Semua Bab Menjadi Istri Kedua Kakak Ipar : Bab 31 - Bab 40

120 Bab

31 Kami Tidak Akan Bercerai

“Cie, cie ....” Raras nyengir menyambut Slavia setelah kepulangan Ardan. “Jadi gimana nih, pasti dia ngajak jalan-jalan ya?”Slavia tersenyum rikuh.“Jangan dibahas, itu urusan pribadi Ardan.” “Kok main rahasia-rahasiaan sama aku sih, Vi? Ardan itu pasti lagi pedekate sama kamu, aku bisa lihat dari sorot matanya setiap kali dia menatap kamu.”Slavia menarik napas, dia tetap pada pendiriannya.“Aku belum bisa menjalin hubungan sama siapa pun, Ras.”“Lho, memangnya kenapa?”“Kamu percaya seandainya aku bilang kalau aku sudah menikah?”Raras terbelalak lebar mendengar pengakuan Slavia.“Ah, kamu ini. Kalau bercanda suka kelewatan, nggak masuk akal begitu ... Nggak lucu ah, Vi!”“Aku nggak bercanda, Ras! Aku itu ....”“Sudah deh, aku ngerti kalau kamu melakukan itu cuma buat menghindari Ardan karena ... mungkin saja kamu belum siap atau kamu nggak suka sama dia?”Slavia menggeleng, tapi tetap saja Raras tidak mempercayai pengakuannya itu.Enggan berdebat, Slavia lebih memili
Baca selengkapnya

32 Berniat untuk Mengambil Hati Rio

“Terus kenapa nggak kamu lakukan, hah? Kamu sengaja berkhianat?”“Aku cuma melakukan apa yang sudah kamu tentukan.”“Aku nggak percaya, pasti Via yang selama ini hasut kamu! Aku nggak akan tinggal diam, aku harus kasih pelajaran sama dia!”Rio sigap menahan tangan Shara sementara satu tangan lainnya meletakkan cangkir kopi.“Via tidak salah, Ra ....”“Lepaskan, Mas! Aku akan bikin dia menyesal!”“Ra, tenang dulu!” “Nggak ada! Aku nggak akan bisa tenang sebelum Via pergi dari kehidupan kita! Kalau perlu aku akan membuat hidupnya hancur, seperti dia yang sudah menghancurkan rumah tangga kita!”Rio terpaksa menarik Shara dan membenamkan bahunya dalam pelukan erat.“Ra, aku masih sayang kamu. Berubah lah, kita masih bisa memperbaiki rumah tangga kita ....”“Kalau begitu ceraikan Via, Mas!” isak Shara memaksa. “Aku nggak mau dimadu, apalagi sama adik sendiri!”Rio membelai puncak kepala Shara. “Berubah lah, aku yakin kamu bisa menerima Nico dan Via. Aku janji akan berbuat adil
Baca selengkapnya

33 Merasa Jadi Orang yang Kejam

“Bu, Via pergi ke mana sih?” tanya Shara melalui sambungan telepon.“Ibu tidak tanya, terakhir dia pamit itu katanya mau ke luar kota.” “Luar kota mana? Luar kota kan luas, Bu!”“Mana ibu tahu? Kan kamu sendiri yang suruh Via untuk pergi sejauh mungkin dari keluarga kecil kamu.”“Iya sih, tapi aku takutnya justru ternyata Via ada di dekat-dekat kami ....”“Nggak mungkin, dia pasti tahu diri. Lagian kamu masih di rumah Rio kan, jadi pasti luar kota yang dimaksud Via itu adalah luar kota yang biasanya jauh itu lho! Masa ibu harus jelaskan panjang lebar?”“Oke, aku ngerti. Via pernah telepon Ibu lagi nggak setelah dia pergi?”“Pernah, tanya kabar ibu sama ayah kamu. Ibu bilang saja biar dia fokus menata hidup di sana, jangan ganggu keluarga kakaknya lagi.”Shara tersenyum lega, setidaknya sang ibu masih mendukung sampai sekarang.“Ya sudah. Kalau nanti Via telepon ibu lagi, bilang sama dia untuk kasih tahu alamat domisili dia sekarang. Aku minta tolong ya, Bu?”“Tapi buat apa
Baca selengkapnya

