Home / CEO / Terjerat Hasrat Boss / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Terjerat Hasrat Boss: Chapter 61 - Chapter 70

99 Chapters

Bab 61

POV: Liam.Sudah seminggu semenjak kami mengunjungi  rumah ayah Diva. Tidak ada sesuatu yang meresahkan mengingat pria tua Bangka itu mengusirku malam itu. Mungkin dia hanya menggertakku.Mataku melihat pesan Doni di ponselku, dia sudah mengirim alamat yang di katakannya tapi aku belum mendatangi tempat itu. Entah mengapa pikiran buruk terus saja bergerilya dalam relung jiwaku. Aku menolak tawaran itu.Tapi membayangkan ancaman dan harga diriku yang telah diinjak-injak ayah Diva. Aku harus memikirkan cara agar bisa bangkit dari keterpurukanku.Aku sudah berpakaian rapih dan duduk di ruang makan, menunggui Diva yang sedang membersihkan bekas sarapan kami."Mau kemana, Yang? Udah rapih aja, ini hari Minggu lho.""Ada urusan sebentar. Saya lagi nyari orang yang nanam saham di proyek aku." Balasku, "Setelah saya pikirkan, kamu benar. Buka kafe gak segampang itu. Tiba-tiba ayah kamu datang dan protes anaknya jadi pelayan kafe. Dia bisa ngamb
Read more

Bab 62

"Gimana Liam, mau terima tawaran kami?" tanya Rayhard. Kini Liam sedang duduk bersama keluarga besarnya. Dia tidak menyangka ternyata Doni mempertemukan mereka di sebuah restoran ini. Keluarganya meminta Liam untuk kembali ke perusahaan dan kembali menempati posisi jabatannya dulu. Meski Liam tidak mengerti mengapa tiba-tiba mereka meminta dia kembali. Tapi yang pasti Liam membutuhkan pekerjaan ini.Dari pembicaraan mereka sedari tadi, tidak sekalipun keluarganya menyinggung soal Diva, istrinya."Liam, pikirkan baik-baik. Kamu jangan keras kepala." Ujar Ibunya, "Cari kerja sekarang susah, Nak."Mungkin dulu akan dengan mudahnya Liam mendapatkan pekerjaan di perusahaan terkenal mana pun. Karena Liam memiliki kemampuan dan mengantongi ijazah yang tidak bisa disepelekan. Tapi, imejnya menjadi jelek karena berselingkuh dan itu mempengaruhi reputasinya di bidang bisnis."Begini saja, kalau kamu masih ragu. Diva juga bisa bekerja di perusahaan kita
Read more

Bab 63

POV : Diva"Hiii Diva! Wellcome back... Gak nyangka banget kamu bisa kerja di sini lagi. Biar kutebak... ini pasti karena kamu sekarang adalah adik ipar yang punya gedung ini... eya kaaaan.." Suara itu dari Nara, wanita itu teman lamaku yang berkerja di sini. Dia mengikutiku hingga ke meja tempat dudukku. Posisi tempatku berbeda dari tempatku yang dulu. Aku diberikan meja satu ruangan dengan staf penting yang lainnya. Termasuk dengan Nara, wanita itu dengar-dengar sudah naik jabatan. Setiap staf berhak mendapatkan promosi jika dia bekerja lebih dari 3 tahun. Dan setahuku Nara sudah lima tahun bekerja di sini."Aku seneng banget bisa satu kerja sama kamu lagi, Nara. Gila sih... gak nyangka bisa bareng kamu lagi," komentarku padanya, lalu kami berpelukan sambil tertawa riang. Hari ini aku mengenakan celana jeans panjang dengan atasan blouse putih ditutupin jas berwarna cream, tidak lupa tas selempang creamku yang menambah kesan femi
Read more

