Semua Bab Duda Ganteng Meresahkan (Dugem): Bab 51 - Bab 60

98 Bab

51. Tonight with You

"Sumpah, Din. Aku nggak nyangka kamu sama Pak Alex suka begitu. Takut kebablasan." Sinta menyentuh dadanya sendiri.Dini meringis dengan wajah memerah. "Ya gimana, ya? Habisnya coba deh bayangin kalau kamu berduaan aja sama cowok yang kamu suka. Apa lagi cowoknya seganteng Mas Alex. Mleyot terus yang ada," celetuk gadis itu dengan entengnya."Terserah kamu deh. Cuma jangan sampai kelewatan! Lagian Pak Alex juga udah ngingetin kamu, kamu jangan jadi setannya yang godain dia terus. Inget! Sebagai cewek jangan terlalu agresif!" Sinta kembali mengingatkan."Iya, iya, Nyai Sinta," cibir Dini."Ih. Kamu, ya!" Sinta mencubit gemas lengan Dini."Ih. Sakit, Sin," rintih gadis di sampingnya sembari mengusap-usap lengannya yang sedikit sakit."Lagian kalau bukan aku yang ngejar, ya Mas Alex nggak bakalan peka. Secara dia juga dosen yang terkenal killer yang bahkan nggak ada cewek yang berani deketin dia. Kesempatan emas dong karena cuma aku yang suka sama dia," sambung
Baca selengkapnya

52. Saingan Dini

Alex membuka kedua matanya dan dia merasakan dekapan hangat di atas dadanya. Kini pria itu melihat bahwa Dini masih tertidur pulas dengan bersandar di dada bidangnya. Wajah gadis itu tampak tenang dan damai. Sejenak Alex menikmati pemandangan indah tersebut.'Kalau tidur gini jadi tambah manis, kan? Coba aja kalau melek, yang ada ganjenin terus,' ujarnya dalam hati.Saat itu juga, Dini membuka kedua matanya. Kini kedua pandangan mereka pun bertemu. Sebuah senyuman kembali gadis itu berikan saat kesadarannya mengatakan bahwa dia telah berhasil tidur di kamar tetangga sekaligus pacarnya."Bangun! Sana kamu balik lagi ke kamar kamu!" perintah Alex sembari duduk. Dini pun ikut duduk dan meregangkan otot-ototnya."Jam berapa sih, Mas? Tidurku nyenyak banget deh," gumamnya dengan sesekali menguap."Jam lima kurang. Kamu sih enak tidur pulas. Aku yang pegel jadi bantalmu," protes pria itu sembari menepuk-nepuk punggungnya sendiri dengan satu tangan.Dini pun menoleh
Baca selengkapnya

53. Seksian Kamu

"Kamu mau kan bantuin Miss?" tanya Vera lagi karena belum mendapatkan jawaban dari mahasiswinya.Dini kembali menatap sang dosen cantik. Vera merupakan sosok sempurna jika dijadikan istri. Wajahnya cantik, dewasa, serta bisa diandalkan. Namun, tentu saja sebagai kekasih Alex, Dini tak setuju dan ingin menolak permintaannya."Maaf, Miss. Tapi saya ...." Dini menggantungkan kalimatnya. Gadis itu bingung bagaimana menolak permintaan tersebut."Kamu mau, kan? Cuma kamu yang dekat sama Pak Alex. Jadi nggak ada lagi yang bisa Miss mintai tolong," ucap Vera kembali memohon.Dini kemudian mendesah pelan sembari menarik napasnya berat. "Bukannya saya nggak mau, Miss."'Memang nggak mau,' batin Dini."Tapi saya nggak enak hati kalau mendekatkan Miss sama Pak Alex," sambungnya.Vera mengernyitkan dahi. "Memangnya kenapa, Din?" tanya wanita itu heran.Dini melepaskan genggaman tangan sang ketua jurusan. Gadis itu memilih menyandarkan bahunya pada sandaran kursi y
Baca selengkapnya

