Home / CEO / Terjerat Hasrat Boss / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Terjerat Hasrat Boss: Chapter 71 - Chapter 80

99 Chapters

Bab 71

Diva kembali ke dalam, duduk di sofa dan kembali melihat interaksi keluarga Liam dengan Samira. Dia diam saja mendengar suara tawa Samira. Sejujurnya Diva sangat merindukan kehangatan di rumah bersama keluarganya, tapi sayangnya hal itu pun tidak ia dapatkan di keluarga Liam.Seandainya saja ibunya masih hidup dan ayahnya tidak berselingkuh mungkin keadaan keluarganya tidak seperti ini."Kenapa dari tadi diam aja?" Ujar Liam.Diva menghela pelan, ia berusaha tersenyum kepada Liam. "Gak apa-apa. Aku hanya merasa iri melihat keluarga kamu tertawa bahagia, kelihatan sangat seru berkumpul seperti ini."Liam melirik ke arah Samira, ada perasaan tidak nyaman terbersit. "Kamu mau pulang, sayang?"Sebenarnya Diva ingin pulang saja, tapi ia malah menggeleng. "Jangan. Kan belum malem, gak enak kalau kita pulang begitu saja." Ucap Diva. Liam mengelus kepala Diva lembut."Yaudah kita bentar lagi pulangnya, tapi kalau kamu pingin kita pulang sekarang bil
Read more

Bab 72

Samira sengaja meminum susu kotaknya dengan lambat diselingi obrolan ringan. Dia sangat menyukai ketika berada di dekat Liam, nyaman dan penuh sensasi yang menyergap hatinya. Tangannya masih memegang gelas isi susu.Sesuatu yang Samira tidak percaya bahwa rasa itu masih sama, dia pikir perasaan itu malah semakin bertumbuh semenjak keadaan tubuhnya menjadi berbeda."Cepat habiskan, semua orang sedang menunggu kita di atas," ujar Liam lembut."Aku bisa tersedak kalau cepat-cepat. Lagian aku gak pernah makan minum tergesa-gesa," sahut Samira."Saya tau," Liam mengangguk, "kamu masih suka minum. Udah berhenti ke club kan?" Mata Liam mengintimidasi, seakan ucapan itu amaran untuk Samira."Tenang aja. Kamu masih aja protektif."Namun, seolah dipermainkan takdir. Diva berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri, mendengar pembicaraan mereka. Mendengar ucapan Liam yang bernada perhatian dan cemas itu. Perhatian Liam itu membuat Diva cemburu dan mer
Read more

Bab 73

POV DivaApakah Liam adalah bayi anak dalam kandungan Samira? Banyak yang mengganggu pikiranku sekarang dan sulit untukku terima. Mengapa tidak ada seorangpun yang memberitahuku tentang apa yang sedang terjadi. Dalam waktu singkat aku harus menerima suamiku telah mempunyai calon bayi di perut wanita lain.Aku tidak menyangka berada di tengah-tengah orang yang menutupi kebenaran ini padaku. Mereka bisa sesantai itu? Aku pikir wajar Samira masih menjaga hubungan dengan keluarga mantan suaminya, tapi ternyata ada yang mereka sembunyikan. Kehamilan Samira. Aku memperhatikan perut Samira yang tidak bisa jelas kulihat bentuk tubuhnya karena ia memakai pakaian baby dol yang mengembang. Di kantor ia jarang memakai dress ketat, lagi pula aku tidak pernah sedetail itu memperhatikan dia. Bisa kubayangkan betapa bahagia kedua orang tua Liam karena akan mempunyai cucu. Lalu bagaimana dengan perasaan Liam? Aku melangka
Read more

