Semua Bab Duda Ganteng Meresahkan (Dugem): Bab 71 - Bab 80

98 Bab

71. Kamu Berengsek, Mas!

Dini duduk di tepi tempat tidurnya. Gadis itu menoleh ke luar jendela. Kamar di seberang rumahnya masih saja tertutup rapat. Bahkan tak ada tanda-tanda kehidupan di rumah bercat putih tersebut. Sebagian cat luarnya pun ada yang mengelupas karena sudah hampir dua tahun tak ditinggali.Gadis itu mulai kesal. Alex tak datang di acara wisudanya. Dia hanya ingin pria itu menepati janjinya. Akan tetapi, ternyata dia yang terlalu berharap banyak pada sang kekasih yang bahkan tak memberikannya kabar lewat surat ataupun pesan singkat."Tega kamu, Mas! Kamu udah bohongin aku. Mas Alex bilang mau bertemu denganku. Bahkan sudah membelikanku kebaya secantik ini. Tapi Mas nggak datang dan masih saja aku nggak tahu keberadaanmu," cicitnya dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca.Dini mengusap kedua sudut matanya secara kasar. Dia tak ingin menangis. Dengan segera dia bangkit dan melepaskan pakaiannya. Membiarkan kebaya itu tergeletak saja di lantai. Kini gadis itu hanya mengenakan pa
Baca selengkapnya

72. Stop It, Dini!

"Dari Ridho," jawabnya sembari membalas tatapan Dini.Gadis itu terperangah. Tak percaya dengan apa yang ia dengar. Dari Ridho? Tapi baru saja sahabatnya itu menanyakan tentang perasaannya seolah Ridho meremehkan rasa cintanya pada sang dosen."Apa? Ridho?" ulangnya masih tak percaya."Ya. Dari Ridho, sahabatmu sekaligus mantan pacarmu," jawab Alex sembari tersenyum kecil.Dini terdiam. Apa mungkin sikap Ridho yang menyebalkan juga karena hal itu? Sang sahabat telah menjadi informan untuk Alex tentang kabar dirinya."Tapi ... Kenapa Ridho mau?" tanya gadis itu lagi. Kini keduanya duduk saling berhadapan di dalam kamar Dini.Alex pun menurunkan kedua kakinya dan pria itu kini duduk di tepi ranjang. Dini juga mengikutinya."Aku yang memintanya. Awalnya dia ragu, tapi dia bilang akan memukulku jika sampai aku tak serius padamu. Setelah dia tahu rencana dan tujuanku pergi, dia setuju. Meski dia juga bilang akan mencoba mendapatkan hatimu, sih," jelas pria itu
Baca selengkapnya

73. Tak Jadi Lamaran

Pagi kembali menyapa. Dini segera membuka tirai jendela saat matahari mulai menampakkan dirinya. Gadis itu melihat ke kamar sebelah rumahnya. Di sana sekarang tirainya juga sudah kembali terbuka. Meski tak ia lihat keberadaan Alex, namun, dia senang karena pria itu akhirnya telah kembali.Segera saja gadis itu turun ke lantai satu. Wajahnya sudah kembali ceria bahkan lebih ceria dari biasanya. Dini pun menyapa sang ayah dan ibu. Bahkan dia ikut membantu memasak di dapur dengan riang gembira. Hal ini tentu saja menimbulkan rasa curiga di dalam hati Minarti dan Budiono."Kamu kelihatannya seneng banget. Ada apa?" tanya sang ibu heran.Dini masih saja tersenyum. "Hehehe.""Aneh. Ada apa, sih?" tanya sang ibu lagi.Dini hanya menggeleng. Gadis itu enggan menjawab lantaran tak ingin sang ibu tahu bahwa kekasihnya telah kembali pulang. Dia tak mau sang ibu kembali melarang hubungan mereka."Terserah deh."Hingga saat makan bersama pun Dini masih terus tersenyum
Baca selengkapnya