54. Hubungan yang Diketahui

Alex memundurkan tubuh Dini serta melepaskan pelukannya. Gadis itu pun mulai panik. Belum sempat Dini bersembunyi, pintu kamar sudah terbuka perlahan. Baik Dini dan Alex tercekat dalam diam."Papi ...." panggil seorang gadis kecil sembari mengucek kedua matanya.Dini yang hendak keluar kamar pun terpaku di tempatnya. Xena sudah masuk ke kamar sang ayah dengan memeluk sebuah boneka."Mami? Mami Dini!" serunya saat menyadari ada sosok lain di kamar ayahnya.Dini pun terpaksa menoleh ke arah gadis kecil itu. Dia tersenyum kaku. "Hai ...." sapanya dengan kikuk.Xena berlari memeluk Dini. Gadis yang dia rindukan. "Mami Dini! Mami!" serunya senang.Dini hampir terjungkal karena ditubruk tubuh kecil itu. Dengan segera gadis itu mencoba menenangkan Xena."Xena. Jangan teriak-teriak!" imbaunya dengan suara lembut.Xena menatap wajah Dini. "Tapi aku kangen banget sama Mami Dini. Mami kenapa nggak pelnah main ke sini, sih?" tanya gadis kecil itu sembari mengeruc
Baca selengkapnya

55. Konsekuensi

Dini dan Alex saling bertukar pandang. Kemudian gadis itu melepaskan pelukannya dan segera berlari dengan sedikit berjingkat agar langkah kaki dari sepatu ketsnya tidak berbunyi. Perlahan gadis itu membuka pintu dan mengintip dari celah yang terbuka.Kedua pandangannya mengedar ke sekeliling. "Nggak ada siapa-siapa. Tapi kok barusan ada suara, ya?" gumamnya.Memang benar keadaan ruang dosen tengah sepi karena para dosen sedang mengajar di kelas. Hal inilah yang selalu membuat Dini berani menemui kekasihnya.Gadis itu pun kembali menutup pintu dan menatap wajah kekasihnya. Alex menatap seolah meminta penjelasan."Nggak ada siapa-siapa, Mas," ujar gadis itu sembari mengedikkan bahu.Alex masih saja memasang wajah cemas dan curiga. Insting pria itu mengatakan memang tadi ada orang yang berdiri di depan pintu ruangannya dan menguping pembicaraan mereka. Lalu segera kabur karena tak ingin diketahui saat terkejut menjatuhkan sesuatu."Ya udah. Kamu keluar dulu! Sep
Baca selengkapnya

56. Surat Pengunduran Diri

Alex segera membuat surat pengunduran diri. Pria itu diam di dalam ruangannya. Kemudian, seseorang mengetuk pintu dari luar."Masuk!" serunya.Seorang wanita cantik bertubuh tinggi semampai muncul dari balik pintu. Vera kemudian memasuki ruangan rekan kerjanya. "Permisi, Pak Alex," ucapnya."Silakan, Bu Vera," ucap pria itu sembari menggeser kertas pengunduran dirinya dan menutupnya dengan sebuah kamus."Terima kasih, Pak Alex."Vera mengangguk sebelum berjalan mendekati pria tampan itu sembari membawa sebuah kertas undangan. "Ada perlu apa, Bu?" tanya Alex lagi sembari mendongakkan kepalanya.Vera memberikan sebuah senyuman manis. Wanita itu pun membetulkan kacamatanya. Segera saja dia mengulurkan sebuah undangan rapat untuknya. Wanita itu memang sengaja mengantarkannya sendiri untuk sang dosen killer yang tampan."Ini ada undangan rapat untuk besok," jawabnya masih memberikan senyuman.Alex mengangguk dan menerima undangan tersebut. "Terima kas
Baca selengkapnya

57. Kita Harus Putus

Alex tersenyum. "Iya," jawabnya.Pria itu menurunkan tubuh ramping Dini. Kini gadis itu kembali mendongak untuk menatap wajah pacarnya."Tumben," ucap gadis itu kemudian."Ada yang mau aku bicarakan padamu," ujar Alex sembari memberikan tatapan serius.Dini mengernyitkan dahi. "Kayanya mau bicara serius deh," balasnya."Ya. Ini memang serius." Alex membenarkan ucapan kekasihnya."Kalau gitu kita bicara di kamar Mas aja," ucap gadis itu sembari berjalan hendak memasuki kamar.Akan tetapi, Alex berhasil menghentikannya. Pria itu menahan lengan Dini. Gadis itu pun berhenti dan berbalik menatap heran ke arahnya."Kita bicara di sini saja," cicit Alex sembari kembali memberikan tatapan serius.Dini menelan ludahnya sendiri. Gadis itu seolah merasakan ada hal tidak bagus yang akan terjadi. "Baiklah."Alex masih menggenggam tangan gadis itu. Lalu dirinya menarik napas dan mengembuskannya dengan berat. "Din, aku mau kita putus," ucapnya.Kedua mat
Baca selengkapnya

