Home / Romansa / Berpisah Untuk Bersatu / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Berpisah Untuk Bersatu: Chapter 81 - Chapter 90

113 Chapters

Terakhir Bertemu Ema

"Ayung, benarkah ini kamu?" Ema bangkit dari tempat tidur, menyambutku. Dari raut wajah dan sorot matanya aku bisa tahu kalau dia lebih tenang, gembira dari pada beberapa hari yang lalu. "Oh Ayung, apa kabar kalian?"  "Kami baik, Ema dan kamu?"  Ema mendekat, memelukku dengan erat dan hangat. "Saya juga baik, Ayung. By the way, bisakah kamu membantu saya,  Ayung?" Perlahan-lahan, aku melepaskan pelukannya. "Apa itu Ema, semampu saya."  Ema melekatkan pandangan, seakan-akan ingin menyelam hingga ke dasar. "Aku rindu rumah Ayung, terutama Elora. Bisakah kamu melebihi Suster supaya aku diperbolehkan pulang lebih cepat? Oh, aku juga rindu Mama. Ke mana kah dia Ayung, sampai-sampai tak pernah menjengu
last updateLast Updated : 2022-04-24
Read more

Berpamitan, Maaf dan Terima Kasih

Ratna tak berkutik di tangan Mas Wangi. Dalam lemah dan diam, mengajak pacarnya mengambil barang-barang di gudang lalu pergi, pulang. Hanya Mbak Kinan yang dipamiti, itu pun dari depan pintu ruang tamu. Tidak kembali masuk ke ruang keluarga.  Kami, aku terutama tidak masalah, sih. Bukan berarti takut untuk bertemu dengannya lagi. Apa yang musti ditakutkan?  Selama ini aku selalu mengalah, tak pernah membuat masalah apa pun dengannya. "Emh, maafkan sikap Ratna ya Mbak Ayung?" pinta Mbak Kinan begitu kembali bergabung bersama kami di ruang keluarga. "Ratna sudah banyak menyakiti Mbak Ayung. Untung Mbak Ayung orangnya baik, sabar." "Sayang banget ya Mbak Kinan, Ratna malah memanfaatkan kebaikan dan kesabaran Ayung?" 
last updateLast Updated : 2022-04-25
Read more

Memeluk Anak-anak Cinta

Tak terasa air mataku meleleh, mencair. Laiknya bongkahan es yang tersiram sinar mentari. Oh, sebentar lagi aku akan memeluk anak-anakku. Memeluk dengan sepenuh cinta, kasih sayang dan doa-doa. Oh, ohhhh, semoga seluruh harapan yang selama ini tersimpan dapat terwujud nyata. "Maju sedikit ya, Pak?" kataku pada driver mobil online. "Nanti ada pertigaan, nah rumahnya persis di pengkolan arah ke kanan. Nanti anak saya nunggu di depan rumah." "Baik, Bu." sahut si Driver singkat, sementara aku mulai membangunkan Lova supaya tidak terlalu bingung nanti tetapi sayang, tidak berhasil. Nyenyak sekali dia tidur, begitu juga dengan Baby Elora. Jelas, mereka kelelahan dalam perjalanan panjang Weinsberg - Sleman. Rasa hati ingin menciumi mereka, mengungkapkan rasa terima kasih. "Yang ada
last updateLast Updated : 2022-04-26
Read more

Membuka Lembaran Baru

"Mancing saja Ma, mancing!" usul Laut antusias, "Aku tahu taman pemancingan yang asyik. Aman juga buat Dek Lova sama Baby Elora."  Langit mengusulkan hal lain yang menurutnya lebih asyik, aman dan meriah. Jalan-jalan ke Alun-alun Selatan. "Di sana kan Mama, kita bisa naik becak kelap-kelip? Bisa main layang-layang juga. Habis itu bisa duduk-duduk sambil makan sate, siomay, batagor, bakso tusuk, cilok … Banyak lah pokoknya, minumannya juga asyik-asyik. Kalau Mama mau, ada Es tebu juga. Nah, pulangnya mampir ke rumah Uti." Giliran Bumi yang ambil bagian. "Gimana kalau kita jalan-jalan ke pantai saja, Mama? Tapi habis shalat subuh saja berangkatnya, biar bisa lihat sunrise. Lagian kala pagi kan Mama, pantainya masih tenang. Belum banyak ombak. Aman buat Dek Lova sama Baby Elora. 
last updateLast Updated : 2022-04-27
Read more

Bukan Berarti Sombong!

