Dini duduk di tepi tempat tidurnya. Gadis itu menoleh ke luar jendela. Kamar di seberang rumahnya masih saja tertutup rapat. Bahkan tak ada tanda-tanda kehidupan di rumah bercat putih tersebut. Sebagian cat luarnya pun ada yang mengelupas karena sudah hampir dua tahun tak ditinggali.
Gadis itu mulai kesal. Alex tak datang di acara wisudanya. Dia hanya ingin pria itu menepati janjinya. Akan tetapi, ternyata dia yang terlalu berharap banyak pada sang kekasih yang bahkan tak memberikannya kabar lewat surat ataupun pesan singkat."Tega kamu, Mas! Kamu udah bohongin aku. Mas Alex bilang mau bertemu denganku. Bahkan sudah membelikanku kebaya secantik ini. Tapi Mas nggak datang dan masih saja aku nggak tahu keberadaanmu," cicitnya dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca.Dini mengusap kedua sudut matanya secara kasar. Dia tak ingin menangis. Dengan segera dia bangkit dan melepaskan pakaiannya. Membiarkan kebaya itu tergeletak saja di lantai. Kini gadis itu hanya mengenakan pa"Dari Ridho," jawabnya sembari membalas tatapan Dini.Gadis itu terperangah. Tak percaya dengan apa yang ia dengar. Dari Ridho? Tapi baru saja sahabatnya itu menanyakan tentang perasaannya seolah Ridho meremehkan rasa cintanya pada sang dosen."Apa? Ridho?" ulangnya masih tak percaya."Ya. Dari Ridho, sahabatmu sekaligus mantan pacarmu," jawab Alex sembari tersenyum kecil.Dini terdiam. Apa mungkin sikap Ridho yang menyebalkan juga karena hal itu? Sang sahabat telah menjadi informan untuk Alex tentang kabar dirinya."Tapi ... Kenapa Ridho mau?" tanya gadis itu lagi. Kini keduanya duduk saling berhadapan di dalam kamar Dini.Alex pun menurunkan kedua kakinya dan pria itu kini duduk di tepi ranjang. Dini juga mengikutinya."Aku yang memintanya. Awalnya dia ragu, tapi dia bilang akan memukulku jika sampai aku tak serius padamu. Setelah dia tahu rencana dan tujuanku pergi, dia setuju. Meski dia juga bilang akan mencoba mendapatkan hatimu, sih," jelas pria itu
Pagi kembali menyapa. Dini segera membuka tirai jendela saat matahari mulai menampakkan dirinya. Gadis itu melihat ke kamar sebelah rumahnya. Di sana sekarang tirainya juga sudah kembali terbuka. Meski tak ia lihat keberadaan Alex, namun, dia senang karena pria itu akhirnya telah kembali.Segera saja gadis itu turun ke lantai satu. Wajahnya sudah kembali ceria bahkan lebih ceria dari biasanya. Dini pun menyapa sang ayah dan ibu. Bahkan dia ikut membantu memasak di dapur dengan riang gembira. Hal ini tentu saja menimbulkan rasa curiga di dalam hati Minarti dan Budiono."Kamu kelihatannya seneng banget. Ada apa?" tanya sang ibu heran.Dini masih saja tersenyum. "Hehehe.""Aneh. Ada apa, sih?" tanya sang ibu lagi.Dini hanya menggeleng. Gadis itu enggan menjawab lantaran tak ingin sang ibu tahu bahwa kekasihnya telah kembali pulang. Dia tak mau sang ibu kembali melarang hubungan mereka."Terserah deh."Hingga saat makan bersama pun Dini masih terus tersenyum
Hingga sore harinya, Dini masih saja bermalas-malasan di dalam rumahnya. Gadis itu sedih karena Alex dan keluarganya tak kunjung pulang. Kedua orang tua Dini pun sudah kembali dari bekerja. Mereka melihat perubahan kontras pada wajah putri mereka yang tadinya ceria menjadi sedih kembali."Kamu kenapa, Din?" tanya Minarti pada anak gadisnya."Nggak papa, Bu," dustanya yang sebenarnya masih kesal karena kembali ditinggal oleh Alex."Aneh. Nggak papa kok kaya lagi marah gitu." Sang ayah ikut menimpali.Dini hanya diam. Dia tak mau menceritakan tentang kepulangan duda tampan yang tinggal di sebelah rumahnya."Oh iya, Din. Kamu tahu nggak?" tanya Minarti kemudian. Budi memilih segera membersihkan dirinya terlebih dahulu.Dini menatap sang ibu yang duduk di sebelahnya. Menunggu menggunakan kamar mandi bergantian."Apa, Bu?" tanya gadis itu."Ternyata kita punya tetangga baru," jawab wanita itu.Dahi Dini mengernyit. "Tetangga baru? Siapa?""Itu loh.