Bab 74

"Saudari Samira Basagita, silahkan masuk." Seorang wanita di dampingi pria berjas hitam rapih masuk untuk melakukan pemeriksaan setelah menunggu dua puluh menit lamanya.Diva yang mematung dari kejauhan langsung berjalan ke arah pintu yang telah tertutup itu. Membaca tulisan di depan pintu 'Dokter spesialis kandungan' wajahnya yang cantik berubah 180 derajat kaget, sedih, bercampur aduk membuatnya hancur. Tadi pagi Diva langsung mengikuti Liam dengan taxi, bersamaan dengan kedatangan Liam, Samira muncul di rumah sakit itu membuat Diva menunggu apa yang sedang kedua orang itu lakukan di rumah sakit. Kecurigaannya ternyata benar, Samira hamil. Tapi Diva tidak bisa membuktikan itu, ia harus masuk dan langsung menanyakan pada mereka yang sudah tertangkap basah. Tapi Diva tidak cukup keberanian untuk masuk menemui Liam. "Maaf Mbak, itu yang tadi masuk pasangan suami-istri?" Tanya Diva kepada wanita yang tadi memanggil Samira."Maksudnya Bu Samira,
Read more

Bab 75

POV : Diva"Diva?" Suara Liam terdengar di belakangku, dia sedang memasuki dapur melihatku yang duduk di ruang makan dengan dahi berkerut, "Apa kamu sakit? Akhir-akhir ini kamu banyak melamun, sayang?"Liam membuat sendiri kopi pahitnya lalu duduk di depanku membawa secangkir kopi. Aku menyerup tehku yang sudah dingin. Sudah hampir dua jam aku duduk di sini dengan pikiran campur aduk."Aku gak apa-apa. Bagaimana dengan pekerjaanmu apa semua berjalan lancar?" Tanyaku."Proyek yang kemarin ada masalah dengan investor? Oh, itu Mas Ray nyuruh saya mengambil alih dan menyelesaikannya." Jawab Liam lalu menyerup kopinya, "Sebenarnya saya gak mau menerima itu, mas Ray itu hanya baik kalau ada maunya aja." Tambahnya mendumel.Aku memperhatikan wajahnya yang datar tanpa eksepresi. Entah mengapa  aku terus dibayangi rasa takut kehilangan karena  kata-kata Nara. Aku butuh mendengar kebenaran dari mulut Liam."Kamu sama Samira kembali dekat kan
Read more

Bab 76

"Saya akan bicara dengan mas Ray tentang kamu berhenti bekerja." Ujarnya. Beberapa saat kemudian ponselnya berdering, sedetik kami saling berpandangan. Liam tampak terkejut dan gugup setelah melihat layar ponselnya. Siapa yang menelponnya?"Kenapa gak diangkat?""O-oh." Suaranya pelan, "orang yang gak penting," jawabnya. Suara ponsel masih berdering dan sikap Liam semakin gugup. Dia seperti menutupi sesuatu."Angkat mungkin itu penting."Akhirnya dia mengangkat panggilan itu, setelah itu Liam mengambil langkah menjauh dariku. Dia tidak ingin aku mendengar pembicaraan mereka.Itu pasti dari Samira. Mungkin ada keluhan dengan kandungannya dan orang yang Samira telepon adalah Liam. Setelah Liam selesai dengan panggilannya, wajah Liam menjadi berubah. Dia terlihat shock dan serba salah menatapku. Kenapa? Apa tebakanku benar, yang menelpon adalah Samira?"Ada panggilan mendesak saya harus pergi."Kamu kan tahu Liam, aku tidak bisa hidup ta
Read more

Bab 77

"Diva?" Seseorang menyapanya, "maaf aku telat."Diva tersenyum, setelah dia amati wajah Bram ternyata tampan juga. Patutlah Samira ingin bertunangan dengan Bram. "Gak apa kok, lagian kalau gak macet bukan Jakarta, bukan?" Jawab Diva dengan elegan. Seberat apa pun yang  dia jalani Diva tidak mau orang lain merasa kasihan dengan keadaannya. Saatnya seseorang mengungkapkan kebenaran pada Diva dan menunjukkan kenyataan yang pahit itu padanya. Bram tahu hubungannya dengan Samira telah berakhir, maka dia tidak ada hak untuk ikut campur dalam permasalahan ini.Diva sengaja telah memesan minuman untuk Liam sebelum pria itu datang. Ia mulai mengaduk gula ke dalam tehnya. Bram bisa melihat tangan Diva gemetar memegang sebatang sendok."Aku ingin menanyakan hubungan kamu dengan Samira, Bram? Kapan kalian akan menggelar pesta?" Teramat berat suara Diva bertanya. Sulit baginya membicarakan urusan rumah tangga kepada orang luar. Dan Bram termasu
Read more

