Pagi sudah menyapa. Dini kini sudah siap dengan setelan kemeja dan celana panjang berbahan kain. Tak lupa gadis itu menguncir rambutnya seperti ekor kuda. Polesan make up tipis pun menghiasi wajahnya.
Setelah selesai berdandan, dia langsung turun ke lantai satu untuk segera sarapan dan menyapa sang tetangga tampan. Dini pun mengeluarkan motor kesayangannya. Saat itu juga Alex sedang keluar rumah sendirian.
"Pak Alex, Xena mana?" tanya Dini sembari berjalan mendekati pria tampan itu. Penampilan Alex tampak sedikit lebih segar dari sebelumnya.
"Halo, Mami!" seru Xena yang ternyata sudah duduk di bangku depan dekat kemudi.
Dini tersenyum manis saat melihatnya. Segera saja gadis itu menghampiri Xena dan mengusap pipinya yang tembam.
"Kamu udah sembuh, Sayang?" tanya Dini. Alex pun berjalan mendekati mereka.
"Sudah, Mami. Makasih, ya," ucap gadis kecil itu dengan wajah ceria.
"Alhamdulillah kalau sudah. Mami seneng lihat kamu ceri
Dini bergegas duduk pada kursi di depan meja kerja Alex. Gadis itu merapikan rambut dan pakaiannya yang sedikit kusut. Alex juga melakukan hal yang sama. Pria itu membenarkan dasi yang sedikit miring akibat pelukan Dini tadi."Ada perlu apa?" tanya pria itu."Saya mau minta tanda tangan, Pak." Terdengar jawaban dari seorang mahasiswa."Masuk!" balasnya.Pintu ruangan pun terbuka. Seorang mahasiswa berjalan menuju meja kerja sang dosen killer dengan takut-takut. Laki-laki itu pun melirik ke arah gadis cantik yang tengah menunduk membaca buku di depannya. Ternyata Dini pandai berpura-pura.Tanpa basa-basi Alex langsung menanda tangani sebuah proposal skripsi yang diajukan. Pria itu hampir lupa jika tadi pagi mahasiswanya itu sudah meminta izin darinya. Segera setelah selesai mendapatkan tanda tangan, sang mahasiswa berpenampilan rapi tersebut bergegas keluar dari ruangan sang dosen."Terima kasih, Pak. Saya permisi dulu," ucapnya sopan.
Pagi itu hari Minggu. Dini tengah membersihkan rumahnya. Sesekali gadis itu menoleh untuk memerhatikan sang pacar rahasia yang tengah memotong rumput. Segera saja dia mempercepat pekerjaannya dan langsung menghampiri sang tetangga."Kenapa kamu ke sini?" tanya Alex yang sadar dengan kehadiran gadis itu.Dini tersenyum lebar. Kedua tangannya berada di belakangnya tubuhnya dengan badan yang ia goyangkan seperti anak kecil."Saya mau menemani Pak Alex," jawabnya.Pria dewasa itu pun menatapnya. Saat ini Dini hanya mengenakan kaos berlengan pendek dengan potongan leher yang rendah. Lalu dia juga mengenakan celana sepanjang lututnya saja."Oh. Kukira mau bantu," balas pria itu dengan sengaja."Boleh, boleh. Saya bantu deh. Apa sih yang nggak buat pacarku yang ganteng ini," celoteh Dini dengan senyuman manisnya.Alex memelototi sang pacar. "Hush! Jangan sembarangan bicara! Bukankah kita sudah sepakat untuk merahasiakan hal ini sampai kamu l
"Wah. Tumben cantik banget anakku ini," ucap Minarti saat melihat anaknya turun dari lantai dua.Dini tersenyum. "Iya, dong. Kan mau jalan-jalan," balasnya."Jalan-jalan sama siapa? Ridho?" tanya sang ayah yang tengah mengutak-atik radionya lagi."Nggak, Pak. Jalan-jalan sama Pak Alex dan Xena," jawab gadis itu dengan senyuman ceria.Minarti dan Budiono saling pandang."Nggak sama Ridho?" tanya sang ibu lagi dengan heran.Dini menggeleng. "Nggak, Bu. Aku sama Ridho udah putus," jawabnya."Putus?" tanya kedua orang tua Dini yang kembali saling bertukar pandang."Iya, Bu. Kita nggak cocok," jawab Dini sembari meringis."Terus kenapa sekarang malah jalan sama Pak Alex?" Minarti kembali menatap penuh curiga pada sang putri."Emmm. Ya kan Xena ngajakin. Lagian aku ikut karena mau main sama Xena. Kemarin-kemarin kan aku udah lama nggak main sama dia," jelas Dini mencoba memberikan alasan yang masuk akal.Minarti
