"Yah. Pakai ditulisi segala. Mana udah ditutup lagi tirainya. Nggak bisa ketemuan lagi, dong," sungut Dini sembari mengerucutkan bibirnya.
Gadis itu pun menyerah saja. Toh dia sudah mendapatkan kepastian tentang hubungannya dan Alex. Sebentar lagi dia akan menikahi duda tampan nan meresahkan itu.Malam hari semakin larut. Dini tak kunjung bisa tidur. Gadis itu terlalu bahagia. Dia kembali menggelinding di atas kasurnya dan menimbulkan suara karena hentakan kakinya."Din. Jangan berisik," ujar sang ibu yang tiba-tiba sudah mengintipnya dari celah pintu yang terbuka.Dini menghentikan tindakannya itu. "Maaf, Bu. Habisnya aku seneng banget," balasnya.Minarti pun berjalan memasuki kamar putrinya. "Ya udah. Tidur. Besok kan kamu juga harus persiapan buat hari pernikahan kamu," tuturnya dengan lembut.Minarti lalu duduk di sisi ranjang. Dini pun duduk dan memeluk ibunya."Makasih, ya, Bu. Ibu udah merestui hubunganku sama Mas Alex," ucapnya.Minarti mengeMobil merah milik Alex kini sudah berhenti di depan sebuah butik. Setelah kurang lebih dua puluh menit berkendara, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan utama. Alex segera turun dari mobil diikuti Dini.Keduanya pun berjalan beriringan. Dini hendak menggandeng mesra calon suaminya. Akan tetapi pria itu sudah memberikannya peringatan agar tak terlalu agresif."Yah. Padahal cuma mau gandeng doang," sungut Dini sembari mengerucutkan bibirnya.Alex hanya mengerutkan dahinya. "Ya tahan! Lagian ini tempat umum. Malu lah kalau dilihat orang," balas pria itu."Ya udah deh. Demi cintaku ke Mas Alex aku akan menurutinya," ucap Dini terpaksa menurut.Kini keduanya sudah berada di dalam butik. Kedatangan mereka langsung disambut oleh dua orang karyawan yang bekerja. Lalu muncullah seorang wanita cantik dengan kerudung biru muda."Alex!" sapa wanita itu.Dini menautkan kedua alisnya saat melihat ada wanita cantik yang menyapa calon suaminya dengan ramah. Gadis itu pun
"Miss Vera?""Bu Vera."Alex menatap tajam pada wanita cantik itu. Pria itu tentu saja masih tersinggung dengan sikap kasar Vera terhadap putri kesayangannya. Vera menghampiri mereka berdua. Wanita itu menangkap gelagat tak senang yang kentara dari Alex, pria yang pernah menjadi idamannya."Selamat pagi, Pak Alex, Dini," sapanya mencoba ramah."Hm." Alex menjawab dengan malas."Ada apa, Miss?" tanya Dini mencoba mencairkan suasana. Gadis itu bertanya-tanya mengapa calon suaminya tampak sangat tak menyukai sang ketua jurusan."Saya ... Saya mau minta maaf sama Pak Alex dan kamu, Din," jawabnya menatap bergantian kedua orang yang baru saja selesai menatap ayam bakar."Silakan duduk dulu, Miss," tawar Dini dengan sopan dan menarik sebuah kursi untuk dosennya."Terima kasih, Din." Vera duduk di hadapan Dini dan Alex."Pak Alex. Saya benar-benar minta maaf untuk kejadian tak menyenangkan di waktu itu. Saya benar-benar tak tahu jika anak kecil itu anak
Pagi itu Dini tengah mematut diri di depan cermin kamarnya. Gadis itu sudah rapi dengan blouse berwarna merah muda. Pagi itu dia akan menghadiri pesta pernikahan dosen pembimbingnya bersama sang calon suami. Keduanya pun sudah membawa hadiah untuk Vera.Kini dia bersama Alex berjalan menuju mobilnya. Xena pun hanya diam di depan rumah Dini lantaran tak mau ikut dengan mereka berdua. Gadis kecil itu tak ingin ikut hadir di pesta pernikahan orang yang pernah memarahinya."Beneran kamu nggak ikut, Sen?" tanya Dini."Iya. Xena di rumah aja sama Kakung, Uti, dan Nenek," ucap gadis kecil itu."Baiklah.""Kamu nggak akan lama-lama kok, Sayang. Papi sama Mami akan segera pulang," timpal Alex."Benar. Toh Papi sama Mami juga harus mengurus persiapan buat besok Jumat," imbuh Dini dengan senyuman manisnya.Kini setelah berpamitan keduanya memasuki mobil Alex. Mereka pun menuju ke tempat resepsi. Setidaknya Alex sudah tak sendiri lagi saat menghadiri ke sebuah acara.