74. Tamu Tak Diundang

Hingga sore harinya, Dini masih saja bermalas-malasan di dalam rumahnya. Gadis itu sedih karena Alex dan keluarganya tak kunjung pulang. Kedua orang tua Dini pun sudah kembali dari bekerja. Mereka melihat perubahan kontras pada wajah putri mereka yang tadinya ceria menjadi sedih kembali."Kamu kenapa, Din?" tanya Minarti pada anak gadisnya."Nggak papa, Bu," dustanya yang sebenarnya masih kesal karena kembali ditinggal oleh Alex."Aneh. Nggak papa kok kaya lagi marah gitu." Sang ayah ikut menimpali.Dini hanya diam. Dia tak mau menceritakan tentang kepulangan duda tampan yang tinggal di sebelah rumahnya."Oh iya, Din. Kamu tahu nggak?" tanya Minarti kemudian. Budi memilih segera membersihkan dirinya terlebih dahulu.Dini menatap sang ibu yang duduk di sebelahnya. Menunggu menggunakan kamar mandi bergantian."Apa, Bu?" tanya gadis itu."Ternyata kita punya tetangga baru," jawab wanita itu.Dahi Dini mengernyit. "Tetangga baru? Siapa?""Itu loh.
Baca selengkapnya

75. Belum Halal

"Maafkan saya, Bu Minarti. Saya tak pernah bermaksud menyakiti perasaan Dini. Hanya saja jika saya berpamitan, saya tahu Dini pasti akan menahan bahkan memaksa ikut dengan saya. Jadi, supaya Dini tetap bisa melanjutkan kuliahnya di sini, saya diam-diam pergi," jelasnya.Kedua alis Dini terangkat saat mendengar penuturan dari kekasihnya. Gadis itu kini tahu alasan Alex pergi meninggalkannya tanpa kabar. Ternyata pria itu memperhatikannya dengan caranya sendiri. Gadis itu pun terharu mendengarnya."Begitu," ucap Budi."Jadi bagaimana, Pak, Bu? Apakah lamaran ini diterima?" tanya Ucup kembali mewakili sang keponakan.Budi dan Minarti kembali bertukar pandang. Keduanya pun seolah memberikan isyarat melalui tatapan mata mereka."Din. Jawab permintaan Alex!" ucap sang ibu kemudian.Dini sedikit tersentak karena kaget. Gadis itu pun mengangguk dengan cepat. "Iya. Aku mau, Bu, Pak. Aku mau jadi istrinya Mas Alex. Sangat mau dan sangat bersedia," jawabnya mantap denga
Baca selengkapnya

76. Tukar Tambah

"Yah. Pakai ditulisi segala. Mana udah ditutup lagi tirainya. Nggak bisa ketemuan lagi, dong," sungut Dini sembari mengerucutkan bibirnya.Gadis itu pun menyerah saja. Toh dia sudah mendapatkan kepastian tentang hubungannya dan Alex. Sebentar lagi dia akan menikahi duda tampan nan meresahkan itu.Malam hari semakin larut. Dini tak kunjung bisa tidur. Gadis itu terlalu bahagia. Dia kembali menggelinding di atas kasurnya dan menimbulkan suara karena hentakan kakinya. "Din. Jangan berisik," ujar sang ibu yang tiba-tiba sudah mengintipnya dari celah pintu yang terbuka.Dini menghentikan tindakannya itu. "Maaf, Bu. Habisnya aku seneng banget," balasnya.Minarti pun berjalan memasuki kamar putrinya. "Ya udah. Tidur. Besok kan kamu juga harus persiapan buat hari pernikahan kamu," tuturnya dengan lembut.Minarti lalu duduk di sisi ranjang. Dini pun duduk dan memeluk ibunya."Makasih, ya, Bu. Ibu udah merestui hubunganku sama Mas Alex," ucapnya.Minarti menge
Baca selengkapnya

77. Persiapan Sebelum Hari Pernikahan

Mobil merah milik Alex kini sudah berhenti di depan sebuah butik. Setelah kurang lebih dua puluh menit berkendara, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan utama. Alex segera turun dari mobil diikuti Dini.Keduanya pun berjalan beriringan. Dini hendak menggandeng mesra calon suaminya. Akan tetapi pria itu sudah memberikannya peringatan agar tak terlalu agresif."Yah. Padahal cuma mau gandeng doang," sungut Dini sembari mengerucutkan bibirnya.Alex hanya mengerutkan dahinya. "Ya tahan! Lagian ini tempat umum. Malu lah kalau dilihat orang," balas pria itu."Ya udah deh. Demi cintaku ke Mas Alex aku akan menurutinya," ucap Dini terpaksa menurut.Kini keduanya sudah berada di dalam butik. Kedatangan mereka langsung disambut oleh dua orang karyawan yang bekerja. Lalu muncullah seorang wanita cantik dengan kerudung biru muda."Alex!" sapa wanita itu.Dini menautkan kedua alisnya saat melihat ada wanita cantik yang menyapa calon suaminya dengan ramah. Gadis itu pun
Baca selengkapnya

