Home / Romansa / Duda Ganteng Meresahkan (Dugem) / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Duda Ganteng Meresahkan (Dugem): Chapter 61 - Chapter 70

98 Chapters

61. Dosen Pengganti

Sang dosen wanita kembali mengangguk setuju dengan ucapan Dini."Ya. Kamu benar. Ibu juga sudah mengenal Pak Alex. Beliau itu tipe orang yang dingin dan acuh tak acuh apa lagi pada wanita. Jadi kalau misalnya memang salah satu mahasiswi di sini yang jadi pacar Pak Alex berarti gadis itu adalah orang yang spesial."Dini senang mendengarnya. Dia adalah orang yang spesial bagi Alex, pikirnya. Setelah mengobrol, Dini segera berpamitan. Setidaknya kini dia tahu alasan Alex meninggalkan rumah dan kampus. Pria itu tengah berada dalam kesulitan karena hubungan mereka.'Baiklah. Di sini aku juga harus berjuang. Setidaknya aku harus lulus dengan prestasi supaya Mas Alex juga bangga. Dan akan kubuktikan pada Bapak dan Ibu bahwa cinta tak menghalangi seseorang untuk berprestasi.' Gadis itu meyakinkan dirinya sendiri dengan semangat yang berkobar di dalam dadanya.'Tapi sebenarnya siapa yang menyebarkan berita bohong itu? Kenapa tega memfitnah Mas Alex?' pikirnya lagi.Kini D
Read more

62. Kecurigaan Dini

Dini terpaku di tempatnya. Gadis itu diam sejenak sebelum menoleh. Masih terkejut dengan pertanyaan Vera. Dia ragu untuk sekedar mengaku. Karena gadis itu yakin kepergian Alex juga karena ingin melindunginya.Dini kemudian menarik napas dan mengembuskannya secara perlahan. Lalu dia menoleh untuk menghadap sang ketua jurusan lagi. Mulutnya terbuka namun belum ada kata yang terucap. Gadis itu kembali diperingatkan dengan siapa yang menyebarkan berita bohong tentang kekasihnya."Maaf, Miss. Saya juga kurang tahu." Gadis itu terpaksa berdusta. Dia tak ingin pengorbanan Alex menjadi sia-sia. Setidaknya sebelum dia bertemu siapa yang menyebarkan dan melaporkan hubungan mereka."Baiklah kalau begitu. Ya sudah, kamu boleh pergi," balas Vera."Makasih, Miss." Dini segera membuka pintu dan keluar meninggalkan ruangan sang ketua jurusan. Gadis itu pun kembali masuk ke kelasnya bersama Sinta."Jadi kenapa kamu lama dari ruangannya Miss Vera, Din?" tanya sang sahabat saat mer
Read more

63. Sinta dan Ridho

Dini terdiam mendengar ucapan dari Ridho. Memang benar bahwa Alex pergi tanpa pamit bahkan hanya meninggalkan sebuah surat saja. Kini sebagai mahasiswa di semester akhir yang sebentar lagi harus mengurus skripsi, Dini dihadapkan dengan beban kerinduan pada kekasih yang merupakan dosennya sendiri.Gadis itu menunduk setelah mendengar penuturan sang sahabat. Ridho yang baru saja berdebat dengan Sinta pun berhenti berargumen dan beralih menatap Dini."Din ...." panggil Sinta. Gadis itu memberikan tatapan tajam pada laki-laki di sebelahnya. Seolah memberi tahu bahwa dialah yang salah. Sedangkan Ridho membalas dengan tak kalah tajam."Sorry, Din. Bukan maksudku mau nyakitin kamu, tapi ini karena aku juga sayang sama kamu," timpal laki-laki itu mencoba menenangkan Dini yang sedih.Gadis di hadapan mereka berdua menggeleng cepat. "Nggak, kok. Kamu nggak perlu minta maaf. Kamu nggak salah, kamu bener, Dho. Memang Mas Alex pergi tanpa pamit dulu. Tapi ... setidaknya dia menin
Read more