Bab 78

POV : DivaIris mataku menangkap sosok Samira berjalan ke arah toko pakaian anak. Setelah pulang dari rumah Renata aku memutuskan menghabiskan waktuku di pusat perbelanjaan mencuci mata. Tidak kusangka aku bertemu wanita itu di sini. Kakiku melangkah di belakangnya untuk melihat apa yang ia lakukan di toko pakaian anak. Kulihat dia sedang memilah pakaian mungil seraya tersenyum, sakit. Rasanya hatiku terasa seperti tertusuk pisau berulang kali.Dia akan menjadi seorang ibu. Ada sedikit keirian saat tahu kenyataan itu. Dan mengapa harus Liam ayah anak itu. Aku benci dengan kenyataan ini.Karena penasaran aku mengikuti Samira di belakang tanpa ia ketahui. Dia berpindah-pindah tempat dari stand pakaian bayi hingga ke tempat perlengkapan bayi. Bukankah terlalu cepat jika membelinya sekarang? Melihat perut Samira belum terlihat besar.Sampai kapan aku harus mengikuti dia? Lebih baik aku menyapanya, dan mengorek informasi. "Bu, lagi be
Read more

Bab 79

Yang kutakutkan Liam akan meninggalkan aku seperti dia meninggalkan Samira. Karena jelas sebenarnya yang diinginkan Liam dan keluarganya adalah keturunan.Aku mendengar sendiri ibu mertuaku menanyakan kondisiku kepada Liam, lewat telepon. Liam tidak menuntut padaku, dia juga memberikan pengertian kepada ibunya, tapi wajah tampan yang terlihat tenang itu ternyata pria yang sama sekali tidak punya hati.Aku mencintai suamiku, itu tidak bisa kupungkiri. Aku bahagia mempunyai Liam sebagai suamiku, meskipun dia punya masa lalu dengan wanita lain. Kebutuhanku dipenuhi seperti yang ia lakukan pada Samira. Uang bulanan. Semua yang aku minta dia penuhi.Tapi sekarang aku sadar, Liam menghianati Samira karena kecewa belum mempunyai keturunan. Dan sekarang apakah hal itu juga terjadi padaku."Mama nanya apa lagi tadi? Aku denger kamu telponan dengan mama," aku bertanya setelah naik ke atas tempat tidur. "Pasti soal a
Read more

Bab 80

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Ucap seorang laki-laki tua dengan dahi berkerut melihat Diva duduk di sofa yang berada di ruang tamu."Kemana lagi aku harus pulang?" Diva bertanya balik kepada ayahnya. Seperdetik kemudian wajah pria itu terlihat sendu dan muram. Sepertinya dia mempunyai firasat jelek pada anaknya."Kenapa datang sendiri? Dimana suami sombongmu itu?" "Aku datang sendiri, Liam sedang sibuk," ucap Diva datar."Melihat wajahmu seperti itu, biar papa tebak. Dia mempunyai wanita lain, benarkan?" Suara pria itu gemetar, dia menyembunyikan tangannya yang mengepal di dalam saku."Sesama pria pecinta wanita kalian memang sangat peka.""Diva, jaga bicaramu--""Aku ingin menanyakan, bagaimana perasaan Papa saat meninggalkan mama untuk wanita lain? Apakah sedikit saja ada niat Papa kembali kepada mama dan aku?" Tanya Diva menatapnya lurus dengan ekspresi tak terbaca."Bagaimana perasaan Papa melihat mama sekarat di r
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status