"Maafkan saya, Bu Minarti. Saya tak pernah bermaksud menyakiti perasaan Dini. Hanya saja jika saya berpamitan, saya tahu Dini pasti akan menahan bahkan memaksa ikut dengan saya. Jadi, supaya Dini tetap bisa melanjutkan kuliahnya di sini, saya diam-diam pergi," jelasnya.Kedua alis Dini terangkat saat mendengar penuturan dari kekasihnya. Gadis itu kini tahu alasan Alex pergi meninggalkannya tanpa kabar. Ternyata pria itu memperhatikannya dengan caranya sendiri. Gadis itu pun terharu mendengarnya."Begitu," ucap Budi."Jadi bagaimana, Pak, Bu? Apakah lamaran ini diterima?" tanya Ucup kembali mewakili sang keponakan.Budi dan Minarti kembali bertukar pandang. Keduanya pun seolah memberikan isyarat melalui tatapan mata mereka."Din. Jawab permintaan Alex!" ucap sang ibu kemudian.Dini sedikit tersentak karena kaget. Gadis itu pun mengangguk dengan cepat. "Iya. Aku mau, Bu, Pak. Aku mau jadi istrinya Mas Alex. Sangat mau dan sangat bersedia," jawabnya mantap denga
"Yah. Pakai ditulisi segala. Mana udah ditutup lagi tirainya. Nggak bisa ketemuan lagi, dong," sungut Dini sembari mengerucutkan bibirnya.Gadis itu pun menyerah saja. Toh dia sudah mendapatkan kepastian tentang hubungannya dan Alex. Sebentar lagi dia akan menikahi duda tampan nan meresahkan itu.Malam hari semakin larut. Dini tak kunjung bisa tidur. Gadis itu terlalu bahagia. Dia kembali menggelinding di atas kasurnya dan menimbulkan suara karena hentakan kakinya. "Din. Jangan berisik," ujar sang ibu yang tiba-tiba sudah mengintipnya dari celah pintu yang terbuka.Dini menghentikan tindakannya itu. "Maaf, Bu. Habisnya aku seneng banget," balasnya.Minarti pun berjalan memasuki kamar putrinya. "Ya udah. Tidur. Besok kan kamu juga harus persiapan buat hari pernikahan kamu," tuturnya dengan lembut.Minarti lalu duduk di sisi ranjang. Dini pun duduk dan memeluk ibunya."Makasih, ya, Bu. Ibu udah merestui hubunganku sama Mas Alex," ucapnya.Minarti menge
Mobil merah milik Alex kini sudah berhenti di depan sebuah butik. Setelah kurang lebih dua puluh menit berkendara, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan utama. Alex segera turun dari mobil diikuti Dini.Keduanya pun berjalan beriringan. Dini hendak menggandeng mesra calon suaminya. Akan tetapi pria itu sudah memberikannya peringatan agar tak terlalu agresif."Yah. Padahal cuma mau gandeng doang," sungut Dini sembari mengerucutkan bibirnya.Alex hanya mengerutkan dahinya. "Ya tahan! Lagian ini tempat umum. Malu lah kalau dilihat orang," balas pria itu."Ya udah deh. Demi cintaku ke Mas Alex aku akan menurutinya," ucap Dini terpaksa menurut.Kini keduanya sudah berada di dalam butik. Kedatangan mereka langsung disambut oleh dua orang karyawan yang bekerja. Lalu muncullah seorang wanita cantik dengan kerudung biru muda."Alex!" sapa wanita itu.Dini menautkan kedua alisnya saat melihat ada wanita cantik yang menyapa calon suaminya dengan ramah. Gadis itu pun
"Miss Vera?""Bu Vera."Alex menatap tajam pada wanita cantik itu. Pria itu tentu saja masih tersinggung dengan sikap kasar Vera terhadap putri kesayangannya. Vera menghampiri mereka berdua. Wanita itu menangkap gelagat tak senang yang kentara dari Alex, pria yang pernah menjadi idamannya."Selamat pagi, Pak Alex, Dini," sapanya mencoba ramah."Hm." Alex menjawab dengan malas."Ada apa, Miss?" tanya Dini mencoba mencairkan suasana. Gadis itu bertanya-tanya mengapa calon suaminya tampak sangat tak menyukai sang ketua jurusan."Saya ... Saya mau minta maaf sama Pak Alex dan kamu, Din," jawabnya menatap bergantian kedua orang yang baru saja selesai menatap ayam bakar."Silakan duduk dulu, Miss," tawar Dini dengan sopan dan menarik sebuah kursi untuk dosennya."Terima kasih, Din." Vera duduk di hadapan Dini dan Alex."Pak Alex. Saya benar-benar minta maaf untuk kejadian tak menyenangkan di waktu itu. Saya benar-benar tak tahu jika anak kecil itu anak
