Home / Romansa / Duda Ganteng Meresahkan (Dugem) / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Duda Ganteng Meresahkan (Dugem): Chapter 21 - Chapter 30

98 Chapters

21. Mogok

"Ngarep! Dasar ganjen!" ketus Alex.Dini terkekeh dengan tingkah sang dosen tampan. Gadis itu pun berjalan keluar dari ruangan sang dosen."Dasar ...." desah Alex sembari bernapas lega. Pria itu pun memijit pelipisnya. Hingga beberapa saat kemudian terdengar kembali suara ketukan pintu dari luar."Masuk!"Dini yang sudah keluar dari ruangan dan mendapatkan nilai ujian tidak langsung pulang. Gadis itu bertemu dengan sahabatnya, Sinta. Mereka akan menghabiskan waktu dengan mengobrol di gazebo dekat fakultas sembari menikmati camilan yang dibeli."Kenapa nggak langsung pulang, sih?" sungut Sinta. Gadis itu sudah merasakan keanehan dengan pertemuan mereka."Ih. Bentar. Temenin aku kenapa, sih? Nih, ya. Setahu aku hari ini Pak Alex bakal pulang lebih awal," ucap Dini dengan yakinnya."Dih. Sok tahu. Pak Alex sama dosen yang lain habis ini mau rapat. Jadi kemungkinan sore baru pulang," balas Sinta."Ih. Kok gitu? Orang aku lihat di h
Read more

22. On The Way Home

Alex memutar kedua bola matanya. "Terserah kamu," ucapnya."Ya udah. Kalau terserah saya, Bapak segera bonceng sini deh! Keburu sore nanti," ucap Dini kembali menawarkan tempat kosong di jok belakang.Sang dosen menghela napas berat. Dia benar-benar lupa jika mahasiswi uniknya itu selalu saja bisa menjawab dan mengelak."Oke. Tapi kamu turun dulu!" balasnya."Kok malah turun?" tanya Dini keheranan."Turun, cepet!" Alex mulai tak sabar."Iya, deh. Apa sih yang enggak buat Bapak," balas Dini sembari terkekeh. Gadis itu pun segera turun dari motornya. Alex kemudian duduk di depan. Kini Dini tahu dengan maksud sang dosen."Oh. Jadi begini maunya Bapak. Oke deh. Memang Pak Alex sebenarnya suka kan sama saya? Makanya Bapak mau duduk di depan," celetuk gadis itu dengan senyuman yang masih melebar.Kedua alis Alex saling bertaut. "Udahlah! Jangan banyak omong! Mau pulang nggak?" sungutnya."Iya, Pak." Dini menjawab sembari naik
Read more

23. Permintaan Bobo Bareng

Mendengar penuturan lembut namun menyakitkan dari sang pria idaman tak membuat Dini berniat melepaskan pelukannya. Justru pelukan itu semakin erat. Alex hanya bisa pasrah. Pria itu terus berdoa agar tak ada mahasiswa atau pun dosen lain yang melihat mereka. Bisa jadi masalah nanti.Setelah memasuki jalan desa, Alex dan Dini sudah sampai di depan rumah. Pria itu segera menghentikan motor Dini tepat di depan rumah gadis itu.Dini terdiam. Dia memilih turun dari motor dan melepaskan pelukannya. Alex yang merasa bersalah atas ucapannya pun menatap wajah Dini yang sayangnya malah menunduk sehingga wajahnya tertutup oleh poninya."Nih. Makasih, ya," ujar Alex yang kemudian menyerahkan kunci motor sang tetangga."Sama-sama," jawab Dini dengan suara lirih.Alex semakin tak enak hati. "Hey. Kamu marah?" tanya pria itu akhirnya. Dini hanya menggeleng pelan sebagai jawaban.Dahi Alex mengernyit. "Terus kenapa?" tanya pria itu lagi.Dini pun diam
Read more