Sore itu keluarga Dini dan Alex mulai menyiapkan untuk pernikahan anak-anak mereka. Setelah menjadi tamu undangan, mereka benar-benar akan mengundang para sanak saudara dan juga tetangga. Hubungan asmara Alex dan Dini pun baru diketahui oleh warga sekitar saat itu juga.Kini para warga ada yang sudah datang untuk sekedar membantu persiapan pernikahan. Mereka senang karena anak gadis dari Budi dan Narti akhirnya menikah dengan seorang duda tampan yang menjadi idola para ibu-ibu."Duh, Din. Nggak nyangka kamu dapat duda ganteng. Ibu ngidam tahu pengen mantu baguse puol kaya Alex. Eh tapi sayang, anaknya Ibu masih SMP, cowok lagi," goda seorang ibu pada calon pengantin perempuan. Wanita itu merupakan salah satu tetangga Dini."Hehe. Iya, Bu. Cocok nggak Dini sama Mas Alex?" Dini balik bertanya sembari menaik turunkan kedua alisnya."Cocok banget. Meski beda usianya jauh, tapi ya, Alex masih cocok lah kalau didandani kaya anak muda," balas ibu-ibu tadi sembari menoel bah
Dini dan Alex berjalan menuruni tangga. Mereka kini telah sampai di lantai satu. Gadis itu pun melepaskan genggaman tangannya ketika mereka sudah sampai di depan pintu samping rumahnya."Nggak nganter sampai depan rumahku?" goda Alex sembari tersenyum mengejek.Dini menggeleng. "Nggak.""Tumben."Kini Alex menghadap Dini, gadis muda yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Pria itu pun mengusap lembut rambut calon istrinya. Alex kini tengah membelakangi tenda di halaman rumah mereka yang menjadi pemisah antara rumahnya dan rumah Dini."Hahhh. Nggak nyangka ya besok kita akan menikah. Kau bahagia?" tanya Alex kemudian.Dini mengangguk. "Sangat bahagia," balasnya dengan wajah mulai merona merah.Alex tersenyum mendengarnya. Pria itu lalu melepaskan tangannya dari kepala Dini. Keduanya kini saling berpandangan."Aku gugup. Besok aku akan mengucapkan ikrar suci di hadapan kedua orang tuamu," tutur Alex sembari memasukkan kedua tangannya pada kantong cela
Sinta masih menatap tak percaya pada laki-laki di hadapannya yang memiliki ketampanan bak idol Korea. Ridho menatap lurus ke arah kedua mata Sinta. Rambutnya yang sudah pendek tertiup pelan oleh angin yang berembus di sekitarnya."Ka-kamu pernah bicara sama Bapak?" ulang Sinta."Ya. Dan Bapak kamu sudah menyetujuinya. Tinggal kamunya aja yang bagaimana?" tanya Ridho lagi. Kali ini laki-laki tampan itu meraih kedua tangan Sinta dan menggenggamnya."Aku akan melamarmu," sambungnya.Sinta mengerjap. Masih tak percaya dengan ucapan Ridho. Setahu dirinya, laki-laki itu menyukai Dini. Jika dia ingin berpindah ke lain hati, seharusnya bukan dengan dia. Mereka saja sering bertengkar memperdebatkan hal-hal sepele."Ka-kamu yakin?" Sinta mengernyitkan dahinya ketika bertanya.Ridho mengangguk. "Tentu.""Ehem!" Dehaman itu mengagetkan baik Ridho maupun Sinta. Keduanya langsung menoleh ke sumber suara.Di hadapan mereka berdiri Dini dan Alex. Mereka berdua pun la
Alex dengan cepat kembali menata seperainga. Pria itu juga menata beberapa kelopak bunga mawar merah di atas kasurnya. Membuat bentuk hati. Dia tersenyum-senyum sendiri karena saking bahagianya.Kemudian Alex meraih benda yang lain lagi dari dalam kotak. Pria itu mengambil beberapa buah lilin plastik lalu menyalakan tombol on-nya. Lilin plastik itu pun menyala redup karena memang hanya lilin hias dari baterai. Selanjutnya Alex mengambil lilin-lilin yang lainnya dan menatanya pada lantai di sekitar tempat tidurnya yang sudah tertata.'Sudah selesai. Nggak nyangka aku bakal membuat seperti ini,' ucapnya dalam hati membanggakan hasil karyanya sendiri.Alex pun keluar dari kamarnya. Pria itu menutup rapat pintu kamar. Dia segera turun ke lantai satu untuk menemui Dini, gadis yang kini telah sah menjadi istrinya."Mas Alex." Panggilan manis itu menghentikan langkah Alex untuk menuju ke rumah sebelah.Ternyata Dini sudah berada di rumahnya. Gadis itu pun sudah berganti