Pagi itu Dini tengah mematut diri di depan cermin kamarnya. Gadis itu sudah rapi dengan blouse berwarna merah muda. Pagi itu dia akan menghadiri pesta pernikahan dosen pembimbingnya bersama sang calon suami. Keduanya pun sudah membawa hadiah untuk Vera.Kini dia bersama Alex berjalan menuju mobilnya. Xena pun hanya diam di depan rumah Dini lantaran tak mau ikut dengan mereka berdua. Gadis kecil itu tak ingin ikut hadir di pesta pernikahan orang yang pernah memarahinya."Beneran kamu nggak ikut, Sen?" tanya Dini."Iya. Xena di rumah aja sama Kakung, Uti, dan Nenek," ucap gadis kecil itu."Baiklah.""Kamu nggak akan lama-lama kok, Sayang. Papi sama Mami akan segera pulang," timpal Alex."Benar. Toh Papi sama Mami juga harus mengurus persiapan buat besok Jumat," imbuh Dini dengan senyuman manisnya.Kini setelah berpamitan keduanya memasuki mobil Alex. Mereka pun menuju ke tempat resepsi. Setidaknya Alex sudah tak sendiri lagi saat menghadiri ke sebuah acara.
Setelah beberapa hari, Dini kembali bermanja pada suaminya. Kasihan juga Alex setiap malam harus tidur di sofa karena sang istri yang tiba-tiba jengah melihatnya.Pria itu kini berbaring di samping Dini di atas kasurnya yang empuk. Lalu dia memiringkan badannya agar bisa menatap sang istri yang tengah tidur telentang menatap langit-langit kamar."Sayang," panggil Alex."Hm?" Dini menoleh sembari tersenyum lembut.Alex kemudian mengangkat tangannya dan mengelus lembut perut rata sang istri. "Kamu sudah nggak males lagi denganku, kan?" tanya pria itu.Dini tersenyum memperlihatkan gigi-giginya. "Hehe. Enggak, kok.""Syukur deh. Kemarin juga kenapa sih bawaan bayi malah nggak mau lihat aku?" protes Alex yang masih mengusap lembut perut istrinya.Dini terkekeh mendengar penuturan sang suami. "Maaf, ya, Mas. Aku kemarin-kemarin nggak tahu bawaannya pengen marah gitu kalau lihat Mas Alex," ucapnya.Sang suami menghela napas. "Hahhh. Bisa-bisanya benci suami sendiri. Tapi nggak papa. Aku pah
Dokter segera melakukan beberapa pemeriksaan untuk pasiennya. Seorang dokter wanita pun kembali duduk di hadapan Alex dan Dini. Wanita itu tersenyum sembari menatap bergantian dua orang di hadapannya."Gimana istri saya, Dok?" tanya Alex."Selamat, ya, Pak. Bu Dini tengah mengandung dan usia kandungannya sudah menginjak empat minggu," jawab sang dokter masih dengan senyumannya."Alhamdulillah ... Dini. Akhirnya kamu hamil," ujar Alex dengan raut kebahagiaan yang tak dapat dia sembunyikan."Iya, Mas. Makasih, Bu Dokter," ucap Dini ikut bahagia."Sama-sama. Saya hanya membantu meriksa saja, kok."Alex pun memeluk sang istri. Pria itu kemudian mengecup lembut kening Dini dengan penuh kasih sayang.Setelah mendapatkan obat dan vitamin, Dini bersama suaminya yang menuntun dirinya keluar dari ruang periksa. Kini gadis cantik itu sudah menjelma menjadi seorang wanita yang sebentar lagi akan menjadi ibu."Gimana pemeriksaannya, Nduk?" tanya Minarti sembari me
