Share

Chapter 30

Author: Suzy Wiryanty
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Vina melirik Rajata yang tertidur pulas di sampingnya. Dengan tangan gemetar ia menutupi tubuhnya yang terbuka dengan selimut tebal. Dengan pandangan nelangsa ia memandangi ranjang yang kusut, berikut pemiliknya. Rajata, terlihat kelelahan setelah tidak puas-puasnya mereguk asmara. 

Vina berjalan terseok-seok dengan selimut tebal yang menyulitkan langkahnya. Setelah ia menarik sehelai daster bermotif bunga-bunga di gantungan. Mengenakannya tergesa, sembari menarik selimutnya dari balik daster. Ia bermaksud ke dapur alih-alih mendem bersama dengan Rajata di dalam kamar. Ia malu. Malam belum terlalu tua, tetapi ia sudah mengurung diri di dalam kamar.

Baru saja Vina bermaksud membuka pintu kamar, suara lenguhan sedih Rajata singgah di telinganya. Rajata tengah bermimpi buruk sepertinya.

"Aku benci Ayah! Benci! Pukul aku sampai mati. Sampai di neraka nanti aku akan berdoa semoga Ayah segera menyusul ke sini!" 

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Arthantie Ghyta
bilang aja khawatir vin hisah malu malu achhh ,afa rasa sudah di hati kamu ,gak nyadar aja x kamu vinnn
goodnovel comment avatar
Siti Romelah
gak sabar bener thor nunggu kelanjutannya...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 31

    Sedari bangun tidur tadi, Vina sudah merasa tegang. Sebenarnya bukan hanya dirinya saja yang tegang, tetapi Rajata juga. Vina adalah saksi bagaimana Rajata terus membolak-balik posisi tidurnya. Ia hanya pura-pura tidur saja demi mengurai kecanggungan. Bayangkan, bagaimana awkwardnya situasi apabila mereka sama-sama tidak bisa tidur, tetapi tidak saling berbicara. Makanya ia mengambil jurus aman dengan berpura-pura tidur saja. Lama-kelamaan ia malah tertidur sungguhan.Pada saat dirinya terbangun, Rajata baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih setengah basah dengan bulir-bulir air yang menetes di ujung-ujungnya. Sehelai handuk putih tergantung di pinggulnya. Rajata baru selesai mandi dan sepertinya akan berpakaian.Mereka bertatapan sejenak sebelum sama-sama membuang pandang. Beginilah interaksi mereka apabila tidak ada mata dan telinga lain yang menyaksikan. Beraktivitas dalam diam dan hanya berbicara seperlunya.

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 32

    Vina terbelalak saat melihat seseorang menusukkan sebilah pisau pada Rajata. Tanpa memikirkan apapun, ia segera berlari keluar dari pondok persembunyiannya.Tolong lindungi Rajata, ya Allah!Vina menggumankan doa sepanjang kakinya berlari. Karena jaraknya mengintai tidak terlalu jauh dari warung, Vina tiba di depan warung dalam hitungan detik. Vina terkesiap. Bukan! Ternyata bukan Rajata yang terkena tusukan pisau. Sosok yang terkapar di lantai warung adalah laki-laki berjaket tebal dan bertopi lebar yang ia amati tadi.Vina takut. Namun ia penasaran dengan sosok yang kini tengah ditolong oleh Pak Mustiarep dan beberapa penduduk. Sementara Rajata berdiri kaku bagai patung. Tatap matanya kosong saat memandang orang yang telah menyelamatkan nyawanya. Sikap Rajata sangat aneh. Alih-alih membantu Pak Mustiarep, Rajata malah bersikap seperti orang linglung.Mengetahui kalau Rajata baik-b

