Vina gentar. Ia merasa apa yang akan ia lakukan ini salah. Tidak seharusnya ia menuruti keinginan gila Rajata. Dendam tidak berdasar Rajata akan melukai semuanya kelak. Dirinya, Rajata sendiri, dan yang paling utama adalah anaknya kelak. Betapa bingungnya anaknya nanti saat menghadapi perang dingin kedua orang tuanya. Apalagi kala anaknya menyadari bahwa dirinya lahir hanya sebagai alat barter. Ya barter dengan sepupunya yang tidak sempat dilahirkan. Ini salah. Dan ini tidak bisa dibiarkan. Ia akan segera menghentikan segala kegilaan ini, batin Vina. Sembari berjalan benak Vina sibuk mengolah tindakan-tindakan yang nanti akan diambilnya. Ia berencana akan menolak pernikahan ini di depan sang penghulu. Mengenai kemarahan Rajata, nanti saja ia pikirkan. Tidak mungkin Rajata akan membunuhnya di depan penghulu dan orang banyak bukan? Akan halnya Rajata, melihat Vina berjalan seperti robot dengan pandangan lurus ke depan, mengasumsikan satu hal.
Baca selengkapnya