Pria itu membatu saat mendapati putri kecilnya kini mengintip dari celah pintu."Xena?" gumamnya memanggil nama sang anak.Dini pun ikut menoleh ke arah pintu kamar. Benar saja di sana ada gadis kecil yang berdiri mengintip aktivitas mereka berdua. Pintu pun terbuka semakin lebar."Papi sama Mami lagi ngapain?" Pertanyaan polos itu terlontar dari mulut mungilnya.Alex kembali menatap sang istri yang berada di bawahnya. Dini pun membalas tatapan pria itu. Mereka memiliki pertanyaan yang sama. Segera setelahnya Alex menyingkir dari tubuh Dini dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang hampir polos karena ulah sang suami."Bukannya sandal Xena ada di rumahmu, ya?" tanya Alex pada istrinya.Dini membetulkan pakaiannya dan segera duduk di samping Alex. Gadis itu mengangguk mengiyakan. Xena kini memasuki kamar sang ayah dan kagum dengan lilin-lilin kecil di atas lantai."Kan tadi Xena pulang nggak pakai sandal. Lupa tadi sandal Xena ada yang masih di ruma
Setelah beberapa hari, Dini kembali bermanja pada suaminya. Kasihan juga Alex setiap malam harus tidur di sofa karena sang istri yang tiba-tiba jengah melihatnya.Pria itu kini berbaring di samping Dini di atas kasurnya yang empuk. Lalu dia memiringkan badannya agar bisa menatap sang istri yang tengah tidur telentang menatap langit-langit kamar."Sayang," panggil Alex."Hm?" Dini menoleh sembari tersenyum lembut.Alex kemudian mengangkat tangannya dan mengelus lembut perut rata sang istri. "Kamu sudah nggak males lagi denganku, kan?" tanya pria itu.Dini tersenyum memperlihatkan gigi-giginya. "Hehe. Enggak, kok.""Syukur deh. Kemarin juga kenapa sih bawaan bayi malah nggak mau lihat aku?" protes Alex yang masih mengusap lembut perut istrinya.Dini terkekeh mendengar penuturan sang suami. "Maaf, ya, Mas. Aku kemarin-kemarin nggak tahu bawaannya pengen marah gitu kalau lihat Mas Alex," ucapnya.Sang suami menghela napas. "Hahhh. Bisa-bisanya benci suami sendiri. Tapi nggak papa. Aku pah
Dokter segera melakukan beberapa pemeriksaan untuk pasiennya. Seorang dokter wanita pun kembali duduk di hadapan Alex dan Dini. Wanita itu tersenyum sembari menatap bergantian dua orang di hadapannya."Gimana istri saya, Dok?" tanya Alex."Selamat, ya, Pak. Bu Dini tengah mengandung dan usia kandungannya sudah menginjak empat minggu," jawab sang dokter masih dengan senyumannya."Alhamdulillah ... Dini. Akhirnya kamu hamil," ujar Alex dengan raut kebahagiaan yang tak dapat dia sembunyikan."Iya, Mas. Makasih, Bu Dokter," ucap Dini ikut bahagia."Sama-sama. Saya hanya membantu meriksa saja, kok."Alex pun memeluk sang istri. Pria itu kemudian mengecup lembut kening Dini dengan penuh kasih sayang.Setelah mendapatkan obat dan vitamin, Dini bersama suaminya yang menuntun dirinya keluar dari ruang periksa. Kini gadis cantik itu sudah menjelma menjadi seorang wanita yang sebentar lagi akan menjadi ibu."Gimana pemeriksaannya, Nduk?" tanya Minarti sembari me
