All Chapters of Dendam dan Rahasia Tuan Muda: Chapter 141 - Chapter 150
205 Chapters
Aku sedih, Kakak
Malam itu, Lyra kembali dari rapat aliansi dengan rupa lebih semrawut dari benang kusut. Polesan di wajahnya berbaur ke mana-mana. Gaun panjangnya robek, menampilkan tubuh bagian atasnya, tapi sudah tertutupi jaket milik Ingvar. Gerwin pun meminta pelayan membantunya membersihkan diri.Myra diam-diam mengintip dari pintu kamarnya. Dia bisa mendengar suara makian Lyra yang membahana ke seluruh rumah.Dengan enggan Lyra melepaskan Ingvar dari pelukannya. Pelayan berhasil membujuknya ke kamar setelah Gerwin membentaknya dengan keras.“Benar-benar tidak tahu malu! Bersihkan dirimu sekarang!”Di dalam otak Gerwin saat itu adalah, tidak ada putri dari Semias yang memiliki nilai jual lagi. Cepat atau lambat keluarga Refendra akan mencegah Ingvar mendekati Lyra—atau bahkan seluruh keluarga Defras. Tapi Gerwin memiliki enam anak perempuan. Tidakkah di antara mereka ada yang akan dinikahi keluarga Refendra?Baru keesokan harinya Myra tahu k
Read more
Ini Bayimu!
“Kakak yakin Adhira yang berbuat itu padamu?”Lyra sontak mengangkat kepalanya. Setelah menceritakan kejadian menyakitkan itu, pertanyaan yang justru diajukan Myra adalah keraguannya akan anak biadab itu.“Dia tidur di atas tubuhku. Siapa lagi kalau bukan dia yang melakukannya?”“Mengapa dia mau melakukan ini padamu?”“Mana kutahu,” jawab Lyra dengan kekesalan yang mulai tersulut, “Dia kan sedang mabuk waktu itu. Lagian anak nakal seperti Adhira bisa melakukan tindakan bejat pada siapa pun.”Myra tak menampik pernyataan tadi. Dia sendiri tak begitu kenal dengan orang bernama Adhira selain dari cerita adiknya di tempat fisioterapi.Sejak kejadian naas itu, Myra jadi lebih sering menemani Lyra. Baru dia ketahui bahwa Lyra hamil di bulan kedua. Beritanya cukup membuat keluarga Defras heboh. Mereka memikirkan banyak cara untuk menggugurkan kandungannya. Sementara Lyra sendiri begitu tak
Read more
Lepaskan dia!
 Proses peradilan berjilid-jilid yang akhirnya membebaskan Adhira dari penjara itu semakin membuat Lyra dan Ingvar lebih sering bersiteru. Ingvar yang biasanya selalu bercumbu mesra dengannya jadi orang yang paling sering mengumpat sumpah serapah pada Lyra.Siang itu, setelah melalui persidangan terakhir, Lyra terlihat tengah berbincang dengan Ervan.“Aku sudah membuat pengakuan,” ucap Lyra di luar gedung persidangan. “Kuharap kamu tidak mengangguku lagi.”“Adhira tidak sepatutnya mengalami hal ini kalau sejak awal kamu tidak membuat tuduhan itu,” ucap Ervan.Lyra mengelak dengan nada tinggi, “Hei, waktu itu aku lagi setengah sadar! Lagian siapa suruh dia mabuk dan tertidur di depanku. Siapa lagi yang bisa kusalahkan kalau bukan dia?”Ervan menghela napasnya tak melanjutkan argumen lebih panjang. Dia melihat Adhira sudah masuk ke dalam mobilnya bersama Bunda Safira. Lyra pun hanya melirik
Read more
Kita tidak ditakdirkan bersama
