Saat makan siang Nara berbaik hati menemaniku makan, mungkin dia kasihan tidak ada yang menyapaku di kantor. Peduli apa dengan mereka, kalau aku tidak makan mana bisa aku bertahan hidup. Semua orang punya khilaf, apa hanya aku yang tidak bisa dimaafkan?"Masih belum keluar juga, Va?" seorang wanita melewatiku dengan senyum sinis. Aku tahu banyak yang ingin aku keluar dari pekerjaan ini. Aku pura-pura mengabaikan mereka padahal hatiku sakit."Kayaknya dia lebih pendiem dibandingkan kemarin-kemarin. Apa karena gak ada backing lagi ya?"Nara melayangkan garpunya ke arah wanita di depan kami, "Bisa gak, jangan sok sibuk dengan urusan orang, hm?" Meskipun Nara memasang wajah ketus tapi tidak menghilangkan wajah cantiknya."Yuk, ah cabut. Takut ada Mak Lampir." Akhirnya mereka pergi.Harusnya aku tidak main api, jadinya gini kan. Jujur saja aku juga tidak ingin seperti ini. Rasa yang membuatku i
Read more