Dini baru saja membuka kedua matanya. Gadis itu pun merasakan hawa hangat yang mengitari seluruh tubuhnya. Ketika kesadarannya sudah penuh, sebuah senyuman terpasang di wajah bangun tidurnya.Kini setiap kali dia membuka mata, sosok tampan berwajah blasteran Amerika yang menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Dini tak pernah melewatkan untuk menatapi betapa tampannya suaminya itu. Jemarinya pun bergerak mengelus lembut rahang tegas Alex yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus."Belum puas menatapku?" tanya pria itu masih dengan kedua mata terpejam.Dini terkekeh. "Ih. Mas udah bangun ternyata."Alex pun membuka kedua matanya. Pria itu tersenyum. Lalu dia mengeratkan kembali dekapannya pada tubuh ramping sang istri."Hahhh. Setiap bangun lihat kamu rasanya adem," gumam pria itu."Hihi. Mas Alex mulai deh suka gombal," balas Dini sembari mencubit pelan dagu suaminya."Ya sudah. Ayo kita mandi!" ajak pria itu yang kini mulai mengendurkan pelukannya."I
Hari membahagiakan bagi Sinta dan Ridho pun tiba. Kini keduanya sudah sah menjadi suami istri. Alex, Dini, dan Xena pun hadir pada acara pernikahan mereka berdua."Selamat, ya, Sinta, Ridho. Aku benar-benar ikut bahagia atas pernikahan kalian," ucap Dini sembari memeluk dua sahabatnya.Tindakan Dini membuat Alex membelalakkan kedua matanya. Pasalnya pria itu tahu bahwa Ridho merupakan mantan pacar istrinya. Pria yang pernah menemani Dini saat Alex masih mengabaikan perasaannya."Makasih, Din. Makasih juga saran dan doanya," balas Sinta sembari membalas pelukan sahabatnya itu.Ridho pun ikut membalas pelukan Dini. Namun, pria itu sadar tengah ditatap tajam oleh suami sahabatnya. Segera saja Ridho menjauhkan diri dan membiarkan Dini berpelukan dengan Sinta. Meski sudah tak ada perasaan apa-apa terhadap Dini, Ridho tetap menghargai Alex sebagai suami sah sahabatnya."Pak Alex," sapa Ridho sembari menyalami pria tampan dan gagah yang kini sudah berdiri tepat di hadap
Dua minggu telah berlalu bagi kedua pengantin baru itu. Dini sudah mulai ikut mengelola butik milik suaminya. Keduanya kini seolah tak dapat dipisahkan. Ke mana pun Alex berada, di situ bisa dipastikan ada Dini juga. Begitu pula sebaliknya.Hingga sore tiba, keduanya sudah kembali beristirahat di rumah. Saat itu juga, anak perempuan mereka berjalan mendekati kedua orang tuanya sembari membawa sebuah kertas berwarna merah muda yang dibungkus dengan plastik."Mami," panggil Xena pada sang ibu."Ya, Sayang. Ada apa?"Xena duduk di samping sang ibu. "Ini tadi ada titipan buat Mami sama Papi," jawabnya sembari menyerahkan kertas yang ternyata sebuah undangan."Undangan? Dari siapa?" tanya Dini sembari mengernyitkan dahinya. Wanita itu pun menerima kertas undangan tersebut.Belum sempat dia membaca siapa gerangan yang mengirim undangan, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan segera Dini menerima panggilan terlebih dahulu sembari kedua matanya membaca tulisan na