 Senjata api teracung pada Genever. Myra tidak tahu dari mana Lyra bisa mendapatkan benda itu, tapi sepertinya Semias pernah menyimpannya di ruang kerja.“Kubilang lepaskan dia!”Gertakan tadi membuat Genever melepaskan Myra dari cengkeramannya. Myra langsung meluruskan tubuhnya. Meraih apa saja untuk membuatnya jauh dari laki-laki yang hendak menodainya itu.“Oh, ada Lyra rupanya.”Genever mengerling santai pada wanita yang dengan gemetar memegang senjatanya. Genever tak menunjukkan ketakutannya sama sekali. Dia justru melangkah ke arah Lyra.“Jangan coba-coba mendekat!” kecam Lyra lagi.Genever berbalik pada Myra yang masih menggeleng lemah, lalu menyeringai tajam. “Kamu mencurigaiku?”Myra berucap lemah, “Kamu yang membunuh Papaku, Gene!”“Haha… dan kamu percaya dengan kata mereka?” tandas Genever.“Kami sudah tahu niatmu
Read more
Semak Liar
 Di ruang tengah bangunan Lavandula, Myra membeberkan masa lalu yang suram tadi pada Adhira dan Ervan. Wajahnya bersimbah air mata. Dia tak lagi mengelak tentang penikaman yang dilakukannya pada Genever. Tak lagi menyembunyikan hal yang telah dilihat atau diperbuat dengan tubuh cacatnya itu.Adhira mengendus aroma lavender yang sejak awal menyebar di sekeliling mereka sambil bertanya, “Myra, siapa saja yang sudah mengetahui kejadian ini?”“Hanya Lyra yang tahu. Aku tidak tahu apa Flora juga tahu, tapi aku yakin dia pasti sudah menyerangku kalau tahu.”“Di mana kamu menyembunyikan mayatnya?”Myra menggeleng. “Lyra tidak memberitahuku apa-apa.”Dari cerita yang disampaikan Myra, Genever belum sempat mengatakan apa-apa tentang masa lalunya. Bahkan saat Flora menguraikan tentang Genever, mereka masih belum tahu apa sesungguhnya yang telah dia saksikan waktu ayahnya terbunuh di kediaman Limawa
Read more
Tembakanmu Meleset
Ervan dan Adhira berlari menembus kebun ceri yang mengelilingi sebagian halaman depan kediaman Sadana.Adhira tersengal, “Ervan… tunggu….”Ervan berhenti. Dia melepas genggamannya, sadar sudah menarik tangan Adhira terlalu kencang. Bekas kemerahan tak terlihat dalam remang, tapi Adhira pasti tak akan menghiraukannya kalaupun ada.Karena takut Kuswan mengejar mereka, Ervan pun membawanya bersembunyi di salah satu pohon yang agak besar. Adhira bersandar meraup udara sebanyak yang dia bisa ambil.“Ervan, Kuswan sudah mengetahui penyamaranku.”“Hm.” Ervan mengangguk.Dia menunggu sampai tenaga Adhira terkumpul. Teman yang dulu pernah memikulnya berkeliling lapangan enam puluh putaran itu sekarang bahkan tidak lagi sanggup berlari meninggalkan kediaman rumahnya. Ervan akan membopongnya jika dalam beberapa waktu Adhira masih terlihat belum kuat berlari.Belum sempat keduanya melangkahi pagar
Read more
Kamu Bukan Buronan
  Jahitan sepanjang dua puluh sentimeter mengukir mengikuti luka sayatan di sisi bawah rusuk kirinya, menyatukan lapis demi lapis organ, selaput usus, otot, dan kulit. Adhira mencoba menyentuh bagian itu, tapi tangannya masih belum dapat digerakkan sepenuhnya. Dia terjaga saat efek biusnya berangsur-angsur memudar, digantikan dengan nyeri hebat yang menyengat perutnya. Sekali lagi dia menggerakkan kakinya. Luka sayatan itu seperti kembali dikoyak dan dagingnya digigit. Dalam keadaan setengah tidur, dia memejamkan mata menahan sakit. Ervan tersentak bangun oleh gerakan halus yang dibuat Adhira. “Hira, kamu sudah bangun?” Pandangan kabur tadi perlahan-lahan jernih. Dia bisa melihat wajah Ervan dengan sangat jelas sekarang. Dahinya tergurat tegas. Salah satu tangannya menggenggam Adhira sejak dia masih tertidur. Adhira tersenyum tipis. Dia terus membuat napasnya lebih pelan karena gerakan dada yang terlalu kuat membuat sayata
