Home / Romansa / Menjadi Istri Kedua Kakak Ipar / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Menjadi Istri Kedua Kakak Ipar : Chapter 101 - Chapter 110

120 Chapters

101 Dia Sudah Durhaka

“Dia adalah rekan kerja Via,” pungkas Gunadi. “Orang suruhanku bilang kalau dia selalu stay di toko, kadang juga bepergian sama anak kecil yang sering terlihat sama Via.” Rio mengamati foto yang diperlihatkan Gunadi kepadanya, dia harus bertemu langsung dengan wanita itu. Beberapa hari berlalu .... Slavia meraih ponselnya yang sedari tadi terus berdering, diliriknya nama penelepon yang tertera di layar sebelum mengangkatnya. “Halo, Ras?” sapa Slavia kepada rekan sekaligus sahabatnya. “Pak Rio sudah mulai mencari kamu,” kata Raras terus terang. “Aku tentu saja kaget karena tidak mengira kalau kalian akan bertemu lagi secepat ini.” Slavia menarik napas. Setelah sekian tahun berlalu, kenapa baru sekarang Rio tergerak hatinya untuk mencari keberadaannya? “Tapi kamu nggak bilang ke Pak Rio kan kalau aku punya anak dari dia?” tanya Slavia memastikan. “Jangan sampai dia dan keluarganya Pak Rio tahu soal Luna, aku nggak mau anak aku direbut juga nantinya ....” “Aku paham maksud kamu, V
Read more

102 Bawa Dia ke Hadapanku

Sepertinya permainan akan semakin menarik, pikir Slavia sambil menahan senyum misteriusnya di ujung bibir. Pembalasan akan segera kamu dapatkan, Mas Rio. Dengan tenang, Slavia mendatangi Gunadi yang mengangguk singkat ke arahnya. “Pasti Mas Rio yang menyuruh kamu untuk menyelidiki aku, kan?” tanya Slavia begitu dia tiba di hadapan pria muda itu. “Aku hanya menjalankan perintah saja, Vi.” Gunadi beralasan. “Apa yang diinginkan rekan bisnis kamu?” tanya Slavia lagi. “Setahu aku, aku sudah nggak ada urusan lagi sama Rio. Jadi buat apa dia menyuruh kamu menyelidiki aku? Apa dia khawatir aku sempat mengambil harta bendanya yang ada di rumah itu?” “Bukan begitu, Vi. Aku hanya mau menyampaikan pesan,” ujar Gunadi dengan nada biasa. “Kamu nggak perlu khawatir ...” “Apa yang Mas Rio inginkan?” potong Slavia tegas. “Mantan suami kamu minta untuk bertemu,” jawab Gunadi. “Aku rasa dia ingin membahas permasalahan yang terjadi di masa lalu.” Slavia menunjukkan sikap seakan dia tidak ingin la
Read more

103 Seakan Melihat Hantu

Tiba-tiba ponsel Slavia berdering. “Halo, Ras?” “Aku lagi di resto nih, coba tebak siapa yang datang!” Di sebuah restoran yang belum lama ini dibuka, riuhnya para pengunjung yang antre makanan diskon seolah menyambut kedatangan Rio sekeluarga. “Mas, kalau begini caranya sama saja dengan kita mempercepat bangkrutnya restoran kita sendiri!” celetuk Shara kesal. “Kenapa kita nggak makan di resto sendiri sih?” “Hati-hati kamu kalau bicara,” tukas Rio tidak senang. “Aku masih ingin menginvestigasi rasa masakan di sini, biar aku tahu apa yang jadi daya tarik restoran baru ini—rasa yang berkualitas atau demi potongan harga semata.” Shara mendengus pelan, dia dan Rio memang seringkali berbeda pendapat. “Kalian mau makan apa?” tanya Shara setelah mereka mendapatkan meja. “Aku mau udang goreng tepung lagi, Ma!” “Oke, Mas Rio apa?” “Cah kangkung dan ikan goreng saja.” Shara mengangguk. “Minumnya apa?” “Es jeruk, dan es susu cokelat untuk Nico. Kamu sendiri pesan apa?” “Nasi goreng saj
Read more