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 33

    Rajata masih terpekur di atas tanah basah makam ayahnya. Sementara para pelayat satu persatu mulai meninggalkan makam. Kini hanya tersisa tiga orang di sana. Dirinya, Vina dan juga Pak Mustiarep. Tidak ada Tante Rena alias ibu tirinyadi sana. Padahal biasanya ibu tirinya itu seperti ekor ayahnya. Selalu bersama ayahnya di mana pun dan kapan pun juga. Tante Rena terlalu takut kalau ia melewatkan aset-aset ayahnya.Namun sekarang, lihatlah. Perempuan perusak rumah tangga orang tuanya itu, sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya. Tante Rena adalah perwujudan dari peribahasa ; senang kita nikmati bersama. Susah kamu hadapi sendiri saja."Apa Tante Rena tidak tahu kalau ayah meninggal, Pak Arep?" Rajata akhirnya membunyikan juga rasa penasarannya."Tahu, Pak Raja," sahut Pak Mustiarep singkat. Saat ini kepalanya penuh dengan pesan-pesan Ramdan. Ia harus segera meluruskan kesalahpahaman akibat kekeras

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 34

    Hari berlalu, waktu berganti. Tanpa terasa dua minggu sudah Pak Ramdan meninggalkan dunia ini. Dan selama dua minggu itu pula, Vina membantu Rajata melewati hari demi hari. Siang malam Vina selalu menemani Rajata. Pada mulanya mereka berdua tidak banyak berbicara. Vina mengerti, Rajata adalah type orang yang tidak bisa membagi susahnya. Semua hal akan ia pendam sendiri. Makanya Vina menemani Rajata dalam diam. Vina tidak berisik. Tetapi ia selalu ada saat Rajata membutuhkan dukungannya.Kesabarannya pada akhirnya membuahkan hasil. Rajata lambat laun mulai membuka diri. Walaupun kalimatnya pendek-pendek dan masih kaku, bagi Vina itu sudah cukup. Setidaknya ada peningkatan dalam hubungan mereka berdua. Mudah-mudahan setelahnya Rajata sadar, bahwa dirinya tidak seperti yang ia kira. Dirinya bukanlah seorang wanita penggoda, apalagi pembunuh Alana. Hubungannya dulu dengan Aria murni karena ketidaktahuannya akan status Aria.Vina mer

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 35

    Akhirnya ia kembali ke Jakarta. Saat ini dirinya dan Rajata tengah berkendara menuju apartemen Rajata. Selama di Jakarta, mereka berdua akan tinggal di sana. Namun Vina merasa bahwa kata mereka berdua itu hanya kamuflase belaka. Yang sebenarnya adalah dirinya sendiri yang akan tinggal di apartemen, sementara Rajata pulang ke rumahnya. Karena sesaat setelah berkendara, Vina mendengar Rajata menelepon ART-nya. Mengabarkan bahwa dirinya akan pulang ke rumah.Dalam diam Vina mengamati banyak hal. Salah satunya adalah Rajata enggan kalau rumah masa kecilnya dihuni oleh orang lain. Rajata memang tidak mengatakannya. Namun dengan dititipkannya dirinya di apartemen, sudah menjawab semuanya. Rajata tidak ingin membagi masa lalu bersamanya.Ketika melewati jalan Thamrin, Vina membuka kaca jendela mobil. Dulu ia kerap melewati jalan ini. Berlalu lalang setiap pagi dan sore. Pagi, saat ia sesekali ikut bersama ayahnya mengecek bahan-bahan ya

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 36

    "Selamat ya, Vina, Raja. Akhirnya lo punya generasi penerus juga. Padahal gue pikir lo bakalan jadi bujang lapuk abadi setelah dighosting Sarah." Mendengar kalimat dokter Lita, Vina yang bermaksud menerima jabat tangan sang dokter, mematung sesaat. Beberapa detik kemudian baru ia membalas jabat tangan dokter Lita.Hening. Dokter Lita tersenyum rikuh. Ia memandang Rajata dengan tatapan meminta maaf."Mulut lo dari dulu memang nggak pernah terdidik ya, Ta?" sembur Rajata kesal. Inilah hal yang membuatnya tidak nyaman mempertemukan Vina dengan teman-teman lamanya. Mereka terkadang suka kelepasan berbicara."Sorry... sorry... itu hanya intermezzo ya, Vin? Jangan dianggap serius. Intinya kandungan kamu baik. Usianya lima minggu dan sudah masuk kantong." Dokter Lita dengan luwes mengubah topik pembicaraan. Vina mengangguk. Ia menghargai usaha dokter Lita yang masih