"Sering-seringlah ajak anak-anak ke sini, Yung. Jauh banget rumah kalian, Ibu nggak bisa ke sana. Sakit dadanya, kalau dipaksa naik motor. Kalau nggak dada, ulu hatinya nyeri." kata Ibu saat mengantarkan kami ke pinggir jalan, tempat memarkir mobil. Aku mengangguk, memberikan senyum sayang. "Iya, Bu. Insya Allah kami akan sering menjenguk Ibu, kok. Kalau anak-anak libur, Ayung pasti ajak mereka. Sekalian jalan-jalan biar nggak jenuh." Ibu membalas senyum sayangku. "Ibu juga pingin ke rumah kalian e Yung. Kalau kalian ke sini lagi, Ibu ikut ya pas pulangnya?" Sejujur-jujurnya kukatakan, aku terkejut tapi tak mungkin menolak. Bisa-bisa Ibu sakit hati. Lagi pula, nggak ada salahnya kan, nenek bermalam di rumah cucu-cucunya? Mas Tyas dan aku bisa saja berpisah, bukan suami ister
last updateLast Updated : 2022-04-28
Read more

Tetaplah Menjadi Baik

Aku memberi isyarat supaya Lova tidak mengulangi pertanyaannya lagi dengan meletakkan jari telunjuk di depan bibir. Syukurlah Lova mengerti dan sejauh ini aman. Artinya, Sari sama sekali tak melihat ke arah kami. Kalau iya? Bisa-bisa musnah aku diperolok-olok di depan umum. Ah! Kenapa aku jadi berpasangan buruk seperti ini? Jelas itu yang aku yang asli. Oh, entah apa yang telah merasukiku? Ampuni aku oh, Tuhan? "Oh, hai … Kalian suka makan bakso di sini juga?" pertanyaan Sari sontak membuat kami berhenti makan, menoleh ke arahnya. "Ugh, Bu Bos kok makannya bakso pinggir jalan? Nyesel, memalukan. Padahal mobilnya baru lho ya, mewah. Eh, lha kok jalannya di warung bakso pinggir jalan?"  Sebisa mungkin aku
last updateLast Updated : 2022-04-28
Read more

Jangan Mudah Menyimpulkan

Oh, aku benar-benar bingung sekarang. Merasa bodoh, dipermainkan, bingung, tak percaya dan sakit. Berarti, seandainya semua foto di akun aplikasi biru Ema itu benar adanya alias nyata, apa yang sebenarnya terjadi? Sandiwara, drama atau apa? Oh, jelas itu cerita fiksi! "Aku tulus banget sama kamu lho, Ema!" aku berbisik pada foto profil Ema. "Bener-bener tulus, lihatlah! Aku sayangi Baby Elora sama seperti aku menyayangi Lova, Bumi, Laut dan Langit. Oh, bahkan aku jaga semua kepercayaan kamu padaku tetapi kalau seperti ini, apa artinya?" Tak sanggup lagi aku membendung tangis, menahannya supaya tidak merembes. Apa itu berarti Ema hanya ingin menghilangkan Baby Elora dari kisah hidupnya? Maksudku, semua yang terjadi selama ini adalah jalan mulus hasil rekaannya untuk membuatku yakin ketika membawa Baby Elora pulang. Yakin bahwa itu satu-satunya jalan yang bisa aku tempuh dan tidak salah. "Oh, hahahaha … Pantas saja mamamu menolak keras-keras Baby Elora ya, Ema? Dia malah menitipkan
last updateLast Updated : 2022-04-29
Read more