24 Tergoda Kancing Kemeja

Alex merasa bersalah. Dia memang selalu sibuk dan kadang tak memberikan perhatian pada putri kecilnya. Mungkin memang sudah saatnya dia mencari ibu pengganti yang bisa menjaga Xena."Emmm. Kalau ... Kalau Mami barunya bukan Mbak Dini gimana?" tanya pria itu.Xena pun berbalik. Kembali menghadap sang ayah. "Memangnya siapa? Xena nggak mau yang lain. Yang lain pasti juga sama-sama sibuk," balasnya tak setuju.Alex menghela napas. Memang benar pria itu belum menemukan kandidat sebagai ibu pengganti yang cocok. Namun, kenapa juga harus dengan Dini yang merupakan salah satu mahasiswinya?"Tapi kenapa harus sama Mbak Dini sih, Sayang?" tanya Alex yang sudah kehabisan ide untuk membantah."Soalnya cuma Mami Dini yang baiknya tulus. Nggak pula-pula baik di depan Papi tapi di belakang suka ngancem Xena," jawab gadis kecil itu.Alex terkejut. "Memang siapa yang berani mengancam putri kesayangan Papi?""Ada. Itu. Tante yang pakai kacamata, Pi. Y
Read more

25. Pengaruh Dini

"P-Pak Alex ...." cicit Dini. Wajah gadis itu mulai merona merah. Dia pun segera duduk. Dapat ia rasakan genggaman tangan besar itu pada dadanya. Bahkan Alex tanpa sadar masih menggenggam tangan Dini yang satunya."Ah. Sorry!" ucap Alex segera melepaskan tangannya pada Dini setelah sadar apa yang baru saja terjadi."Pak Alex mesum," gumam Dini sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.Kini posisi kedua orang tersebut sama-sama duduk di depan pintu masuk kamar Alex. Pria itu terperangah. Sebenarnya siapa yang mesum? Bukankah selama ini gadis di hadapannya lah yang selalu menggodanya?"Siapa yang kau katai itu?" sungutnya tak terima.Dini terdiam. Di sudut tangga, tampak dua pasang mata bulat tengah mengintip mereka tanpa menimbulkan suara. Xena baru saja menyaksikan posisi aneh kedua orang yang ia harap akan menjadi keluarga impiannya."Bapak tadi pegang-pegang ...." Dini mengerucutkan bibirnya.Alex menelan ludah. J
Read more

26. Kegalauan Dini

Dini sudah kembali masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu bersandar pada pintu. Kemudian dia melihat tirai jendela kamarnya yang masih terbuka. Menampakkan kamar milik tetangga di sebelah rumahnya. Gadis itu pun melihat Alex sudah menutup tirai kamarnya."Jadi Pak Alex benar-benar benci padaku, ya? Padahal aku sudah memberanikan diri buat nyatain perasaanku," gumam Dini dengan raut wajah sedih. Hatinya terasa sakit saat ditatap setajam itu oleh pria yang dia sukai.Malam itu pun Dini berdiam diri di dalam kamarnya. Gadis itu tak menyangka jika usahanya selama ini untuk mendekati sang dosen idaman berakhir dengan sia-sia. Sang dosen nyatanya membenci dirinya. Padahal sebelumnya gadis itu tak akan mundur meski dikatai cewek ganjen sekalipun. Namun kali ini rasanya berbeda. Seolah Alex benar-benar ingin menutup pintu hati untuknya.****Pagi pun kembali menyapa. Dini merasa enggan untuk bangkit dari tempat tidurnya. Dia pun tak bersemangat saat membersihkan ruma
Read more

27. Bagaimana Perasaanmu

Xena menatapi kepergian Dini. Gadis itu merasa bahwa mami barunya sedang mencoba menjauh darinya. Segera saja Xena berlari kembali masuk ke dalam rumah. Kebetulan Alex sempat melihat mereka berdua."Papi ...." cicit Xena sembari memeluk kedua kaki ayahnya.Alex pun berjongkok agar sejajar dengan sang putri. Pria itu dapat melihat dengan jelas wajah sedih putri kesayangannya itu. Ternyata sejak Dini menjauhi Xena atas permintaannya, justru berdampak buruk pada sang putri. Padahal Xena sudah mulai ceria.'Apakah aku menyesal?' pikir pria itu. Kemudian dia segera menepis pikirannya sendiri yang terkadang mulai berkhianat."Ada apa, Sayang?" tanya pria itu.Sang putri kembali memeluknya. Gadis kecil itu pun bergumam, "Papi ... Apa Xena nakal lagi sama Mami Dini? Kenapa Mami Dini pelgi nggak bilang-bilang? Mami Dini juga nggak mau diajak main," ungkapnya.Hati Alex ikut sedih mendengar penuturan sang putri. Dia tahu anak kesayangannya itu sangat
Read more

