Sehari telah berlalu lagi. Dini sudah berubah statusnya menjadi memiliki seorang kekasih. Akan tetapi hatinya sama sekali tak merasa bahagia. Dia selama ini menganggap Ridho sebatas sahabat dekatnya saja. Tak pernah dia memikirkan hubungan mereka lebih dari sekedar sahabat. Namun akan jahat jika Dini menolak perasaan tulus sahabatnya itu.
"Hahhh. Andai saja Pak Alex nggak bilang benci dan mau menjadikanku istrinya, aku pasti nggak akan segalau ini," gumam Dini saat sedang membersihkan kamarnya.
Gadis itu membuka jendela agar udara di dalam kamar berganti. Saat itu juga, Alex tampak tengah membuka jendela. Tatapan keduanya bertemu. Namun, pria itu sama sekali tak menyapanya dan memilih untuk kembali masuk ke dalam kamar. Menghilang di antara tembok pembatas.
'Ternyata Pak Alex memang benci padaku,' batinnya sedih.
Sebuah panggilan pun masuk ke dalam ponselnya. Dini segera meraih ponsel yang dia letakkan di atas kasur. Nama Ridho tertera pada layar sehingga
Alex mengusap kasar wajahnya. Kemudian pria itu beranjak dari duduknya. Dia berjalan mendekati jendela dan menatap keluar. Kedua netranya mengamati halaman yang tak terlalu luas. Rumah tetangga sebelah benar-benar sepi.'Kenapa rasanya aneh ya kalau nggak digangguin cewek ganjen itu?' batinnya.'Aku pasti sudah gila! Kenapa malah mikirin si Dini, sih? Dia kan sudah punya pacar yang seumuran dengannya!' rutuknya dalam hati.Dengan kasar Alex mengacak rambutnya. Pria itu entah mengapa merasa kesal saat mengingat bagaimana laki-laki bernama Ridho itu menegaskan hubungannya dengan sang tetangga usil.Di tempat lain, Dini dan Ridho sudah tiba di depan mall. Ridho mengajak Dini untuk jalan-jalan dan menonton film di bioskop."Jadi kamu mau ajak aku nonton?" tanya Dini saat keduanya tengah mengantri tiket film."Ya. Kita nonton film dulu. Ini film kesukaan kamu," ucap Ridho dengan sebuah senyuman manis.Pemuda itu tampak sempurna dengan keta
Waktu libur tak terasa telah usai. Dini kembali akan disibukkan dengan kuliah. Hal ini berarti dia akan sering bertemu Alex di kampus. Apa lagi jika gadis itu harus mengurus KRS dan tugas yang akan datang.Pagi itu pun Dini berangkat seperti biasanya. Jika sebelumnya Xena, si gadis kecil berwajah manis itu akan menghampiri dirinya, kini Xena sama sekali tak terlihat. Dini tahu bahwa sang ayahlah yang memaksa Xena agar tak bertemu dengannya. Meski terkadang dia melihat Xena yang tengah berusaha menyapa dan berbicara padanya.'Inilah yang terbaik buat Xena dan Pak Alex. Aku akan menyerah. Percuma jika usahaku berakhir dengan dibenci oleh pria yang aku cintai,' batin Dini sembari memakai helmnya.Gadis itu pun berangkat ke kampus. Tepat saat motor tersebut berjalan, Xena keluar dari rumahnya dengan digandeng sang ayah. Tatapan gadis kecil itu terus tertuju pada tetangga yang sangat ia rindukan untuk bermain bersama."Mami ...." gumamnya.Alex mendenga
Malam itu merupakan malam yang damai. Alex tengah berbaring di atas kasurnya yang empuk. Pria itu baru saja selesai dengan pekerjaannya. Kini waktunya beristirahat.Sejenak Alex membuka kedua mata untuk menatap langit-langit kamarnya. Tiba-tiba saja muncul bayangan wajah Dini yang tengah tersenyum manis padanya. Juga saat gadis itu selalu memanggil namanya.Alex hanya diam. Kali ini pria itu membiarkan otaknya mengkhianati dirinya di malam yang sunyi dan dingin itu. Lalu dia teringat saat Dini terjatuh di teras rumahnya. Gadis itu tampak lucu. Bahkan motif polkadot dari celananya membuat sebuah senyuman muncul di wajah tampan Alex."Polkadot ... Memangnya cewek segede itu masih jamannya ya suka motif kaya gitu?" gumamnya.Alex kembali teringat dengan saat-saat berdua dirinya dan sang tetangga usil. Mulai dari di dalam lift hingga saat mereka berdua di ruang kerjanya. Saat di mana Dini jatuh menimpa tubuhnya.Lalu tangan kanan yang besar itu terangk