34 Rio Sudah Tahu Rahasia Itu

Di satu sisi, Slavia ingin terbebas dari prasangka buruk Shara yang semakin ke sini semakin membencinya. Namun, di sisi lain dia juga tidak mungkin menolak kesempatan emas untuk bisa bertemu lagi dengan anak kandungnya.“Ra?” panggil Rio begitu dia tiba di rumah.“Ibu di belakang sama Nico, Pak!” sahut Bik Tata yang sibuk memasak.“Oke, Bik!” Rio langsung menyusul istrinya ke taman belakang rumah.“Eh lihat, Papa sudah pulang!” Shara kebetulan melihat kedatangan Rio dan bergegas menyambutnya.“Ra, aku akan secepatnya jemput Via pulang. Tidak apa-apa kan?”Shara sontak membeku.“Kamu serius, Mas? Kamu dan Via tetap akan bersama biarpun aku sudah berusaha jadi ibu yang baik untuk Nico?”Rio menatap Shara lembut. “Biar bagaimanapun keadaannya, aku akan tetap mempertahankan kamu selama kamu bersedia hidup bersama-sama mereka.”Shara menyeka matanya.“Aku nggak keberatan kalau sama Nico, tapi Via? Aku nggak sanggup, Mas!”“Ra, Via bukan orang lain bagi kamu kan? Kalian kakak ber
Baca selengkapnya

35 Karena Ambisinya yang Besar

Tanpa sepengetahuan Rio, diam-diam Shara meninggalkan rumah pagi-pagi buta. Dia sengaja berangkat lebih awal supaya semua urusan bisa selesai hanya dalam satu hari saja.Untuk sementara, nomor kontak Rio terpaksa dia blokir agar tidak menghambat pertemuannya dengan Slavia.Berbekal alamat yang berhasil didapatkan temannya, Shara akan memisahkan Rio dan Slavia sebelum mereka berdua bertemu.Beberapa jam kemudian, Shara berhasil mencapai kota yang menurut informasi adalah tempat domisili Slavia selama ini.Sembari menahan panasnya terik matahari, Shara segera menepi ke dalam salah satu kafe yang sudah ramai pengunjung.“Terpaksa harus aku aktifkan dulu nomorku,” gumam Shara setelah dia memesan segelas jus jeruk dan seporsi kentang goreng.Begitu nomor diaktifkan, beberapa notifikasi langsung muncul dan Shara dengan sabar menunggu hingga berhenti.Setelah itu, mengabaikan panggilan dan juga pesan dari Rio, Shara memilih untuk langsung menghubungi adiknya.Di tempat yang berbeda,
Baca selengkapnya

36 Prioritas Utamaku adalah Nico

Slavia geleng-geleng kepala. Kalimat-kalimat yang Shara lontarkan selalu berujung kesalahan yang ditimpakan kepadanya. Sedikit pun Shara tidak merasa bersalah padahal ide pernikahan antara dirinya dan Rio adalah ide Shara sendiri. “Aku nggak bisa lama-lama di sini karena Mas Rio nggak tahu kalau aku pergi,” kata Shara. “Aku minta kali ini kamu punya pendirian, Vi. Aku sama Mas Rio akan bahagia kalau kamu pergi.” “Aku sudah ambil keputusan, tapi Kak Rio yang nggak mau talak aku. Kenapa Kakak nggak paham juga? Sebagai istri Kak Rio, seharusnya Kakak lebih tahu karakter suami Kakak itu gimana kan?” Shara menatap tajam Slavia, dia sangat tidak suka kalau adiknya itu membantah. “Seharusnya Kakak yang usaha untuk membujuk Kak Rio, percuma aku minta talak kalau Kak Rio sendiri nggak mau.” Slavia mengingatkan. “Ah sudahlah, memang kamu ini nggak becus! Percuma juga aku jauh-jauh datang ke sini, buang waktu aku saja.” “Aku pulang duluan, aku juga sudah mengorbankan waktu dengan datang k
Baca selengkapnya

37 Dibilang Pelakor

“Nakal kamu ya! Sudah ngompol, pipisnya buat mainan, terus ini nggak bisa anteng! Kamu sengaja ya kalau sama mama suka bikin emosi?” Suara omelan Shara akhirnya sukses memantik tangis Nico hingga berlinang air mata, tapi dia justru semakin dibuat jengkel. “Nangis terus, bisanya kamu memang cuma nangis, nangis, sama nangis!” Shara terus mengomel sambil mengepel sisa-sisa pipis Nico. “Bayi kerjaannya kok menyusahkan begini, hei bisa diam nggak kamu?” "Shara!" Suara lain tiba-tiba muncul di tengah tangisan Nico dan juga omelan Shara. "Apa sih—Mas Rio?" Mata Shara terbelalak ketika bertatapan mata dengan suaminya. "Kamu kok sudah pulang?" Tanpa menjawab pertanyaan Shara, Rio memilih untuk langsung mengangkat Nico yang masih menangis kencang. "Itu Nico kena pipis, jangan langsung gendong!" Shara memperingatkan. "Jangankan pipis, dia pup saja aku tidak masalah." "Tapi lihat ini! Nico ngompol sembarangan, kenapa dia nggak pakai popok instan sih, Mas? Jadi aku nggak perlu repot-rep
Baca selengkapnya