Pagi itu Alex akan membawa sang istri menuju ke tempat kerjanya. Dini pun dengan semangat empat limanya sudah berdandan rapi. Alex kini melihat tampilan cantik istrinya."Kenapa? Apa ada yang aneh?" tanya gadis itu sembari menatap kedua mata abu suaminya.Alex melipat kedua tangannya di depan dada. Pria itu kemudian mengusap bibir Dini dengan lembut."Nggak usah pakai gincu!" ujarnya.Kini lipstik yang tadinya menempel rapi pada bibir Dini menjadi belepotan ke mana-mana. Gadis itu pun memundurkan tubuhnya."Ih. Kenapa nggak boleh? Nanti jadi pucet dong," protesnya.Alex kembali mendekat ke arah istrinya. Pria itu menghapus lipstik sang istri lagi dengan ibu jarinya. Kedua alis tebalnya pun saling bertautan."Nggak usah kubilang! Kamu itu udah cantik. Nggak perlu pakai gincu-gincu beginian kalau ke luar rumah!" tegasnya ikut kesal.Dini kini diam saat suaminya menghapus lipstik merah pada bibirnya dengan usapan lembut. Sebuah senyuman muncul di wajahny
Siang hari di hari berikutnya Alex dan Dini sudah kembali ke rumah. Mereka langsung disambut oleh keluarga mereka terutama Xena. Gadis itu langsung berlari setelah mendengar suara taksi yang berhenti tepat di depan rumahnya. Dengan segera Xena menghampiri sang ibu saat Dini baru saja turun dari mobil."Mamiiiii!" seru gadis kecil itu sembari berlari-lari kecil. Xena memeluk Dini dan dibalas olehnya. "Ya ampun. Saking kangennya kamu sama Mami?" tanya Dini kemudian."Iya. Xena kangen banget sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari mengerucutkan bibirnya."Kangen banget, ya? Mami juga kangen sama kamu, Sayang." Dini membalas dengan tersenyum. Gadis yang kini resmi menjadi wanita sang duda tampan pun berjongkok agar sejajar dengan putri kecilnya."Iya. Xena kangen banget.""Nggak kangen sama Papi?" tanya sang ibu kemudian."Ya kangen. Tapi lebih kangen sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari ter menampakkan gigi-giginya.Keluarga kecil itu kembali ke
"Mas Alex keren, deh," puji Dini saat dia berjalan dengan salah satu tangannya digenggam erat oleh sang suami."Kamu seharusnya langsung mendatangiku! Gimana kalau mereka sampai berbuat yang tidak-tidak, coba?" hardik pria itu tanpa menoleh.Dini merasa bersalah. Namun, gadis itu tetap saja tak bisa berhenti memikirkan betapa keren sang suami."Iya, Mas. Maaf.""Duh. Anak jaman sekarang kok ya ada yang model begitu! Kasihan kalau sampai ada cewek yang diganggu lagi," sambung pria itu.Dini merasa takjub dengan sang suami. Mungkin karen memiliki seorang anak perempuan yang masih kecil makanya Alex tak terima jika ada yang mengganggu perempuan. Apa lagi perempuan-perempuan yang hidup bersamanya. Alex terus melangkah sembari membawa istrinya berjalan kembali menuju hotel. Keduanya diam selama dalam perjalanan pulang dan kini sudah sampai di dalam kamar mereka yang mewah."Sekarang kamu mandi! Bajumu kotor itu," ucap Alex sembari menunjuk ke arah rok sang is
Mentari sudah menyapa langit pulau Dewata. Alex dan Dini segera bersiap untuk jalan-jalan mengelilingi tempat wisata yang telah pria itu janjikan. Keduanya menikmati saat-saat bersama.Seperti janji Alex, pria itu akan mengajak sang istri untuk bermain air di tepi pantai. Dini kini mengenakan dress putih bermotif bunga dengan kedua lengannya yang pendek hampir memperlihatkan kedua ketiaknya. Alex sendiri tak mau kalah. Pria itu mengenakan kaos yang dipadankan dengan kemeja berwarna putih tanpa dibenarkan semua kancingnya.Kini pasangan berbeda usia itu menikmati berjalan di pantai yang sudah ramai. Alex terus menggandeng istrinya saat berjalan. Mereka membiarkan kedua kaki mereka basah terkena gulungan ombak yang tenang."Hahaha. Mas Alex, lihatlah di sana ada kerang!" seru Dini dengan antusias.Gadis itu pun berjalan mendekat untuk mengambil kerang yang dimaksud. Benar saja, dia menemukan sebuah kerang yang indah dengan corak kecokelatan."Lihatlah, Mas! Cantik