104 Kembalinya Slavia

“Luna!” panggil Nico keras. “Kak Nic!” Lunara menoleh lalu berlari sebelum Ardan sempat mencegahnya. Kedua bocah itu kini berhadapan dan saling menumpahkan kerinduan layaknya sepasang sahabat yang sudah lama tidak bertemu. “Kenapa aku nggak pernah ketemu kamu lagi di tempat les?” “Aku sibuk, Kak Nic. Aku kerja sama ibu ....” Shara berdecak sebal. “Siapa lagi bocah ini?” Rio melempar pandang memperingatkan kepada Shara, entah kenapa hatinya merasa terenyuh ketika melihat kebersamaan antara Nico dan teman perempuannya. “Nih, ambil!” Shara membanting udang di atas meja Slavia setelah dia pergi membayar dan ternyata udang itu merupakan pemberian untuknya. Sontak saja semua orang langsung memekik kaget. “Kamu jangan seenaknya menghina, udang segini saja masih bisa aku bayar berkali-kali lipat dari harga aslinya!” Sebagian pengunjung yang masih tersisa sontak menatap ke arah Shara, membuat Rio didera oh rasa malu yang teramat sangat. “Saya berikan ini khusus untuk anaknya tadi ...
Read more

105 Bukan Istri yang Baik

“Sudah selesai,” tegas Slavia. “Sejak kamu bilang kata cerai di telepon saat itu, hubungan kita sudah berakhir dan kamu nggak perlu repot-repot mencari aku lagi. Bukankah selama bertahun-tahun ini kamu sudah bisa hidup bahagia?” Rio tidak menjawab. “Seharusnya kamu lanjutkan saja hidup kamu dan tidak usah mencari tahu urusan aku lagi,” lanjut Slavia, setelah itu dia berbalik pergi untuk menyusul Ardan yang sudah berada di rumah bersama Lunara. Slavia masuk ke rumah dan menutup pintunya rapat-rapat, kemudian dia menoleh saat Ardan keluar dari kamar Lunara. “Aku pulang ya, Vi?” katanya. “Nggak ada masalah kan?” “Sebentar Dan, biar Pak Rio pulang dulu.” Slavia mencegah. “Aku nggak mau kalau sampai ada keributan malam-malam begini.” “Harusnya sih Pak Rio sudah lihat aku sejak turun dari mobil,” ujar Ardan tenang. “Kalau dia berniat ribut, pasti sudah dari tadi kita ribut.” “Tapi tetap saja kamu jangan terlibat apa pun sama Pak Rio,” sahut Slavia muram. “Istrinya sangat menyeramkan,
Read more

106 Pihak yang Sengaja Bermain

“Siapa yang minta cerai? Bukankah kamu yang memutuskan untuk menceraikan aku secara sepihak?” Rio mengernyitkan keningnya mendengar jawaban Slavia. “Aku menceraikan kamu secara sepihak?” “Nggak usah pura-pura bingung kamu, Mas.” Slavia menggeleng tidak percaya. “Kamu yang dengan sadar menceraikan aku, memisahkan aku dari Nico, lalu tiba-tiba kamu datang dan bersikap seolah-olah kamu adalah korban dari keegoisan aku ... Nggak habis pikir aku.” Rio diam. Andai dia tidak sedang menyetir, kemungkinan besar dia sudah mencecar Slavia dengan banyak pertanyaan yang selama ini bercokol di kepalanya. “Ini kita mau ke mana?” tanya Slavia mencegah kebisuan. “Ke resto.” Mendengar jawaban Rio, Slavia tidak lagi bertanya karena ingin mengikuti permainan ini dulu. “Lho, ini kan ...?” Gunadi terbelalak ketika melihat Rio muncul di depan ruangannya bersama Slavia. “Halo, Mas Gun?” sapa Slavia sambil tersenyum ramah. “Eh, halo Vi?” Rio menatap Gunadi dengan dahi berkerut. “Kamu ke depan dulu,
Read more

107 Rumah Tangga Mereka Dipertaruhkan

“Soal perceraian aku dan Via beberapa tahun yang lalu.” Shara terdiam bisu setelah mendengar ucapan Rio. “Perceraian kamu sama Via? Untuk apa lagi kamu membahas soal itu, Mas?” “Banyak hal yang menurut aku janggal, Ra!” “Apanya yang janggal? Berapa tahu perceraian kalian sudah berlalu? Via bahkan nggak pernah menampakkan diri sekadar untuk menengok Nico, ibu macam apa dia itu?” Rio menjatuhkan dirinya di sofa. Melihat wajah suaminya yang tampak keruh, Shara sudah bisa menebak jika ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi. “Mas, ada apa sih? Cerita sama aku.” Sebagai istri yang baik, Shara berusaha untuk tetap menanggapi kegelisahan yang Rio rasakan. “Apa betul Via yang minta pisah duluan?” tanya Rio sambil menatap Shara. “Aku kan sudah bilang berkali-kali, Mas ....” “Jawab saja, iya atau tidak.” Shara tahu jika saat ini kepercayaan Rio sedang berada di titik goyah, sehingga dia tidak ingin menjawab sembarangan. “Bukti surat permohonan itu sudah cukup membuktikan kalau Vi
Read more