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 37

    Semakin mendekati gedung kantor, perasaan Vina semakin tidak karuan. Berbagai macam perasaan berkecamuk dalam benaknya. Ia mengkhawatirkan rumors miring yang akan menyerbu kantor, apabila melihat kehadirannya. Istimewa ia datang bersama Rajata. Padahal sudah menjadi rahasia umum, kalau hubungannya dengan Rajata di masa lalu, bagaikan kucing dan anjing. Mereka akan saling mencakar satu sama lain jikalau ada kesempatan. Kabar dirinya dipecat secara tidak hormat oleh Rajata juga telah terdengar di seluruh penjuru kantor. Dan kini melihat mereka berdua bersisian masuk ke dalam gedung, pasti membuat pikiran mereka travelling.Saat ini ia sedang berkendara dengan Rajata ke kantor. Pada pukul sepuluh pagi nanti, Rajata akan menghadiri sidang Aria. Sementara ada beberapa client penting yang akan menyambangi kantor. Rajata memintanya mewakili dirinya sebagai istri pemilik perusahaan untuk menjamu klien-klien penting itu. Vina

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 38

    "Briefing pagi ini akan saya mulai dengan memperkenalkan istri saya pada kalian semua, yaitu Ibu Davina Bagaskara. Saya yakin kalian semua telah mengenal Ibu Vina dengan baik saat menjadi salah satu staff di kantor ini... dulu." Rajata sengaja menekankan kata dulu, demi memperjelas maksud yang tersirat dalam kalimatnya."Setelah saya memperkenalkan Ibu Vina secara resmi sebagai istri saya, saya harap rekan-rekan sekalian memperlakukan Ibu Vina selayaknya memperlakukan istri seorang pimpinan," tegas Rajata."Saya tidak mau mendengar adanya rumors yang tidak sedap tentang istri saya, dalam hal apapun. Ini kantor. Maka selayaknya rekan-rekan sekalian ada ke sini untuk bekerja. Titik. Jikalau saya mendapati rekan-rekan sekalian melanggar apa yang sudah saya tegaskan tadi, maka saya akan memberi sanksi. Sanksi itu bisa berupa teguran, SP 1, SP2 hingga pemecatan secara tidak hormat."Selama

Latest chapter

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 54 (extra Part)

    Dua puluh bulan kemudian. Vina meraih sehelai gaun berwarna magenta berlengan balon dan dari lemari. Beserta hanger yang ia lekatkan ke dada, Vina mematut gaun tersebut di depan cermin. Pagi ini Rajata akan bebas setelah menjalani masa hukuman selama dua puluh bulan penjara. Sebenarnya Rajata divonis dua puluh empat bulan penjara dipotong masa tahanan. Rajata bebas lebih cepat karena mendapat remisi umum. Yaitu pemotongan masa tahanan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus. Ketentuan remisi ini adalah, Narapidana yang masa hukumannya enam sampai dua belas bulan, memperoleh satu bulan pengurangan. Sedangkan narapidana dua belas bulan atau lebih, memperoleh dua bulan pengurangan. Setelah di potong masa tahanan dan lain sebagainya, hari ini Rajata akan menghirup udara sebagai manusia bebas. Untuk itu Vina akan tampil semempesona mungkin untuk melengkapi kebahagiaan Rajata. Bagaspati Bagaskara, sudah lebih dulu Vina dandani. Bagas mengenakan paduan

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 53 (end)

    Keringat menguar dari segenap pori-pori Vina, ketika ia dipapah masuk ke dalam mobil oleh ayahnya dan Mang Pardi. Setelah perekonomiam ayahnya pulih, Mang Pardi memang kembali menjadi supir ayahnya. Vina mencoba bernapas pendek-pendek sesuai yang diajarkan oleh dokter Lita sebelumnya. Vina berusaha bersikap tenang agar ayahnya dan Lita tidak panik. Padahal dirinya sendiri juga panik dan ketakutan. Ia belum pernah melahirkan sebelumnya. Perutnya yang sakit ditambah dengan suasana yang kacau seperti ini semakin menciutkan nyalinya. "Apa yang kamu rasakan, sekarang, Nak? Bayinya sudah akan lahir ya?" Pak Ramli panik ketika melihat Vina terus meremas lengannya dengan napas terengah-engah. Ekspresi wajah putrinya seperti menahan kesakitan yang amat sangat. "Rasa--rasanya perut Vina bergolak, Yah. Cucu A--ayah sedang mengamuk, ingin segera melihat dunia." Walau perutnya mulas luar biasa, Vina masih berupaya bercanda. Suci yang duduk tepat di sebelah Vina meringis. Sahabatnya ini memang l