Membangun Istana Surga

Tak selamanya mendung, tak selamanya juga cerah. Seperti itulah kesimpulan sederhana yang dapat aku untai sekarang. Tak ada beban yang lebih berat dari pada pundak, tak ada duka yang abadi. Tak ada luka yang tak mengering, mengelupas dan sembuh. Tak ada rasa sakit yang menetap. Ini dunia, segalanyalah fatamorgana."Yuk turun yuk, sudah sampai …!" aku memberi tahu anak-anak yang duduk tenang di belakang. "Ini lho Mas Bumi, tanahnya. Asyik nggak lokasinya?"Bumi tak sedikit pun menyembunyikan ekspresi bahagianya. "Wah, asyik banget Mama …!""Biar aku saja yang gendong Baby Elora, Mama." Laut langsung menurunkan the little sister dari baby car seat, "Yuk Baby Elora, kita lihat-lihat pemandangan yuk? Doakan ya semoga bisa jadi istana yang diberkahi Allah untuk kita. Nah, itu dia …!""Mama, Mama tunggu Lova!" anak gadisku hampir menangis, mungkin takut ditinggal. "Please, wait for Lova, Mama!"Gemas, Langit menggendong dan menerbangkannya di udara. Menangkapnya lagi dan tawa bahagia pun t
last updateLast Updated : 2022-04-29
Read more

Becik Ketitik Ala Ketara

[Dasar, perempuan murahan!][Sombong banget kamu ha, baru bisa beli mobil saja sudah sok!][Kami kan mau minjem, Ibu Ayung!][Bukan mau ngemis!]Mas Tyas langsung mengamuk di chat room tetapi aku tak mau ambil pusing, tentu saja. Untuk apa? Lebih baik melanjutkan perjalanan hidup bersama anak-anak cinta. Membantu Langit membangun usaha Taman Bacaan, membantu Laut memasak---dia jualan ayam katsu, jualan online---membantu Bumi membuat es lilin, nugget pisang dan salad buah. Supaya Kiddo Jajanan tetap eksis, katanya.[Wah, wah, wah!][Kebangetan bener nih, orang!]Dari pada mengundang dosa, aku memutuskan untuk memblokir kontak Mas Tyas. Kontak Sari juga. Cukup sampai di sini dan good bye! Masih ada banyak untaian mimpi dan asa yang wajib aku perjuangkan. Untuk apa meladeni mereka yang tak memiliki perasaan? "Oke, yuk anak-anak kita main ke rumah Bulek Uji, yuk?" ajakku sambil membenarkan letak kerudung Lova. "Mama sudah janjian tadi, kita langsung ke rumahnya saja."Seperti anak ayam y
last updateLast Updated : 2022-04-29
Read more

Orangtua, Keluarga dan Sahabat

Dik Uji mengantarkan kami sampai di depan pintu pagar. Sekali lagi aku memeluknya, seerat mungkin. Rasanya masih ingin terus berbincang, bercanda, tertawa bersama untuk melepaskan rindu yang semakin tebal. Oh, rasanya tak ingin berpisah sama sekali, sungguh."Mbak Ayung yang ikhlas ya, Mbak?" pesan Dik Uji sambil perlahan-lahan melepaskan pelukanku. "Diperluas lagi kesabarannya biar hati Mbak semakin lapang. Nggak usah diingat lagi yang sudah-sudah, dijadikan pelajaran saja ya, Mbak?"Mengangguk. Hanya itu yang mampu kulakukan. Begitu banyak air mata menyumbat kerongkongan. Terlalu berat untuk mengucapkan satu patah kata pun, terlalu sulit. "Uji doakan semoga Mbak dan anak-anak selalu dalam penjagaan dan perlindungan Allah." lanjut Dik Uji dengan ketulusan hati terpancar pada sorot mata. "Semoga selalu disayangi, diberkahi.""Aamiin. Makasih banyak ya, Dek?" terisak-isak aku berusaha untuk memberikan respon.""Sama-sama, Mbak." Dik Uji menepuk-nepuk pundakku, memberikan semangat. "Ma
last updateLast Updated : 2022-04-30
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status