Dini baru saja membuka kedua matanya. Gadis itu pun merasakan hawa hangat yang mengitari seluruh tubuhnya. Ketika kesadarannya sudah penuh, sebuah senyuman terpasang di wajah bangun tidurnya.Kini setiap kali dia membuka mata, sosok tampan berwajah blasteran Amerika yang menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Dini tak pernah melewatkan untuk menatapi betapa tampannya suaminya itu. Jemarinya pun bergerak mengelus lembut rahang tegas Alex yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus."Belum puas menatapku?" tanya pria itu masih dengan kedua mata terpejam.Dini terkekeh. "Ih. Mas udah bangun ternyata."Alex pun membuka kedua matanya. Pria itu tersenyum. Lalu dia mengeratkan kembali dekapannya pada tubuh ramping sang istri."Hahhh. Setiap bangun lihat kamu rasanya adem," gumam pria itu."Hihi. Mas Alex mulai deh suka gombal," balas Dini sembari mencubit pelan dagu suaminya."Ya sudah. Ayo kita mandi!" ajak pria itu yang kini mulai mengendurkan pelukannya."I
Hari membahagiakan bagi Sinta dan Ridho pun tiba. Kini keduanya sudah sah menjadi suami istri. Alex, Dini, dan Xena pun hadir pada acara pernikahan mereka berdua."Selamat, ya, Sinta, Ridho. Aku benar-benar ikut bahagia atas pernikahan kalian," ucap Dini sembari memeluk dua sahabatnya.Tindakan Dini membuat Alex membelalakkan kedua matanya. Pasalnya pria itu tahu bahwa Ridho merupakan mantan pacar istrinya. Pria yang pernah menemani Dini saat Alex masih mengabaikan perasaannya."Makasih, Din. Makasih juga saran dan doanya," balas Sinta sembari membalas pelukan sahabatnya itu.Ridho pun ikut membalas pelukan Dini. Namun, pria itu sadar tengah ditatap tajam oleh suami sahabatnya. Segera saja Ridho menjauhkan diri dan membiarkan Dini berpelukan dengan Sinta. Meski sudah tak ada perasaan apa-apa terhadap Dini, Ridho tetap menghargai Alex sebagai suami sah sahabatnya."Pak Alex," sapa Ridho sembari menyalami pria tampan dan gagah yang kini sudah berdiri tepat di hadap
Dua minggu telah berlalu bagi kedua pengantin baru itu. Dini sudah mulai ikut mengelola butik milik suaminya. Keduanya kini seolah tak dapat dipisahkan. Ke mana pun Alex berada, di situ bisa dipastikan ada Dini juga. Begitu pula sebaliknya.Hingga sore tiba, keduanya sudah kembali beristirahat di rumah. Saat itu juga, anak perempuan mereka berjalan mendekati kedua orang tuanya sembari membawa sebuah kertas berwarna merah muda yang dibungkus dengan plastik."Mami," panggil Xena pada sang ibu."Ya, Sayang. Ada apa?"Xena duduk di samping sang ibu. "Ini tadi ada titipan buat Mami sama Papi," jawabnya sembari menyerahkan kertas yang ternyata sebuah undangan."Undangan? Dari siapa?" tanya Dini sembari mengernyitkan dahinya. Wanita itu pun menerima kertas undangan tersebut.Belum sempat dia membaca siapa gerangan yang mengirim undangan, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan segera Dini menerima panggilan terlebih dahulu sembari kedua matanya membaca tulisan na
Pagi itu Alex akan membawa sang istri menuju ke tempat kerjanya. Dini pun dengan semangat empat limanya sudah berdandan rapi. Alex kini melihat tampilan cantik istrinya."Kenapa? Apa ada yang aneh?" tanya gadis itu sembari menatap kedua mata abu suaminya.Alex melipat kedua tangannya di depan dada. Pria itu kemudian mengusap bibir Dini dengan lembut."Nggak usah pakai gincu!" ujarnya.Kini lipstik yang tadinya menempel rapi pada bibir Dini menjadi belepotan ke mana-mana. Gadis itu pun memundurkan tubuhnya."Ih. Kenapa nggak boleh? Nanti jadi pucet dong," protesnya.Alex kembali mendekat ke arah istrinya. Pria itu menghapus lipstik sang istri lagi dengan ibu jarinya. Kedua alis tebalnya pun saling bertautan."Nggak usah kubilang! Kamu itu udah cantik. Nggak perlu pakai gincu-gincu beginian kalau ke luar rumah!" tegasnya ikut kesal.Dini kini diam saat suaminya menghapus lipstik merah pada bibirnya dengan usapan lembut. Sebuah senyuman muncul di wajahny