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 52

    Vina bermimpi. Ia tengah berlari-lari di pantai Pulau Nusa sebelum ombak besar menggulungnya ke dalam pusaran tak berdasar."Bangun, perempuan sombong!" Vina tersentak dan seketika gelagapan ketika air dingin menyiram wajahnya.Ini bukan mimpi. Ia diculik oleh Tante Rena cs.Vina mengerjap-ngerjapkan mata dan memindai sekeliling. Ia tidak mengenali tempat ini. Sepertinya para komplotan orang sinting ini telah memindahkan lokasi eksekusi ketika ia pingsan saat melihat penembakan Arman.Arman? Di mana Arman? Vina memindai sekeliling namun ia tidak mendapati jejak Arman di mana pun."Jasad Arman sedang on the way ke sini. Nah itu dia!" Tante Rena seperti bisa membaca pikirannya. Ketika Tante Rena meneriakkan kata itu dia, Vina tercekat. Aria, anak Hendro dan Sarah terlihat menggotong-gotong tubuh tidak berlumuran

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 51

    Setengah jam sebelumnya.Suci tengah mendengar pemaparan Rajata tentang loyalitas karyawan terhadap perusahaan, kala notifikasi ponselnya bergetar. Suci mengabaikannya. Pasti itu adalah pesan dari ibunya. Karena waktu hampir menunjukkan pukul sembilan malam, sementara ia belum pulang ke rumah. Biasanya ia pulang kantor paling lambat pukul setengah tujuh malam.Suci memang lupa mengabarkan ibunya tentang rapat dadakan ini. Suasana tegang karena pemecatan tidak hormat terhadap Putri, Frans, Rani dan Daniel membuat seluruh staff tegang. Mereka takut kalau-kalau mereka juga ikut dipecat. Empat orang yang diberhentikan secara tidak hormat tadi siang adalah orang-orang yang membantu Aria dalam melakukan kecurangan. Frans dan Daniel adalah staff bagian keuangan. Sementara Putri dan Rani adalah sekretaris dan asisten Aria.Setelah memecat keempat staff tersebut Rajata langsung menggelar rapat dadakan. Rajata mengeval

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 50

    "Man, kayaknya kita sudah berjalan lebih dari lima belas menit. Tapi tidak ada apa-apa di sekitar jalan ini. Sebaiknya kita pulang saja, Man."Vina mulai merasa ada yang tidak beres. Indra keenamnya mengatakan ada sesuatu yang salah di sini. Rasanya mustahil ada restaurant mewah di tengah-tengah perkebunan sawit begini. Sepanjang jalan yang mereka lewati hanya jalanan gelap nan sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan apalagi rumah-rumah penduduk. Entah Rajata yang salah membagikan lokasi atau Arman lah yang salah jalan. Yang pasti Vina mulai tidak nyaman dengan keadaan ini."Sabar sebentar ya, Bu? Sebentar lagi kita sudah sampai pada tujuan. Maafkan saya ya, Bu?" desah Arman lirih. Kesedihan terdengar dari nada suaranya yang lesu.Vina mengernyitkan kening. Arman bilang apa? Sebentar lagi mereka akan sampai pada tujuan? Itu artinya Arman tahu tempat yang akan mereka tuju. Lantas mengapa Arman sepanjang jalan ta