64. Skripsi

Sontak saja Ridho dan Sinta saling berpandangan. Keduanya dapat melihat wajah masing-masing yang memerah. Terutama Ridho yang memiliki kulit putih bersih bak idol Korea. Sinta pun secara tiba-tiba merasakan degupan jantung yang tak seperti biasanya."Gimana? Katanya yang penting aku bahagia," ucap Dini lagi dengan entengnya."Ya nggak jadian juga kali, Din," protes Ridho kembali menatap wajah Dini. Samar-samar tampak kekecewaan di wajah Sinta."A-aku sih juga nggak mau jadian apa pacaran sama Ridho. Bapak kan melarangku buat pacaran," cicit Sinta membela dirinya agar tidak kalah dengan laki-laki yang duduk bersamanya."Maksudmu langsung nikah, Sin?" tanya Ridho kembali menatap Sinta. Dini yang hendak menanyakan hal yang sama pun memilih diam."Iya. Kenapa? Udah deh, ah! Dini juga mintanya aneh-aneh. Ogah aku sama oppa-oppa gadungan ini," ejek Sinta lagi sembari menjulurkan lidahnya."Gadungan-gadungan. Ngomong sama orang sinting memang nggak pernah nyambung,"
Read more

65. Luluhnya Hati Ibu

Dini menoleh dengan wajah terkejutnya. Gadis itu membalas tatapan sang ibu yang lurus mengarah kepadanya. Susah payah dia menelan ludah."Ngapain kamu di situ? Ya Allah ... Lewat mana lagi? Cepat balik!" seru Minarti sembari berkacak pinggang di balkon kamar Dini.'Haduh. Kenapa Ibu sampai masuk ke kamar segala, sih? Mana tadi aku lupa ngunci pintu lagi,' batin Dini."Cepat balik!" perintah sang ibu dengan wajah marahnya."I-iya, Bu." Dini hanya bisa bercicit membalasnya.Gadis itu segera membereskan laptop serta buku-bukunya. Memasukkan benda-benda tersebut ke dalam ransel. Lalu setelah dirasa sudah masuk semua yang diperlukan, Dini menggeser baik meja maupun selimut ke pojokan. Segera saja gadis itu mengambil ancang-ancang."Heh. Cepat turun!" ucap sang ibu masih dengan wajah kesal."Ibu minggir dulu," balas Dini sembari memberikan isyarat dengan tangannya."Kenapa Ibu mesti minggir?" Minarti kembali bertanya."Ibu minggir aja, ya. Bentar. Ke te
Read more

66. EsPeDe

Alex tersadar dari lamunannya. Pria itu pun tersenyum."Papi kenapa diem?" tanya Xena keheranan."Nggak. Papi nggak papa. Memangnya kenapa kalau sekolah di sini saja?" tanya Alex."Nggak mau, ah. Xena mau SD-nya di rumah kita yang dulu. Di sana aku bisa main sama Mami Dini. Papi kan juga udah janji mau menikah sama Mami Dini," tuntut anak kecil itu sembari melipat kedua tangannya. Bibirnya pun mengerut dengan kedua alis yang saling bertaut.Alex menghela napas berat. Pria itu menatap sang ibu dan Nining hanya menaikkan kedua alisnya."Xena. Dengarkan Papi," tutur pria itu pada putri kecilnya."Kalau kamu mau Mami Dini menjadi mamimu, maka kamu harus bersabar dulu. Sekarang belajarlah dan berlatihlah untuk kelulusan kamu," imbuhnya dengan nada lembut.Xena menatap wajah ayahnya yang tampak lelah. "Apa nanti Mami Dini akan datang di acara wisuda TK?" tanya gadis kecil itu penuh harap."Entahlah. Yang pasti, kamu tetap harus belajar dengan giat," hibur Alex semb
Read more

67. Paket Misterius

Siang itu Dini sedang menyelesaikan skripsinya. Tinggal menjilid dan meminta tanda tangan dari para dosen penguji saja. Dini pun tak ingin berlama-lama. Dia ingin segera beristirahat sejenak sebelum hari wisuda tiba. Mempersiapkan diri dan hatinya supaya menjadi lebih dewasa.Setelah selesai meminta tanda tangan dan juga telah mengurus segala hal untuk wisuda, gadis itu segera pulang. Dia pulang pada sore hari. Sang ibu pun sudah berada di rumah. Sedangkan sang ayah masih berada di kantornya."Assalamualaikum, Bu," sapa Dini pada sang ibu. "Waalaikumussalam," balas Minarti.Sang putri pun seperti biasa akan segera naik ke lantai dua. Minarti merasa kasihan padanya. Seharusnya Dini berbahagia ketika sudah tinggal menerima kelulusannya saja."Dini," panggil wanita itu sembari berjalan mendekati tangga.Dini segera menghentikan langkahnya. Gadis itu menoleh menatap sang ibu. "Ada apa, Bu?""Ini. Tadi paketmu datang," jawab wanita itu sembari menyerahkan seb
Read more

