. “Mas ... kamu sudah pulang?” tanya Shara buru-buru. Slavia mengubah ekspresi wajahnya menjadi biasa saja, dia mengalihkan perhatiannya kepada Nico yang berbaring di atas karpet. “Ap
Baca selengkapnya

57 Lepas dari Pengawasan

Shara ternyata sudah berdiri di depan pintu kamar tamu yang terbuka sedikit, dia membelalakkan matanya ketika menyaksikan Rio yang sedang bercumbu mesra dengan Slavia. Nico semakin rewel ketika Shara mengajaknya kembali ke kamar utama. “Sudah dibilang, papa sama ibu kamu lagi asyik-asyikan berdua!” desis Shara seraya menaruh Nico di atas karpet. “Kamu jangan ikut-ikutan bikin mama kesal ya?” Nico berguling-guling di karpet sambil terus merengek, tapi Shara tidak peduli. Pandangannya menerawang jauh, hingga dia tidak lagi mengawasi Nico yang bergerak terus hingga tubuhnya bergeser melewati karpet. Tidak dapat dipungkiri, bagaimana sakitnya hati Shara ketika melihat sendiri bagaimana Rio memperlakukan Slavia. Dia tidak bisa menerima karena ternyata Rio berbuat hal yang sama seperti yang biasa mereka lakukan saat berdua saja. Awas saja, geram Shara. Awas saja kalau sampai aku lihat bekas sekecil apa pun di kulit Mas Rio, aku nggak akan tinggal diam. “Aku minta maaf kalau aku belum
Baca selengkapnya

58 Pernikahan Ini Menyiksa

Shara terdiam, dia bahkan tidak sadar kapan Nico meninggalkan kamar. Anak itu kan belum bisa merangkak, jadi bagaimana bisa dia jatuh?“Mas, jangan bicara sembarangan! Aku tadi sama Nico ada di kamar, kamu tuh yang salah, ngapain saja sama Via?”“Kok jadi kamu yang nuduh aku? Justru karena Nico sama kamu, makanya aku percaya kalau kamu bisa menjaga anakku ....”“Oh begitu, seenaknya kamu menyalahkan aku sedangkan kamu sendiri asyik-asyikan sama Via di kamar?”Rio mengerutkan keningnya mendapati respons Shara yang jauh lebih emosional daripada dirinya. Bukankah jelas-jelas dia yang salah karena telah lalai menjaga Nico? Bagaimana kalau Nico terluka parah gara-gara kelalaiannya itu?“Apa maksud kamu? Kenapa jadi memojokkan aku sama Via?”“Karena kalian berdua cuma peduli sama urusan kalian sendiri!” tunjuk Shara ke dada Rio. “Kalian nggak peduli sama perasaan aku!”Rio mengacak rambutnya, tidak mengerti kenapa tiba-tiba Shara berubah sedrastis ini mengingat kemarin-kemarin dia be
Baca selengkapnya

59 Terpaksa Mengambil Langkah Terakhir

Rio berdiri dan meninggalkan Shara untuk merenungkan semua ucapannya tadi, dia hampir saja menyerah dan berniat untuk melepas salah satu dari istrinya. Namun, orang-orang pasti akan menyudutkannya sebagai seorang suami yang jahat.Serba salah.“Sebenarnya apa yang terjadi, Mas?” Slavia bertanya ketika Rio muncul di kamar tamu untuk melihat Nico.“Shara ... sepertinya mulai tidak stabil lagi,” keluh Rio, membuat mata Slavia membulat sempurna.“Aku nggak mau Nico kenapa-kenapa, Mas!”“Nico terluka?’Slavia mengangguk. “Dia tidur setelah tadi sempat rewel, beruntung lukanya nggak parah. Ini keajaiban, Mas. Seandainya Nico nggak dilindungi, pasti ... bayi sekecil ini, Mas ....”Slavia mendekap Nico semakin erat, kedua matanya basah. Dia membayangkan saat-saat menegangkan yang Nico alami setiap kali emosi Shara sedang tidak stabil.“Maafkan Shara, ya?” ucap Rio dengan suara berat. Bukan dia ingin membela istri pertamanya, tapi lebih supaya hati Slavia merasa dihargai.“Apa nggak
Baca selengkapnya

60 Dua Pilihan Sulit, Bertahan atau Pergi?

“Aku tidak akan begitu, sekalian aku harus cek keadaan Shara juga. Semoga saja emosinya sudah lebih stabil.” Slavia mengangguk, dia tidak ingin menceritakan tentang kemarahan Shara terhadapnya. Pagi itu ibu datang berkunjung dengan wajah masam. “Bu, kok tidak kabar-kabar kalau mau ke sini?” sapa Rio sembari menyalami ibu mertuanya. “Memangnya kenapa, saya ini ibunya Shara. Masa saya harus lapor dulu kalau mau ketemuan sama anak sendiri?” tukas Rini, ibu mertua Rio. “Bukan begitu, Bu. Maksudnya biar aku bisa suruh Bik Tata untuk masak makanan kesukaan Ibu.” “Oh, kalau itu sih Via juga bisa. Suruh saja Via yang masak, dia tinggal seatap sama kamu juga kan?” Rio mengangguk. “Suruh dia bikin teh dulu, saya mau lihat Shara.” “Baik, Bu.” Rio terpaksa membiarkan Rini bersikap semaunya di rumah sendiri, tapi biar bagaimanapun dia adalah ibu mertua yang harus tetap dihormatinya sampai kapan pun. “Vi, ibu kamu datang!” kata Rio memberi tahu. “Ibu? Serius, Mas?” Rio mengangguk, ekspre
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status