Siang hari di hari berikutnya Alex dan Dini sudah kembali ke rumah. Mereka langsung disambut oleh keluarga mereka terutama Xena. Gadis itu langsung berlari setelah mendengar suara taksi yang berhenti tepat di depan rumahnya. Dengan segera Xena menghampiri sang ibu saat Dini baru saja turun dari mobil."Mamiiiii!" seru gadis kecil itu sembari berlari-lari kecil. Xena memeluk Dini dan dibalas olehnya. "Ya ampun. Saking kangennya kamu sama Mami?" tanya Dini kemudian."Iya. Xena kangen banget sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari mengerucutkan bibirnya."Kangen banget, ya? Mami juga kangen sama kamu, Sayang." Dini membalas dengan tersenyum. Gadis yang kini resmi menjadi wanita sang duda tampan pun berjongkok agar sejajar dengan putri kecilnya."Iya. Xena kangen banget.""Nggak kangen sama Papi?" tanya sang ibu kemudian."Ya kangen. Tapi lebih kangen sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari ter menampakkan gigi-giginya.Keluarga kecil itu kembali ke
"Mas Alex keren, deh," puji Dini saat dia berjalan dengan salah satu tangannya digenggam erat oleh sang suami."Kamu seharusnya langsung mendatangiku! Gimana kalau mereka sampai berbuat yang tidak-tidak, coba?" hardik pria itu tanpa menoleh.Dini merasa bersalah. Namun, gadis itu tetap saja tak bisa berhenti memikirkan betapa keren sang suami."Iya, Mas. Maaf.""Duh. Anak jaman sekarang kok ya ada yang model begitu! Kasihan kalau sampai ada cewek yang diganggu lagi," sambung pria itu.Dini merasa takjub dengan sang suami. Mungkin karen memiliki seorang anak perempuan yang masih kecil makanya Alex tak terima jika ada yang mengganggu perempuan. Apa lagi perempuan-perempuan yang hidup bersamanya. Alex terus melangkah sembari membawa istrinya berjalan kembali menuju hotel. Keduanya diam selama dalam perjalanan pulang dan kini sudah sampai di dalam kamar mereka yang mewah."Sekarang kamu mandi! Bajumu kotor itu," ucap Alex sembari menunjuk ke arah rok sang is
Mentari sudah menyapa langit pulau Dewata. Alex dan Dini segera bersiap untuk jalan-jalan mengelilingi tempat wisata yang telah pria itu janjikan. Keduanya menikmati saat-saat bersama.Seperti janji Alex, pria itu akan mengajak sang istri untuk bermain air di tepi pantai. Dini kini mengenakan dress putih bermotif bunga dengan kedua lengannya yang pendek hampir memperlihatkan kedua ketiaknya. Alex sendiri tak mau kalah. Pria itu mengenakan kaos yang dipadankan dengan kemeja berwarna putih tanpa dibenarkan semua kancingnya.Kini pasangan berbeda usia itu menikmati berjalan di pantai yang sudah ramai. Alex terus menggandeng istrinya saat berjalan. Mereka membiarkan kedua kaki mereka basah terkena gulungan ombak yang tenang."Hahaha. Mas Alex, lihatlah di sana ada kerang!" seru Dini dengan antusias.Gadis itu pun berjalan mendekat untuk mengambil kerang yang dimaksud. Benar saja, dia menemukan sebuah kerang yang indah dengan corak kecokelatan."Lihatlah, Mas! Cantik