ホーム / Romansa / Duda Ganteng Meresahkan (Dugem) / チャプター 81 - チャプター 90

Duda Ganteng Meresahkan (Dugem) のすべてのチャプター: チャプター 81 - チャプター 90

98 チャプター

81. Akhirnya Sah!

Dini dan Alex berjalan menuruni tangga. Mereka kini telah sampai di lantai satu. Gadis itu pun melepaskan genggaman tangannya ketika mereka sudah sampai di depan pintu samping rumahnya."Nggak nganter sampai depan rumahku?" goda Alex sembari tersenyum mengejek.Dini menggeleng. "Nggak.""Tumben."Kini Alex menghadap Dini, gadis muda yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Pria itu pun mengusap lembut rambut calon istrinya. Alex kini tengah membelakangi tenda di halaman rumah mereka yang menjadi pemisah antara rumahnya dan rumah Dini."Hahhh. Nggak nyangka ya besok kita akan menikah. Kau bahagia?" tanya Alex kemudian.Dini mengangguk. "Sangat bahagia," balasnya dengan wajah mulai merona merah.Alex tersenyum mendengarnya. Pria itu lalu melepaskan tangannya dari kepala Dini. Keduanya kini saling berpandangan."Aku gugup. Besok aku akan mengucapkan ikrar suci di hadapan kedua orang tuamu," tutur Alex sembari memasukkan kedua tangannya pada kantong cela
続きを読む

82. Kebahagiaan Xena

Sinta masih menatap tak percaya pada laki-laki di hadapannya yang memiliki ketampanan bak idol Korea. Ridho menatap lurus ke arah kedua mata Sinta. Rambutnya yang sudah pendek tertiup pelan oleh angin yang berembus di sekitarnya."Ka-kamu pernah bicara sama Bapak?" ulang Sinta."Ya. Dan Bapak kamu sudah menyetujuinya. Tinggal kamunya aja yang bagaimana?" tanya Ridho lagi. Kali ini laki-laki tampan itu meraih kedua tangan Sinta dan menggenggamnya."Aku akan melamarmu," sambungnya.Sinta mengerjap. Masih tak percaya dengan ucapan Ridho. Setahu dirinya, laki-laki itu menyukai Dini. Jika dia ingin berpindah ke lain hati, seharusnya bukan dengan dia. Mereka saja sering bertengkar memperdebatkan hal-hal sepele."Ka-kamu yakin?" Sinta mengernyitkan dahinya ketika bertanya.Ridho mengangguk. "Tentu.""Ehem!" Dehaman itu mengagetkan baik Ridho maupun Sinta. Keduanya langsung menoleh ke sumber suara.Di hadapan mereka berdiri Dini dan Alex. Mereka berdua pun la
続きを読む

83. Jadi Makan, Nggak?

Alex dengan cepat kembali menata seperainga. Pria itu juga menata beberapa kelopak bunga mawar merah di atas kasurnya. Membuat bentuk hati. Dia tersenyum-senyum sendiri karena saking bahagianya.Kemudian Alex meraih benda yang lain lagi dari dalam kotak. Pria itu mengambil beberapa buah lilin plastik lalu menyalakan tombol on-nya. Lilin plastik itu pun menyala redup karena memang hanya lilin hias dari baterai. Selanjutnya Alex mengambil lilin-lilin yang lainnya dan menatanya pada lantai di sekitar tempat tidurnya yang sudah tertata.'Sudah selesai. Nggak nyangka aku bakal membuat seperti ini,' ucapnya dalam hati membanggakan hasil karyanya sendiri.Alex pun keluar dari kamarnya. Pria itu menutup rapat pintu kamar. Dia segera turun ke lantai satu untuk menemui Dini, gadis yang kini telah sah menjadi istrinya."Mas Alex." Panggilan manis itu menghentikan langkah Alex untuk menuju ke rumah sebelah.Ternyata Dini sudah berada di rumahnya. Gadis itu pun sudah berganti
続きを読む