Suasana menjadi sunyi untuk beberapa saat. Xena pun melepaskan pelukannya dan kembali berbaring. Dini dengan perhatian membujuk gadis kecil itu untuk makan. Alex pun hanya diam membiarkannya. Yang terpenting adalah kesembuhan sang putri tercinta."Makan dulu, ya. Kalau bisa dihabisin. Biar cepet sembuh," bujuk Dini dengan lembut.Xena pun menurut. Gadis kecil itu segera duduk bersandar lalu membuka mulut mungilnya untuk menerima sesuap demi sesuap bubur."Tapi Mami janji nggak akan ninggalin Xena lagi, ya?" pinta gadis kecil itu penuh harap.Dini melirik pria di sampingnya sebelum menjawab. "Iya. Mami nggak akan ninggalin Xena lagi. Maafin Mami, ya?"Xena mengangguk lemas. Gadis kecil itu pun bergantian menatap sang ayah. Seolah memberikan isyarat padanya. Alex merasa harus melakukan sesuatu saat itu juga. Dengan tanpa diduga, pria itu merengkuh tubuh ramping Dini dari belakang. Membuat gadis itu terkejut."Maafkan aku ya, Din. Aku telah ber
Malam itu Dini tak bisa tidur. Dia terlampau senang dengan ungkapan cinta yang baru saja dia dengar. Lalu ia meraih ponselnya. Ternyata Ridho mengirim pesan padanya saat dia merawat Xena tadi.[Ridho: Din. Kamu lagi apa?]Gadis itu pun melihat beberapa pesan yang lainnya. Seolah laki-laki itu tahu bahwa dirinya tengah sibuk sehingga tak menerornya dengan banyak pesan seperti pasangan-pasangan yang lainnya.[Dini: Maaf, Dho. Aku baru saja merawat Xena. Dia lagi sakit dan perlu bantuanku.]Balasan Dini terkirim. Saat gadis itu baru saja meletakkan ponselnya, notifikasi pesan masuk pun terdengar.[Ridho: Xena siapa?] tanya laki-laki itu.Dini pun gelisah untuk mengatakannya. Dia juga bingung bagaimana caranya mengaku jika dia masih menyukai sang dosen killer. Bahkan bagaimana caranya untuk memutuskan hubungan mereka yang baru seumur jagung.Dini pun menarik napas sebelum mulai menjelaskan tentang Xena. Dia tak bisa berbohong. Setelah Rid
Pagi sudah menyapa. Dini kini sudah siap dengan setelan kemeja dan celana panjang berbahan kain. Tak lupa gadis itu menguncir rambutnya seperti ekor kuda. Polesan make up tipis pun menghiasi wajahnya.Setelah selesai berdandan, dia langsung turun ke lantai satu untuk segera sarapan dan menyapa sang tetangga tampan. Dini pun mengeluarkan motor kesayangannya. Saat itu juga Alex sedang keluar rumah sendirian."Pak Alex, Xena mana?" tanya Dini sembari berjalan mendekati pria tampan itu. Penampilan Alex tampak sedikit lebih segar dari sebelumnya."Halo, Mami!" seru Xena yang ternyata sudah duduk di bangku depan dekat kemudi.Dini tersenyum manis saat melihatnya. Segera saja gadis itu menghampiri Xena dan mengusap pipinya yang tembam."Kamu udah sembuh, Sayang?" tanya Dini. Alex pun berjalan mendekati mereka."Sudah, Mami. Makasih, ya," ucap gadis kecil itu dengan wajah ceria."Alhamdulillah kalau sudah. Mami seneng lihat kamu ceri
Dini bergegas duduk pada kursi di depan meja kerja Alex. Gadis itu merapikan rambut dan pakaiannya yang sedikit kusut. Alex juga melakukan hal yang sama. Pria itu membenarkan dasi yang sedikit miring akibat pelukan Dini tadi."Ada perlu apa?" tanya pria itu."Saya mau minta tanda tangan, Pak." Terdengar jawaban dari seorang mahasiswa."Masuk!" balasnya.Pintu ruangan pun terbuka. Seorang mahasiswa berjalan menuju meja kerja sang dosen killer dengan takut-takut. Laki-laki itu pun melirik ke arah gadis cantik yang tengah menunduk membaca buku di depannya. Ternyata Dini pandai berpura-pura.Tanpa basa-basi Alex langsung menanda tangani sebuah proposal skripsi yang diajukan. Pria itu hampir lupa jika tadi pagi mahasiswanya itu sudah meminta izin darinya. Segera setelah selesai mendapatkan tanda tangan, sang mahasiswa berpenampilan rapi tersebut bergegas keluar dari ruangan sang dosen."Terima kasih, Pak. Saya permisi dulu," ucapnya sopan.