Bab 64

POV : DivaAku tahu bahwa aku melakukan kesalahan saat harus memeriksakan milik pribadi suamiku. Melihat ponselnya kepada siapa dia sering berkomunikasi. Jika benar Liam selingkuh, apakah aku harus memberikan dia kartu kuning atau kartu merah?Jika itu benar terjadi maka pernikahan kami akan di cap pasangan hasil selingkuh yang mendapatkan karma.Aku meraih ponsel Liam yang kebetulan aku tahu paspornya. Perlahan aku membuka kotak pesan teksnya. Tapi tidak ada yang kudapat, semua pesan teksnya sudah dihapus, apakah itu bisa membuktikan bahwa Liam sengaja melakukannya?Jika Liam bisa menghianati Samira, apa mungkin itu juga akan terjadi padaku? Liam bukan orang jahat, ya... dia pernah berselingkuh denganku. Tapi, dia mengatakan mencintaiku. Dia baik padaku."Diva? Kok belum tidur sayang?" suara Liam pelan terdengar. Aku hanya menggeleng pelan. Untung aku sudah meletakkan ponselnya kembali. Aku berusaha tersenyum memaksa menatapnya."Sini bobo.
Read more

Bab 65

Samira sedang berada di kantor, ia bersyukur mendapatkan meja kerjanya dekat dengan jendela yang dapat melihat pemandangan di luar. pandangannya tak terhalang apa pun. Ia bisa melihat langit yang berwarna biru. Pada usia yang masih terbilang muda Samira sudah menyandang status janda, tetapi ia tidak merasa terbebani dengan itu. Wanita itu menikmati hidupnya meskipun tidak sempurna. Ia sadar semua mata memandangnya sebelah mata karena status jandanya.  Orang akan berpikir negatif jika ia dekat dengan lawan jenis walaupun hanya sebatas teman saja.Dia mengetik terus di laptopnya dan sesekali melirik ke arah ponselnya yang tak berdering, biasanya setiap hari akan banyak pesan dari teman-temannya untuk mengajaknya sekedar nongkrong di kafe atau minum di bar. Dia menyukai bersenang-senang dan berkumpul--club malam, minum, shopping. Tapi sekarang semua orang seperti menjauh darinya.Ketika Samira sedang berjalan di lorong, langkahnya terhenti mendengar suar
Read more

Bab 66

POV Diva"Sayang, saya duluan berangkat kerja ya. Ada yang harus saya urus pagi ini. Kamu gak pa-pa kan berangkat sendiri hari ini?" Ucap Liam sambil mencium keningku. Aku mengangguk melihat dia terburu-buru mengambil kunci mobilnya. "Hati-hati di jalan sayang, jangan ngebut," kataku sambil mengekor. "Kamu tenang aja, saya pasti hati-hati. Hari ini ada kerjaan yang hanya saya yang bisa handle, Mas Ray menyerahkan pekerjaan ini untuk saya urus." Liam berkata sambil memakai jas hitamnya tanpa menoleh padaku. "Aku gak pa-pa kok berangkat sendiri, kamu tenang aja. Setelah sarapan aku berangkat naik taxi."Liam memelukku sebelum pergi, aku merasakan pelukannya sangat erat dan sepertinya dia berat mendengar aku berangkat naik taxi. Aku masih memakai lingerie hitam, mataku juga masih berat dan mengantuk. "Maaf ya kamu harus naik taxi. Saya janji akan membelikan kamu mobil secepatnya." Liam kembali mencium keningku, dan aku h
Read more

Bab 67

POV Diva.{ Maaf, Kali ini tolong kamu mengerti. Saya gak bisa menemani kamu makan siang. Kita bisa makan malam di rumah nanti. Jangan merajuk, sayang }Aku menatap pesan teks Liam tak berkedip. Siang ini aku masih duduk di kantor seorang diri. Jam makan siang seperti ini kantor akan sepi, hanya aku yang belum makan siang karena menunggu kedatangan Liam.Waktu berlalu dengan cepat, hari semakin sore. Aku mengemas barang-barangku, lalu kumasukan ke dalam tasku. Aku berjalan tidak bersemangat dengan langkah pelan menuruni tangga.Sampai di luar gedung, aku memesan taxi online pulang ke rumah. Di persimpangan jalan di dalam mobil, aku memutuskan mengganti alamat tujuanku."Pak, saya minta tolong mobilnya putar balik, saya arahin tempatnya. Nanti saya tambahin ongkosnya.""Baik Bu."Apa aku sudah siap dengan kenyataan buruk yang nantinya aku terima. Pengalaman
Read more