84. Gangguan Si Kecil

Pria itu membatu saat mendapati putri kecilnya kini mengintip dari celah pintu."Xena?" gumamnya memanggil nama sang anak.Dini pun ikut menoleh ke arah pintu kamar. Benar saja di sana ada gadis kecil yang berdiri mengintip aktivitas mereka berdua. Pintu pun terbuka semakin lebar."Papi sama Mami lagi ngapain?" Pertanyaan polos itu terlontar dari mulut mungilnya.Alex kembali menatap sang istri yang berada di bawahnya. Dini pun membalas tatapan pria itu. Mereka memiliki pertanyaan yang sama. Segera setelahnya Alex menyingkir dari tubuh Dini dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang hampir polos karena ulah sang suami."Bukannya sandal Xena ada di rumahmu, ya?" tanya Alex pada istrinya.Dini membetulkan pakaiannya dan segera duduk di samping Alex. Gadis itu mengangguk mengiyakan. Xena kini memasuki kamar sang ayah dan kagum dengan lilin-lilin kecil di atas lantai."Kan tadi Xena pulang nggak pakai sandal. Lupa tadi sandal Xena ada yang masih di ruma
続きを読む

85. Good Morning, My Wife

Embusan angin dingin membelai dedaunan dan tembok rumah-rumah di sekitarnya. Seorang pria terganggu dengan hawa dingin yang membelai kulit polosnya. Selimut tebal yang ia kenakan ternyata sudah tersingkap sebagian.Alex kemudian membuka perlahan kedua matanya. Pria itu langsung tersenyum saat kedua netranya menangkap wajah tenang gadis cantik yang kini menjadi istrinya. Tangan kekarnya pun membetulkan selimut agar menutupi bahu mulus sang istri lalu membelai wajah Dini dengan lembut."Akhirnya aku bisa mendapatkan kamu, Dini," gumam Alex di sela-sela belaiannya.Rambut Dini dia sugar ke belakang sehingga wajah cantiknya yang alami dapat dia lihat dengan jelas. Meski kamar itu hanya disinari lampu dari lilin-lilin kecil, tetapi wajah sang istri masih dapat dia nikmati.Alex menyandarkan salah satu tangannya, menopang dagu. Pria itu masih betah membelai lembut rambut panjang istrinya yang wangi. Dia kembali teringat dengan malam panasnya tadi. Sebuah senyuman lebar pun
続きを読む

86. Malam Pertama

Pasangan pengantin baru itu kini sudah berada di kamar mandi. Dini menggunakan kesempatan itu untuk bermanja pada suaminya. Gadis itu membiarkan Alex memandikan dirinya dengan penuh perhatian. Ini sebagai bentuk pertanggung jawaban pria itu atas kejadian tadi malam."Mas Alex," panggil Dini yang tengah menikmati pijatan lembut di kepalanya."Hm?" Alex kini meraih shower untuk membersihkan rambut sang istri yang terkena shampo."Aku bahagia banget akhirnya kita bisa menikah. Nggak nyangka ya Mas Alex yang dulu suka jauhin bahkan galakin aku ternyata bisa suka juga sama aku," ucap Dini sembari memejamkan kedua matanya. Menikmati aliran air dingin yang menyegarkan.Alex diam sejenak. Pria itu juga ikut teringat dengan masa di mana dia begitu terganggu dengan kehadiran gadis yang kini menjadi istrinya."Itu kan karena kamunya yang ganjen dan nggak tahu malu. Coba deh sadar diri. Cewek mana yang ngejar-ngejar duda beranak satu terus suka sekali bersikap tak senonoh,"
続きを読む

87. Jodoh Lima Langkah

"Oh begitu. Ya udah deh nggak jadi ikut. Kata Kakung juga kalau Mami sama Papi lagi malam pertama aku nggak boleh ganggu." Xena kembali berujar dengan wajah polosnya yang menggemaskan."Hahaha. Iya lah. Kalau kamu ikut dan gangguin Mami sama Papi kamu pas malam pertama, nanti kamu nggak dapet adek." Tiba-tiba saja Budiono ikut bergabung dengan mereka.Dini menatap ke arah sang ayah dengan tatapan tak percaya."Bapak!""Oh. Jadi gitu, ya, Kung. Kalau selesai malam pertama bakal dapet adek baru?" tanya gadis kecil itu yang kini beralih pada kakeknya."Iya. Makanya kamu nggak boleh ganggu Mami dan Papi kamu. Kamu juga harus tidur sendiri," imbuh pria paruh baya tersebut dengan tatapan serius yang menurut Dini tampak menyebalkan."Bapak jangan ngajarin yang enggak-enggak sama anak kecil!" Minarti mengingatkan suaminya."Bapak nggak ngajarin yang enggak-enggak, kok. Cuma kasih tahu Xena saja kalau pengen dapet adek baru," jawab Budi dengan santainya.Baik
続きを読む