108 Kamu itu cuma Mantan

“Tumben, kamu tidak berencana untuk membuat keributan sama Via kan?” “Enggaklah, Mas! Aku mau lebih bertanggung jawab saja sama Nico,” bantah Shara buru-buru. “Ya sudah, jangan lupa bawa payung untuk jaga-jaga karena sudah musim hujan.” Rio mengingatkan. “Aduh, ribet Mas! Nanti aku minta sopir taksi untuk parkir mepet di halaman gedung saja.” “Terserah kamu, pokoknya jangan sampai Nico kehujanan.” “Iya,” sahut Shara pendek, lalu segera memutuskan sambungan telepon. Kadang perhatian Rio yang begitu besar terhadap Nico membuatnya merasa iri. Andai saja aku punya anak yang terlahir dari rahim aku sendiri, batin Shara penuh harap. Rasanya sudah lelah hatinya untuk menunggu keajaiban yang tidak kunjung datang. Setibanya di tempat les, Shara langsung pergi ke kelas Nico meskipun jam pulang les masih beberapa saat lagi. “Di mana perempuan itu, belum datang kah?” Shara celingukan mencari keberadaan Slavia karena berpikir jika bocah yang bersamanya belajar di kelas yang sama dengan Nic
Read more

109 Mencuci Pikiran Anak Tiri

“Masih sepi, Ra. Tapi nggak sepi banget juga ....” “Pasti gara-gara resto baru itu ya? Kenapa nggak protes saja sama pemiliknya?” Rio dan Gunadi saling pandang. “Bukan hal yang sulit kan?” lanjut Shara sementara Nico sudah berlari masuk ke dalam rumah. “Bukan hal yang gampang juga, karena setiap orang berhak untuk membuka usaha apa pun meski di bidang yang sama.” Rio berpendapat. “Lagian lokasinya juga bukan di samping resto kita persis,” timpal Gunadi, membuat Shara merasa tidak puas. “Tapi buktinya resto kalian jadi kena dampak, kan?” “Namanya juga persaingan, Ra.” “Persaingan sih persaingan, Gun. Tapi ya setidaknya mereka pakai otak sedikit lah kalau mau saingan, bukan kayak sengaja cari lokasi yang dekat.” “Ya ampun, Bu Shara ini omongannya pedas sekali. Untung Nico sudah masuk rumah,” komentar Gunadi sambil senyum-senyum. Rio melirik istrinya. “Aku benar kan?” tukas Shara sembari menatap balik suaminya. “Jangan mau disaingi orang dengan cara nggak sportif, Mas.” “Darip
Read more

110 Hanya Shara yang Setia

“Nico tidak bisa kamu ambil begitu saja setelah kamu mengabaikannya selama bertahun-tahun,” desak Rio sembari membuntuti langkah Slavia. “Aku ibu kandungnya, kalau kamu lupa.” “Aku ayah kandungnya, kamu juga jangan lupakan itu.” “Aku nggak lupa, tenang saja.” Rio akhirnya habis kesabaran, dia tarik tangan Slavia menuju mobilnya yang terparkir di depan gedung les. “Lepaskan tanganku, Mas!” “Tidak sebelum kita bicara serius.” Slavia yang tadinya ingin pergi, akhirnya memilih untuk memanfaatkan situasi ini. “Sudah aku bilang kita lewat jalur hukum saja, aku nggak mau repot.” Rio menghentikan langkah dan membuka pintu mobilnya. “Masuk.” “Aku nggak mau, nanti istri kamu salah paham ....” “Shara tidak berhak salah paham karena aku hanya mau membahas masalah anak kita,” bantah Rio. “Cepat masuk, aku tidak ingin kita bicara sambil berdiri seperti ini.” “Kita ke resto saja,” usul Slavia. “Restoran tempat kita bertemu kemarin, gimana?” Rio mengangguk dengan berat hati. Situasi anta
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status