68. Kecewa

Dini masih mengetuk pintu kamar sang tetangga. Setelah berulang kali, tak kunjung ada sahutan dari dalam. Bahkan kamar itu terlihat gelap dari luar. Di kamar sebelah juga gelap. Hanya ada lampu penerangan luar saja yang dinyalakan. Dini pun sepertinya harus kembali kecewa. Sang kekasih tak ada di tempatnya."Ternyata Mas Alex belum pulang ... Terus kamu ke mana, Mas? Kenapa bilang mau menemuiku? Kamu juga tahu aku baru lulus sidang," gumamnya dengan rasa kecewa yang tampak dari wajahnya."Din, Dini! Kamu kenapa bisa di situ?" panggil sang ayah yang baru saja pulang bekerja. Pria paruh baya itu menghentikan motornya sejenak untuk melihat putrinya yang berdiri di balkon kamar rumah kosong di sebelahnya.Sontak saja gadis itu menoleh dan melihat ke bawah. Sang ayah masih menunggu jawaban darinya. Pria itu bertanya-tanya bagaimana sang anak bisa berada di sana."Aku ... Nggak kok, Pak. Aku cuma iseng aja," jawab Dini.Budi segera turun dari motornya. Pria itu mengham
Read more

69. Graduation

Mentari kembali menyapa di atas langit pada sebuah desa modern. Dini sudah bersiap dan sedang mengenakan kebaya hadiah dari sang pacar. Setelah berminggu-minggu mengurus segala hal, kini hari yang dia tunggu telah tiba.Dini sedang mematut diri di depan cermin kamar. Gadis itu tampak cantik dengan kebaya biru muda itu. Kebayanya pun pas sekali di tubuhnya yang langsing namun berisi di beberapa bagian tertentu. Dengan kelihaiannya, Dini memoleskan riasan pada wajahnya. Di hari yang spesial itu dia ingin tampil natural dengan riasan yang tak terlalu mencolok.Rambutnya pun dia ikat dan digelung rapi. Jepit-jepit kecil menghiasi rambutnya agar terlihat semakin menawan. Tak lupa jepit rambut cantik sebagai penghias surainya yang hitam. Penampilannya pun semakin sempurna dengan sepasang anting-anting berwarna biru muda yang segaja dia beli sebelum hari wisuda."Pas banget. Jadi nggak sabar ketemu sama kamu, Mas," gumam Dini sembari tersenyum pada pantulan dirinya sendiri.
Read more

70. Pengakuan Vera

Dini menatap wanita cantik berkacamata yang merupakan dosen pembimbingnya. Gadis itu pun meminta izin pada kedua orang tuanya terlebih dahulu. Vera juga memberikan hormat pada kedua orang tua Dini."Ada apa, Miss?" tanya Dini.Vera menatap lekat-lekat wajah mahasiswinya yang tampak cantik alami dengan riasan yang tidak tebal."Apa selama ini kamulah gadis yang disembunyikan oleh Pak Alex?" tanya wanita itu.Dini membulatkan kedua matanya. Dia tak menyangka jika sang dosen mendengar percakapannya dan kedua orang tuanya tadi."Ah. Emmm."Gadis itu mulai gelisah. Dia tak ingin memberatkan Alex dan mengkhianati pengorbanan kekasihnya itu karena hubungan terlarang antara mahasiswi dan dosennya sendiri. Kemudian gadis itu teringat akan sesuatu.'Aku sekarang kan sudah bukan mahasiswa lagi. Berarti ....'"Apakah itu benar, Dini?" tanya Vera yang menuntut penjelasan.Dini mendongak untuk membalas tatapan sang dosen. Gadis itu lalu tersenyum. "Sebelum saya
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status