Pagi itu hari Minggu. Dini tengah membersihkan rumahnya. Sesekali gadis itu menoleh untuk memerhatikan sang pacar rahasia yang tengah memotong rumput. Segera saja dia mempercepat pekerjaannya dan langsung menghampiri sang tetangga."Kenapa kamu ke sini?" tanya Alex yang sadar dengan kehadiran gadis itu.Dini tersenyum lebar. Kedua tangannya berada di belakangnya tubuhnya dengan badan yang ia goyangkan seperti anak kecil."Saya mau menemani Pak Alex," jawabnya.Pria dewasa itu pun menatapnya. Saat ini Dini hanya mengenakan kaos berlengan pendek dengan potongan leher yang rendah. Lalu dia juga mengenakan celana sepanjang lututnya saja."Oh. Kukira mau bantu," balas pria itu dengan sengaja."Boleh, boleh. Saya bantu deh. Apa sih yang nggak buat pacarku yang ganteng ini," celoteh Dini dengan senyuman manisnya.Alex memelototi sang pacar. "Hush! Jangan sembarangan bicara! Bukankah kita sudah sepakat untuk merahasiakan hal ini sampai kamu l
Setelah beberapa hari, Dini kembali bermanja pada suaminya. Kasihan juga Alex setiap malam harus tidur di sofa karena sang istri yang tiba-tiba jengah melihatnya.Pria itu kini berbaring di samping Dini di atas kasurnya yang empuk. Lalu dia memiringkan badannya agar bisa menatap sang istri yang tengah tidur telentang menatap langit-langit kamar."Sayang," panggil Alex."Hm?" Dini menoleh sembari tersenyum lembut.Alex kemudian mengangkat tangannya dan mengelus lembut perut rata sang istri. "Kamu sudah nggak males lagi denganku, kan?" tanya pria itu.Dini tersenyum memperlihatkan gigi-giginya. "Hehe. Enggak, kok.""Syukur deh. Kemarin juga kenapa sih bawaan bayi malah nggak mau lihat aku?" protes Alex yang masih mengusap lembut perut istrinya.Dini terkekeh mendengar penuturan sang suami. "Maaf, ya, Mas. Aku kemarin-kemarin nggak tahu bawaannya pengen marah gitu kalau lihat Mas Alex," ucapnya.Sang suami menghela napas. "Hahhh. Bisa-bisanya benci suami sendiri. Tapi nggak papa. Aku pah
Dokter segera melakukan beberapa pemeriksaan untuk pasiennya. Seorang dokter wanita pun kembali duduk di hadapan Alex dan Dini. Wanita itu tersenyum sembari menatap bergantian dua orang di hadapannya."Gimana istri saya, Dok?" tanya Alex."Selamat, ya, Pak. Bu Dini tengah mengandung dan usia kandungannya sudah menginjak empat minggu," jawab sang dokter masih dengan senyumannya."Alhamdulillah ... Dini. Akhirnya kamu hamil," ujar Alex dengan raut kebahagiaan yang tak dapat dia sembunyikan."Iya, Mas. Makasih, Bu Dokter," ucap Dini ikut bahagia."Sama-sama. Saya hanya membantu meriksa saja, kok."Alex pun memeluk sang istri. Pria itu kemudian mengecup lembut kening Dini dengan penuh kasih sayang.Setelah mendapatkan obat dan vitamin, Dini bersama suaminya yang menuntun dirinya keluar dari ruang periksa. Kini gadis cantik itu sudah menjelma menjadi seorang wanita yang sebentar lagi akan menjadi ibu."Gimana pemeriksaannya, Nduk?" tanya Minarti sembari me