78. Tamu Undangan

"Miss Vera?""Bu Vera."Alex menatap tajam pada wanita cantik itu. Pria itu tentu saja masih tersinggung dengan sikap kasar Vera terhadap putri kesayangannya. Vera menghampiri mereka berdua. Wanita itu menangkap gelagat tak senang yang kentara dari Alex, pria yang pernah menjadi idamannya."Selamat pagi, Pak Alex, Dini," sapanya mencoba ramah."Hm." Alex menjawab dengan malas."Ada apa, Miss?" tanya Dini mencoba mencairkan suasana. Gadis itu bertanya-tanya mengapa calon suaminya tampak sangat tak menyukai sang ketua jurusan."Saya ... Saya mau minta maaf sama Pak Alex dan kamu, Din," jawabnya menatap bergantian kedua orang yang baru saja selesai menatap ayam bakar."Silakan duduk dulu, Miss," tawar Dini dengan sopan dan menarik sebuah kursi untuk dosennya."Terima kasih, Din." Vera duduk di hadapan Dini dan Alex."Pak Alex. Saya benar-benar minta maaf untuk kejadian tak menyenangkan di waktu itu. Saya benar-benar tak tahu jika anak kecil itu anak
Baca selengkapnya

79. Setelah Jadi Tamu Undangan

Pagi itu Dini tengah mematut diri di depan cermin kamarnya. Gadis itu sudah rapi dengan blouse berwarna merah muda. Pagi itu dia akan menghadiri pesta pernikahan dosen pembimbingnya bersama sang calon suami. Keduanya pun sudah membawa hadiah untuk Vera.Kini dia bersama Alex berjalan menuju mobilnya. Xena pun hanya diam di depan rumah Dini lantaran tak mau ikut dengan mereka berdua. Gadis kecil itu tak ingin ikut hadir di pesta pernikahan orang yang pernah memarahinya."Beneran kamu nggak ikut, Sen?" tanya Dini."Iya. Xena di rumah aja sama Kakung, Uti, dan Nenek," ucap gadis kecil itu."Baiklah.""Kamu nggak akan lama-lama kok, Sayang. Papi sama Mami akan segera pulang," timpal Alex."Benar. Toh Papi sama Mami juga harus mengurus persiapan buat besok Jumat," imbuh Dini dengan senyuman manisnya.Kini setelah berpamitan keduanya memasuki mobil Alex. Mereka pun menuju ke tempat resepsi. Setidaknya Alex sudah tak sendiri lagi saat menghadiri ke sebuah acara.
Baca selengkapnya

80. Kehebohan Sebelum Halal

Sore itu keluarga Dini dan Alex mulai menyiapkan untuk pernikahan anak-anak mereka. Setelah menjadi tamu undangan, mereka benar-benar akan mengundang para sanak saudara dan juga tetangga. Hubungan asmara Alex dan Dini pun baru diketahui oleh warga sekitar saat itu juga.Kini para warga ada yang sudah datang untuk sekedar membantu persiapan pernikahan. Mereka senang karena anak gadis dari Budi dan Narti akhirnya menikah dengan seorang duda tampan yang menjadi idola para ibu-ibu."Duh, Din. Nggak nyangka kamu dapat duda ganteng. Ibu ngidam tahu pengen mantu baguse puol kaya Alex. Eh tapi sayang, anaknya Ibu masih SMP, cowok lagi," goda seorang ibu pada calon pengantin perempuan. Wanita itu merupakan salah satu tetangga Dini."Hehe. Iya, Bu. Cocok nggak Dini sama Mas Alex?" Dini balik bertanya sembari menaik turunkan kedua alisnya."Cocok banget. Meski beda usianya jauh, tapi ya, Alex masih cocok lah kalau didandani kaya anak muda," balas ibu-ibu tadi sembari menoel bah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status