28. 20

Dini kini pergi menuju sebuah tempat yang dijanjikan oleh kedua sahabatnya. Gadis itu memarkirkan motor kesayangannya di depan sebuah cafe. Segera saja Dini masuk ke dalam cafe dan di sana ia sudah ditunggu oleh Ridho dan Sinta."Dini!" panggil Sinta dengan wajah ceria. Dini pun menarik napas untuk menenangkan diri. Dia tak mau kedua sahabatnya tahu dirinya tengah bersedih."Hai," balas Dini dengan sebuah senyuman.Gadis itu segera menghampiri kedua sahabatnya. Ridho menatap senang wajah sahabatnya itu. Namun, laki-laki itu merasa ada yang aneh dengan senyuman Dini."Ada apa, nih?" tanya Dini sembari menatap bergantian antara Ridho dan Sinta."Emmm. Dho!" Sinta bergumam sembari menyenggol siku Ridho dengan sikunya. Seolah memberikan kode.Ridho segera menegakkan badannya. Pemuda berwajah ala idol Korea dengan rambut gondrongnya yang dikuncir rapi itu pun berdeham. Kemudian dia segera melambaikan tangan pada seorang pelayan."Mbak!" se
Read more

29. Ridho dan Dini

Ridho menarik pelan tangan Dini. Sinta pun membetulkan posisi duduknya dan memilih pindah kembali ke tempat duduknya semula. Kini Ridho menatap lurus ke kedua netra bening Dini yang berkaca-kaca."Aku suka sama kamu, Din. Jauh sebelum kamu suka sama Pak Alex," aku laki-laki itu mengejutkan Dini.Sinta pun mengangguk pelan. Gadis itu juga tahu bahwa Ridho menyukai Dini sejak lama. Bahkan sebagai sahabat yang memiliki kepekaan, dia sadar dengan tingkah laku Ridho yang selalu perhatian pada Dini."A-apa?" ucap Dini lirih karena masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar."Aku suka sama kamu." Ridho mengulangi ucapannya.Dini mengerjapkan kedua matanya. Gadis itu kemudian mengusap kedua sudut matanya. Dia sama sekali tak tahu dengan perasaan sang sahabat yang telah lama ia kenal."Jadi ... Maukah kamu jadi pacarku?" tanya Ridho dengan ekspresi wajah sungguh-sungguh.Gadis itu masih terdiam. Memproses apa yang diucapkan pria ya
Read more

30. Kencan Pertama

Sehari telah berlalu lagi. Dini sudah berubah statusnya menjadi memiliki seorang kekasih. Akan tetapi hatinya sama sekali tak merasa bahagia. Dia selama ini menganggap Ridho sebatas sahabat dekatnya saja. Tak pernah dia memikirkan hubungan mereka lebih dari sekedar sahabat. Namun akan jahat jika Dini menolak perasaan tulus sahabatnya itu."Hahhh. Andai saja Pak Alex nggak bilang benci dan mau menjadikanku istrinya, aku pasti nggak akan segalau ini," gumam Dini saat sedang membersihkan kamarnya.Gadis itu membuka jendela agar udara di dalam kamar berganti. Saat itu juga, Alex tampak tengah membuka jendela. Tatapan keduanya bertemu. Namun, pria itu sama sekali tak menyapanya dan memilih untuk kembali masuk ke dalam kamar. Menghilang di antara tembok pembatas.'Ternyata Pak Alex memang benci padaku,' batinnya sedih.Sebuah panggilan pun masuk ke dalam ponselnya. Dini segera meraih ponsel yang dia letakkan di atas kasur. Nama Ridho tertera pada layar sehingga
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status