Dini baru saja membuka kedua matanya. Gadis itu pun merasakan hawa hangat yang mengitari seluruh tubuhnya. Ketika kesadarannya sudah penuh, sebuah senyuman terpasang di wajah bangun tidurnya.Kini setiap kali dia membuka mata, sosok tampan berwajah blasteran Amerika yang menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Dini tak pernah melewatkan untuk menatapi betapa tampannya suaminya itu. Jemarinya pun bergerak mengelus lembut rahang tegas Alex yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus."Belum puas menatapku?" tanya pria itu masih dengan kedua mata terpejam.Dini terkekeh. "Ih. Mas udah bangun ternyata."Alex pun membuka kedua matanya. Pria itu tersenyum. Lalu dia mengeratkan kembali dekapannya pada tubuh ramping sang istri."Hahhh. Setiap bangun lihat kamu rasanya adem," gumam pria itu."Hihi. Mas Alex mulai deh suka gombal," balas Dini sembari mencubit pelan dagu suaminya."Ya sudah. Ayo kita mandi!" ajak pria itu yang kini mulai mengendurkan pelukannya."I
Hari membahagiakan bagi Sinta dan Ridho pun tiba. Kini keduanya sudah sah menjadi suami istri. Alex, Dini, dan Xena pun hadir pada acara pernikahan mereka berdua."Selamat, ya, Sinta, Ridho. Aku benar-benar ikut bahagia atas pernikahan kalian," ucap Dini sembari memeluk dua sahabatnya.Tindakan Dini membuat Alex membelalakkan kedua matanya. Pasalnya pria itu tahu bahwa Ridho merupakan mantan pacar istrinya. Pria yang pernah menemani Dini saat Alex masih mengabaikan perasaannya."Makasih, Din. Makasih juga saran dan doanya," balas Sinta sembari membalas pelukan sahabatnya itu.Ridho pun ikut membalas pelukan Dini. Namun, pria itu sadar tengah ditatap tajam oleh suami sahabatnya. Segera saja Ridho menjauhkan diri dan membiarkan Dini berpelukan dengan Sinta. Meski sudah tak ada perasaan apa-apa terhadap Dini, Ridho tetap menghargai Alex sebagai suami sah sahabatnya."Pak Alex," sapa Ridho sembari menyalami pria tampan dan gagah yang kini sudah berdiri tepat di hadap
Dua minggu telah berlalu bagi kedua pengantin baru itu. Dini sudah mulai ikut mengelola butik milik suaminya. Keduanya kini seolah tak dapat dipisahkan. Ke mana pun Alex berada, di situ bisa dipastikan ada Dini juga. Begitu pula sebaliknya.Hingga sore tiba, keduanya sudah kembali beristirahat di rumah. Saat itu juga, anak perempuan mereka berjalan mendekati kedua orang tuanya sembari membawa sebuah kertas berwarna merah muda yang dibungkus dengan plastik."Mami," panggil Xena pada sang ibu."Ya, Sayang. Ada apa?"Xena duduk di samping sang ibu. "Ini tadi ada titipan buat Mami sama Papi," jawabnya sembari menyerahkan kertas yang ternyata sebuah undangan."Undangan? Dari siapa?" tanya Dini sembari mengernyitkan dahinya. Wanita itu pun menerima kertas undangan tersebut.Belum sempat dia membaca siapa gerangan yang mengirim undangan, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan segera Dini menerima panggilan terlebih dahulu sembari kedua matanya membaca tulisan na
Pagi itu Alex akan membawa sang istri menuju ke tempat kerjanya. Dini pun dengan semangat empat limanya sudah berdandan rapi. Alex kini melihat tampilan cantik istrinya."Kenapa? Apa ada yang aneh?" tanya gadis itu sembari menatap kedua mata abu suaminya.Alex melipat kedua tangannya di depan dada. Pria itu kemudian mengusap bibir Dini dengan lembut."Nggak usah pakai gincu!" ujarnya.Kini lipstik yang tadinya menempel rapi pada bibir Dini menjadi belepotan ke mana-mana. Gadis itu pun memundurkan tubuhnya."Ih. Kenapa nggak boleh? Nanti jadi pucet dong," protesnya.Alex kembali mendekat ke arah istrinya. Pria itu menghapus lipstik sang istri lagi dengan ibu jarinya. Kedua alis tebalnya pun saling bertautan."Nggak usah kubilang! Kamu itu udah cantik. Nggak perlu pakai gincu-gincu beginian kalau ke luar rumah!" tegasnya ikut kesal.Dini kini diam saat suaminya menghapus lipstik merah pada bibirnya dengan usapan lembut. Sebuah senyuman muncul di wajahny