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 49

    "Jadi bagaimana Pak Aria? Bapak memilih di penjara atau melepaskan saham Bapak pada PT Karya Inti Mandiri ini pada Pak Raja?"Hotman Marpaung Sarjana Hukum, memberikan ultimatum pada Aria. Saat ini dirinya bertindak sebagai pengacara Rajata, mewakili perusahaan. Aria telah terbukti melakukan korupsi dan switch pada perusahaan. Aria menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan dirinya sendiri, serta meminta komisi pada perusahaan yang ia menangkan. Aria bekerjasama dengan Putri dan staff keuangan untuk menggelapkan sejumlah besar dana perusahaan."Ini semua akal bulus lo kan, Ja? Lo pengen melenyapkan gue dari perusahaan, makanya lo mengarang bebas seperti ini!" Aria mengamuk. Ia kalah selangkah dari Rajata. Ia terlalu santai hingga akhirnya lengah. Dan si Rajata brengsek ini menyerangnya dari segala arah."Akal bulus?" Rajata mengernyitkan kening. Ia pura-pura berpikir keras sebelum melemparkan sebuah file d

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 48

    Vina meletakkan sendok dan garpu. Sebagai gantinya ia memindai Tante Rena dan Sarah dari atas ke bawah. Ia sudah sering mendengar sepak terjang Tante Rena. Namun ia sama sekali tidak pernah melihat sosoknya.Untuk ukuran perempuan berusia awal empat puluhan Tante Rena ini terlihat awet muda. Nyaris seperti kakak adik dengan Sarah. Tidak heran karena usia mereka hanya berpaut tujuh belas tahun. Ditambah Tante Rena sangat fashionable, ia nyaris terlihat seumuran dengan Sarah."Nama saya Davina Bagaskara. Jangan memanggil saya dengan sebutan hai hei hai hei begitu. Sakit kuping saya mendengarnya."Rajata terkekeh. Tante Rena jumpa imbang kali ini. Vina ini berbeda dengan ibu dan juga adik perempuannya yang cenderung penakut dan labil. Sehingga mereka berdua gampang sekali dipengaruhi. Dulu setiap kali Tante Rena memamerkan keberhasilannya memikat ayahnya, ibunya paling hanya menangis pilu. Sementara Alana kecil

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 47

    "Mas, coba jawab dengan jujur. Apa Mas tidak punya perasaan apa-apa setelah Mbak Sarah mengungkapkan soal kepergiannya dulu."Setelah berkendara hampir lima belas menit lamanya, Vina mengungkapkan apa yang berkecamuk di dalam hatinya. Ia sudah tidak tahan diam-diaman seperti ini."Tidak, Vin. Mungkin kalau dulu Sarah langsung mengatakan alasannya, saya bisa sedikit memahaminya. Karena Sarah toh tidak bisa memilih dari rahim siapa ia dilahirkan," jawab Rajata dengan pandangan lurus ke depan. Lalu lintas sore ini lumayan padat."Sedikit memahami," Vina mengangguk-anggukkan kepalanya. Pura-pura mengerti padahal ia kesal atas jawaban Rajata."Itu artinya Mas akan menerima Mbak Sarah kalau dulu ia berterus terang tentang jati dirinya. Begitu ya, Mas?" cecar Vina lagi. Ia tidak puas dengan jawaban ambigu Rajata."Tidak seperti itu juga analoginya, Vin. Memahami bukan

  • (bukan) Perempuan Biasa. (buku ketiga)   Chapter 46

    Vina yang masih termenung dengan ponsel di tangan, kaget saat ponselnya kembali bergetar. Firasatnya mengatakan kalau Sarah kembali menghubunginya. Mungkin sarah ingin memamerkan keberhasilannya memikat Rajata."Ha--""Vina, ini saya. Dokter Lita dalam perjalanan menjemputmu. Kamu siap-siap ya? Sebentar lagi ia pasti akan sampai.""Menjemputku ke mana, Mas?""Ke rumah, Sarah. Saya akan menjelaskan semuanya nanti. Pokoknya kamu ke sini saja dulu."Telepon kemudian ditutup saat terdengar suara manja Sarah menawarkan minuman. Benak Vina memikirkan kejanggalan dalam masalah ini. Rajata ke rumah Sarah. Namun Rajata juga memintanya menyusul ke sana. Kalau Rajata memang ingin menjalin hubungan kembali dengan Sarah, untuk apa Rajata memintanya datang bukan? Rajata pasti mempunyai rencana lain. Vina jadi penasaran karenanya.Vina bergegas ke kamar untuk me

DMCA.com Protection Status