88. Ajakan Bulan Madu

"Nanti aja, Din," balas Alex dengan wajah pasrah namun masih ingin merahasiakan sesuatu."Baiklah," desah Dini."Yah. Xena nggak tahu dong," protes gadis kecil yang bersama mereka.Semua orang dewasa pun tertawa karena kepolosan Xena.Hingga sore pun tiba, Alex kembali mengajak istrinya untuk tidur di kamarnya. Pria itu juga meminta Dini untuk memindahkan barang-barang serta pakaiannya. Sekarang Budi yang tampak tak rela."Biarkan saja lah pakaian sama barang-barangmu di kamar lamamu, Din. Kan rumah Nak Alex juga sebelahan," tutur pria paruh baya itu ketika Dini mengemasi barang-barang miliknya dibantu sang suami.Anak gadisnya yang sudah menjadi tanggung jawab pria lain pun tersenyum. "Pak. Meski dekat, tapi kan aku nggak boleh pisah sama Mas Alex. Apa lagi pisah ranjang. Nanti dikira nikahan kami cuma settingan lagi," jelasnya.Budi diam sejenak. Memikirkan ucapan dari putrinya. Pria paruh baya itu juga tahu bahwa kini sudah ada yang menjaga putri kesay
続きを読む

89. Bersamamu

Kini burung besi itu sudah mendarat kembali di atas bumi. Dini malah tertidur selama di dalam perjalanan. Alex pun harus membangunkannya."Din. Dini. Bangun! Kita udah sampai," panggil pria itu sembari menepuk-nepuk pelan kedua pipi istrinya."Emmmhhh." Dini melenguh. Gadis itu kemudian membuka kedua matanya. Benar saja, pesawat yang mereka tumpangi sudah mendarat dengan selamat."Eh? Kita udah sampai di Bali?" tanya gadis itu yang sudah sadar dari tidurnya."Iya. Ayo cepetan kita turun!" ajak Alex sembari menarik pelan tangan istrinya.Dari bandara mereka langsung menuju ke sebuah hotel bintang lima. Dini takjub melihat bangunan yang megah itu. Dia kini berjalan bersama Alex yang mengandeng tangannya serta menyeret koper di tangan yang lain."Silakan kuncinya," ucap seorang resepsionis wanita dengan ramah.Alex segera menerima kunci tersebut. Mereka berdua pun segera menuju ke kamar dengan didampingi oleh seorang Bell Boy. Kini mereka telah sampai di dep
続きを読む

90. Gangguan di Pantai

Mentari sudah menyapa langit pulau Dewata. Alex dan Dini segera bersiap untuk jalan-jalan mengelilingi tempat wisata yang telah pria itu janjikan. Keduanya menikmati saat-saat bersama.Seperti janji Alex, pria itu akan mengajak sang istri untuk bermain air di tepi pantai. Dini kini mengenakan dress putih bermotif bunga dengan kedua lengannya yang pendek hampir memperlihatkan kedua ketiaknya. Alex sendiri tak mau kalah. Pria itu mengenakan kaos yang dipadankan dengan kemeja berwarna putih tanpa dibenarkan semua kancingnya.Kini pasangan berbeda usia itu menikmati berjalan di pantai yang sudah ramai. Alex terus menggandeng istrinya saat berjalan. Mereka membiarkan kedua kaki mereka basah terkena gulungan ombak yang tenang."Hahaha. Mas Alex, lihatlah di sana ada kerang!" seru Dini dengan antusias.Gadis itu pun berjalan mendekat untuk mengambil kerang yang dimaksud. Benar saja, dia menemukan sebuah kerang yang indah dengan corak kecokelatan."Lihatlah, Mas! Cantik
続きを読む
前へ
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status