Read more
Kasihani dirimu sendiri
Ervan tak lagi dapat mencari keberadaan Adhira setelah Alan Sadana dan Tamara meninggal. Haris mengurungnya dan menempatkan penjaga di setiap sudut rumah.Waktu Renal menemuinya di sana beberapa bulan kemudian, Ervan tengah terbaring di kamar dengan kedua tangan yang penuh dengan luka pukulan.“Om, Renal?”Ervan terbangun dari mimpi buruknya. Kepalanya berdenyut kencang, nyeri menjalari tulang belulangnya.“Di mana Hira?”“Kamu tidak usah mencarinya lagi, Ervan.”Renal menyodorkan setumpuk koran di samping Ervan.“Tidak mungkin. Dia tidak bersalah.”“Dia yang memasang bom di kediaman Refendra. Walau tidak ada korban jiwa, banyak keluarga aliansi yang terluka akibat kejadian itu. Dia juga menembak Teodro, Ervan!”“Itu yang kalian dengar.”“Lantas siapa lagi kalau bukan Adhira? Dia sudah mengincar aliansi sejak lama.”Ervan me
Read more
Keretakan masa lalu
Adhira meratapi lantai rumah sakit sambil mendengarkan kisah pilu yang telah dijalani Ervan untuk sampai menemukan dirinya lagi.Selama ini Ervan tak pernah menjawab tentang luka yang terbentuk di tangannya. Dia hanya menebak kalau itu adalah hukuman atas pelanggaran peraturan ketat keluarga Sadana. Dia tak menyangka Ervan mendapati itu sebagai upaya pemberontakan atas dirinya.Apa yang dia rasakan saat dia mendengar tentang kematiannya? Seberapa menderita dirinya menanggung kehilangan ini?“Yang kamu ketahui tentang Ervan, pastilah tentang sosoknya yang dingin, pemberang, dan keras.”Adhira menggeleng. Air matanya mulai bergulir ke pipinya. Ada panah runcing yang ditusuk ke jantungnya, diputar dan dicabut kembali.Renal kembali bertanya. “Kamu pasti juga tidak tahu isi botol obat yang selalu diminumnya, kan?”“Botol?”Saat di apartemennya Adhira melihat deretan botol tak berlabel. Jenis yang juga m
Read more
Penolakan
"Apakah Ervan tahu hal ini?”Renal menggeleng ragu, “Aku pernah bertanya padanya, dan dia bilang dia hanya ingat ada seorang laki-laki yang pernah menolongnya dari terkaman macan saat berada di hutan. Hanya sepenggal ingatan itu yang membuatnya yakin dia pernah memiliki seorang ayah yang lain dari Haris.”Terbongkar sudah alasan atas larangan Haris tentang pergi ke hutan dan memberi makan hewan buas itu. Semua ini dapat membuat Ervan kembali mengungkit tentang orang yang ingin dikubur dalam-dalam oleh keluarga besar Sadana.“Dua tahun setelah ledakan, kakakku meninggal dunia karena penyakit kanker. Anak yang masih begitu kecil tidak akan pernah mengerti arti perpisahan seperti ini. Namun Ervan tahu dia telah kehilangan dua orang yang paling menyayanginya di dunia ini. Pukulan bertubi itu juga tidak berhenti menorehkan masa lalu yang kelam untuknya. Haris dan ayahku disebut sebagai orang dengan karakter yang keras. Dia mendidiknya dengan c
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
21
DMCA.com Protection Status