Siang hari di hari berikutnya Alex dan Dini sudah kembali ke rumah. Mereka langsung disambut oleh keluarga mereka terutama Xena. Gadis itu langsung berlari setelah mendengar suara taksi yang berhenti tepat di depan rumahnya. Dengan segera Xena menghampiri sang ibu saat Dini baru saja turun dari mobil."Mamiiiii!" seru gadis kecil itu sembari berlari-lari kecil. Xena memeluk Dini dan dibalas olehnya. "Ya ampun. Saking kangennya kamu sama Mami?" tanya Dini kemudian."Iya. Xena kangen banget sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari mengerucutkan bibirnya."Kangen banget, ya? Mami juga kangen sama kamu, Sayang." Dini membalas dengan tersenyum. Gadis yang kini resmi menjadi wanita sang duda tampan pun berjongkok agar sejajar dengan putri kecilnya."Iya. Xena kangen banget.""Nggak kangen sama Papi?" tanya sang ibu kemudian."Ya kangen. Tapi lebih kangen sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari ter menampakkan gigi-giginya.Keluarga kecil itu kembali ke
"Mas Alex keren, deh," puji Dini saat dia berjalan dengan salah satu tangannya digenggam erat oleh sang suami."Kamu seharusnya langsung mendatangiku! Gimana kalau mereka sampai berbuat yang tidak-tidak, coba?" hardik pria itu tanpa menoleh.Dini merasa bersalah. Namun, gadis itu tetap saja tak bisa berhenti memikirkan betapa keren sang suami."Iya, Mas. Maaf.""Duh. Anak jaman sekarang kok ya ada yang model begitu! Kasihan kalau sampai ada cewek yang diganggu lagi," sambung pria itu.Dini merasa takjub dengan sang suami. Mungkin karen memiliki seorang anak perempuan yang masih kecil makanya Alex tak terima jika ada yang mengganggu perempuan. Apa lagi perempuan-perempuan yang hidup bersamanya. Alex terus melangkah sembari membawa istrinya berjalan kembali menuju hotel. Keduanya diam selama dalam perjalanan pulang dan kini sudah sampai di dalam kamar mereka yang mewah."Sekarang kamu mandi! Bajumu kotor itu," ucap Alex sembari menunjuk ke arah rok sang is
Mentari sudah menyapa langit pulau Dewata. Alex dan Dini segera bersiap untuk jalan-jalan mengelilingi tempat wisata yang telah pria itu janjikan. Keduanya menikmati saat-saat bersama.Seperti janji Alex, pria itu akan mengajak sang istri untuk bermain air di tepi pantai. Dini kini mengenakan dress putih bermotif bunga dengan kedua lengannya yang pendek hampir memperlihatkan kedua ketiaknya. Alex sendiri tak mau kalah. Pria itu mengenakan kaos yang dipadankan dengan kemeja berwarna putih tanpa dibenarkan semua kancingnya.Kini pasangan berbeda usia itu menikmati berjalan di pantai yang sudah ramai. Alex terus menggandeng istrinya saat berjalan. Mereka membiarkan kedua kaki mereka basah terkena gulungan ombak yang tenang."Hahaha. Mas Alex, lihatlah di sana ada kerang!" seru Dini dengan antusias.Gadis itu pun berjalan mendekat untuk mengambil kerang yang dimaksud. Benar saja, dia menemukan sebuah kerang yang indah dengan corak kecokelatan."Lihatlah, Mas! Cantik