Bab 68

POV DivaMalam ini lebih panjang dari satu hari untukku yang bermimpi buruk ini, dan siang lebih panjang dari malam untukku yang menunggu kedatangan Liam saat ini. Hanya terdengar rintik hujan yang menemaniku malam ini.Saat malam semakin larut, aku berbaring di sofa putih yang terletak di ruang tamu memejamkan mata, membiarkan kekhawatiranku memudar. Hanya tidur lelap yang bisa membantuku dapat memulai hari besok dengan seperti biasa.Kenapa Liam tidak mengabariku jika dia pulang terlambat? Pikiranku penuh dengan banyak pertanyaan untuk Liam. Memikirkan kemana saja Liam seharian ini.Tidak lama suara pintu terbuka terdengar, mataku masih terpejam namun kupingku tajam mendengar suara langkah kakinya."Sayang... kamu sudah tidur?" Dia menyentuh bahuku, terpaksa aku pura-pura seperti orang yang baru bangun tidur, "Lihat saya bawa apa ini?  Di seberang gedung tadi ada pembukaan kafe, saya dengar spaghettinya enak jadi saya ngantri untuk membelika
Read more

Bab 69

Liam terbangun setelah mendengar suara horden tergeser. Mata besarnya menangkap Diva yang sedang membuka horden putih itu, bibirnya melengkung. "Morning, sayang.""Nanti temenin aku ya beli bahan makanan, hari ini kan libur."Liam bangkit ke posisi duduk, kemudian berkata. "Maaf sayang, bukan saya gak mau. Tapi, Papa nyuruh saya dateng ke rumahnya. Saya juga gak tau ada apa."Diva masih diam dan hanya mengamati wajah suaminya, dengan perasaan curiga Diva bertanya. "Jangan bilang keluarga kamu ngelarang kamu bawa aku?" "Mm-mm ya gaklah sayang. Kalau kamu mau ikut ya gak apa-apa. Kamu bisa ikut." Liam tampak kesulitan menjawab ucapan Diva. Orang tuanya bahkan terang-terangan mengingatkan Liam untuk tidak membawa Diva ikut ke acara keluarga mereka. Diva segera masuk ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi bersama Liam sebelum pria itu memberikan banyak alasan untuk meralat kembali ucapannya. Liam menyisir rambutnya dengan kasar dan fru
Read more

Bab 70

Sekarang Diva sedang berada di rumah mewah keluarga Liam Kavindra. Ia sendiri tidak tahu keluarga itu sedang membuat acara apa, Liam hanya bilang berkunjung biasa dan makan siang bersama. Sejak menikah Liam memang tidak pernah membawa Diva ke rumah keluarganya, karena Rayhard masih belum menerima Diva sebagai istri Liam. Bagi Rayhard Diva adalah perusak rumah tangga Liam dan Samira. Liam menggandeng Diva untuk masuk dan menyapa keluarganya. Diva tidak menyangka Samira juga ada di sana, wanita itu berpikir positif. Mungkin keluarga Liam masih menganggap Samira sebagai bagian dari keluarga ini. Dari tempatnya berdiri Diva bisa melihat Samira sedang asyik mengobrol bersama Ibu mertuanya dan Viona. "Apa kabar Mah? Maaf Diva gak bawa apa-apa soalnya tadi buru-buru." Ucap Diva kepada wanita yang berambut disasak itu. Ibu Liam menoleh dan berkata, "Santai aja, gak apa-apa." Lalu kembali melanjutkan obrolannya dengan Samira dan Viona. "Kap
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status