38 Kita Pisah Ranjang Saja

"Aku nggak mau dipecundangi lagi untuk yang kesekian kalinya." Slavia menggeleng. "Aku tahu posisiku serba salah, Tante." Nico merengek-rengek lagi, membuat ibu Rio memutuskan untuk mengambilnya dari gendongan Slavia. "Sepertinya kamu juga perlu menenangkan diri," kata ibu Rio. "Suasana hati kamu sedang tidak bagus, makanya Nico jadi rewel." Slavia membiarkan saja saat ibu Rio membawa Nico keluar dari kamarnya. Shara dan ibunya sudah menyambut di depan ketika mobil yang dikemudikan Rio tiba di halaman rumah mereka. Slavia tersenyum kepada kedua mertuanya begitu turun dari mobil Rio. “Lama nggak bertemu, Vi.” Ibu memeluk Slavia begitu Rio menggandengnya mendekat. “Ibu juga,” balas Slavia sambil tersenyum. Shara kelihatan tidak ingin berlama-lama basa-basi menyambut pasangan adik dan suaminya. “Kita mulai saja makan malamnya,” kata Shara sambil menarik lengan Rio. “Ayo Vi,” ajak ibu sambil membimbing anaknya masuk ke dalam rumah. Di meja makan sudah telah terhidang b
Baca selengkapnya

39 Status yang Dipandang Rusak

"Aku akan bicara sama Shara secepatnya," janji Rio. "Aku harap tidak ada yang merasa dirugikan, biar bagaimanapun aku cuma manusia biasa yang terjebak ide gila dari istriku sendiri ...." "Sabar Kak, sudah ada Nico yang membutuhkan kita. Semoga Kak Shara menerima," timpal Slavia. "Apa? Kamu sama Via mau tinggal seatap?" Shara tidak bisa menahan rasa terkejutnya ketika Rio pulang ke rumah dan mengutarakan niatnya. "Ra, aku kan sudah kasih tahu kamu tentang niat aku untuk tetap mempertahankan kalian berdua ...." "Kamu egois, Mas!" "Aku bisa apa, Ra? Situasi saat ini benar-benar tidak memungkinkan aku untuk memilih salah satu di antara kalian berdua, apalagi Via ternyata bukan adik kandung kamu. Itu artinya aku tidak harus menceraikan salah satu dari kalian." Shara menghela napas berat. Inilah yang paling dia takutkan di kemudian hari, rahasia keluarga besarnya terungkap ke publik. Bahkan sampai detik ini pun Shara tidak mengetahui siapa orang yang telah memberi tahu Rio tentang k
Baca selengkapnya

40 Dibuat Menggunakan Air Mata

“Maaf Pak, saya sudah salah bicara?” Bik Tata enggan meneruskan ucapannya, setelah itu buru-buru pergi ke dapur untuk mencicipi masakannya yang baru saja matang.“Kamu sudah pulang, Mas?” sambut Shara lembut.“Sudah, itu Bik Tata kenapa sih? Tumben sikapnya aneh sama aku.”Shara hanya tersenyum misterius, dia melakukan tugasnya sebagai istri yang baik dengan menawarkan secangkir kopi dan kue.“Mungkin Bik Tata kecapekan saja, Mas. Dia kan habis beres-beres kamar tamu buat Via,” ucap Shara akhirnya. “Jadi nanti kalau Via datang, dia sama Nico bisa langsung istirahat di kamar.”Rio menatap Shara dengan intens. “Apa aku tidak salah dengar? Kamu suruh Bik Tata mempersiapkan kamar buat Via?”“Iya Mas, apa aku salah? Atau mungkin kamar tamu harus didesain jadi kamar anak-anak, gimana?”“Tidak, bukan itu maksudku ....”“Terus apa, Mas? Jangan sampai Via merasa nggak nyaman karena harus mengasuh Nico juga kan?”“Soal Nico, kita bisa mengasuhnya sama-sama. Aku cuma ... tidak menyangka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status