58. Tawaran dari Vera

Seorang wanita cantik berdiri tak jauh dari tempatnya. Wanita itu pun berjalan semakin mendekat ke arahnya."Syukurlah saya bisa bertemu Pak Alex di sini," ujarnya dengan sebuah senyuman manis."Bu Vera? Sedang apa Ibu ke sini?" balas Alex dengan pertanyaan."Emmm. Saya ... saya baru saja pulang, Pak. Dan nggak sengaja lihat Pak Alex sedang membeli es di sini," jawabnya. Vera tengah berbohong.Sebenarnya wanita itu memang sedang mencari keberadaan salah satu rekan kerjanya. Dia yang baru saja pulang dari kampus, melihat Alex yang sedang membeli di sebuah kedai minuman seorang diri. Segera saja Vera menghentikan kendaraannya dan menghampiri pria itu."Oh.""Pak Alex. Ada yang mau saya bicarakan sama Pak Alex," tuturnya.Alex menatap heran pada ketua jurusannya. "Soal?"Vera tampak gelisah. "Emmm. Ini soal pengunduran diri Pak Alex," jawabnya."Oh. Itu karena saya memang ingin mengundurkan diri saja."Vera menatap wajah tegas di hadapannya. Sung
Baca selengkapnya

59. A Goodbye Message

Alex memberikan tatapan tajam kepada Vera. "Ya. Aku ayahnya. Orang tua nggak bertanggung jawab yang ninggalin putri kecilnya untuk membelikan boba," ucap pria itu dengan wajah kesal.Vera berdiri mematung di tempatnya. Wanita itu malu tak terkira."Emmm. Maaf, Pak Alex. Saya nggak bermaksud buat anak Bapak nangis," ujarnya."Meski jika dia bukan anakku pun, seharusnya Bu Vera nggak memperlakukan anak kecil sekasar itu. Jika Ibu membenci anak kecil, bagaimana nantinya jika Ibu menikah dan memiliki anak?" Alex bertanya dengan sinisnya. Pria itu sudah tak menggunakan lagi bahasa formal seperti biasanya.Vera terdiam sejenak. Wanita itu kemudian menatap anak kecil yang kini sudah berada di gendongan ayahnya."Maaf, Pak Alex ...." cicitnya.Alex hanya diam dengan wajah garang seperti saat dia mengajar. Tanpa kata lagi, pria itu memilih pergi meninggalkan Vera, sang ketua jurusan yang berwatak angkuh pada orang lain. Kedua kaki jenjangnya pun melangkah mantap menin
Baca selengkapnya

60. Setelah Alex Pergi

Kedua mata beriris gelap itu bergerak membaca satu per satu huruf yang tersusun. Kedua matanya sudah berkaca-kaca. Kini air matanya menggenang pada kedua pelupuk matanya.[Jika kamu sudah membaca surat ini, itu berarti sudah beberapa hari kita tidak bertemu, Dini. Sekarang kamu pasti tengah duduk di balkon kamarku.]Pembukaan surat itu membuat Dini kesal. Seolah Alex memang sengaja melakukan hal tersebut. Pergi menghilang tanpa kabar.[Maaf jika kepergianku mendadak. Aku tahu kamu akan marah jika tahu hal ini. Makanya aku melakukannya supaya kamu tidak menagisi kepergianku.]"Aku udah nangis, Mas," gumam Dini sembari menghapus air matanya yang terjatuh membasahi pipi.[Maaf jika sebagai kekasih aku belum bisa membahagiakan kamu, Dini. Tapi aku sangat menyayangi dan mencintai kamu. Aku tahu hubungan kita tidak direstui oleh kedua orang tuamu. Akan tetapi rasa ini tak akan hilang begitu saja. Meski kita berada di tempat yang berbeda, aku harap kamu selalu tersenyum
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status