Malam itu bulan bersinar terang. Alex tengah berbaring menatap langit-langit kamarnya. Pria itu terus memikirkan jalan-jalannya tadi saat bersama Dini dan putrinya."Sial. Gara-gara Dini minta itu aku jadi kepikiran terus," ujarnya sembari mengacak rambutnya dengan kesal.Siang tadi setelah Alex mendengarkan permintaan Dini untuk menciumnya, yang sayangnya berakhir gagal, pria itu terus saja memerhatikan bibir mahasiswinya dalam diam. Tak dapat dipungkiri jika pria itu tergoda ingin merasakan sensasinya.'Astaghfirullah! Sadar, Lex! Dia itu mahasiswimu!' pekiknya dalam hati. Namun, tetap saja pikirannya terus melayang membayangkan wajah pacarnya itu.'Jika hubungan ini terus berlanjut, bagaimana nantinya, ya? Lagi pula ini adalah hubungan terlarang antara dosen dan mahasiswa,' imbuhnya kemudian. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.Pria itu merubah posisi tidurnya menjadi miring ke kanan. 'Nggak. Asal nggak ketahuan pasti akan baik
Setelahnya, Alex dan Dini melanjutkan hubungan mereka secara sembunyi-sembunyi. Dosen tampan itu juga harus ekstra sabar dan hati-hati saat berhadapan dengan Dini."Pokoknya mulai sekarang kita buat kesepakatan!" tegas Alex ketika mereka berdua tengah berada di dalam ruang kerja sang dosen.Dini menatap wajah Alex terus menerus. "Kesepakatan apa, Pak?" tanyanya dengan wajah tersenyum."Meski kita berpacaran, tapi kita tidak boleh terlalu mencolok. Dan kamu juga jangan seenaknya sendiri, Din! Ingat, jika sampai ketahuan sebelum kamu lulus, kita berdua bisa berada dalam masalah serius," jelas sang dosen."Iya, Pak. Saya tahu. Lagian saya kan juga selalu sembunyi-sembunyi," jawab Dini apa adanya."Iya, sih. Tapi bisa nggak mulai sekarang kamu jangan sering-sering ke ruanganku? Hal ini bisa memancing rasa curiga," ujar Alex memperingatkan.Dini mengernyitkan dahinya. "Kok gitu? Terus kalau saya kangen gimana? Di rumah kan nggak bisa sering main
Hari itu Dini sudah mulai memasuki semester selanjutnya. Gadis itu pun sekarang tengah menikmati masa liburan. Tentu saja dia sudah membuat rencana untuk menghabiskan waktu bersama sang pria idaman. Namun, hingga siang hari Alex tak menampakkan batang hidungnya.'Pak Alex ke mana, ya? Apa masih ada kerjaan di kampus?' tanya gadis itu dalam hati.Kedua matanya meneliti rumah sang tetangga. Hingga seorang anak kecil berjalan keluar lewat pintu samping."Mami!" seru Xena sembari berjalan mendekati Dini yang tengah duduk di ruang tengah sembari mengawasi rumah sebelah."Ada apa, Xen?" tanya Dini sembari beranjak dari duduknya.Xena pun memasuki rumah Dini. "Mami. Papi sakit," ucapnya.Kedua alis Dini terangkat. "Apa? Papi sakit?" ulangnya.Xena mengangguk. "Iya, Mami. Sekalang lagi tiduran di kamal," jawab gadis kecil itu."Ya udah. Kalau gitu Mami ke sana. Bentar, ya. Mami kunci pintu dulu. Soalnya Ibu sama Bapaknya Mami lagi kelu
Alex makan dengan perlahan. Dini pun dengan telaten menyuapi sang pacar yang sedang sakit. Sesekali gadis itu terkekeh karena bibir Alex yang sedikit belepotan akibat ulahnya."Kamu sengaja, ya?" sungut Alex ketika sudah selesai dan menghabiskan buburnya."Hehe. Nggak kok, Mas. Tapi yang penting buburnya habis, kan?" Gadis itu bertanya balik sembari memperlihatkan mangkok yang tadinya terisi sebagian, sudah kosong.Kemudian Dini meletakkan mangkok tersebut ke atas meja di samping ranjang. Dia pun bergantian meraih obat yang telah disiapkan dan menyerahkannya pada sang dosen."Ini obatnya diminum, Mas," ujarnya seraya menyodorkan tiga butir obat.Alex menerimanya. Pria itu lalu meraih gelas berisi air putih yang juga disodorkan padanya. Tanpa kata pria itu menelan tiga obat sekaligus dengan bantuan air putih."Makasih," ujarnya saat menyerahkan gelas tersebut."Iya, Mas."Alex kembali membetulkan posisi duduknya yang sedikit mul
Saat itu juga Dini melepaskan pelukannya dan duduk dengan tegap. Gadis itu menatap tak percaya dengan kemunculan sang ibu yang tidak dia sadari."I-Ibu ...." cicitnya dengan wajah yang mulai pucat.Alex pun tak kalah terkejutnya dengan sang pacar. Pria itu menatap dalam diam wanita paruh baya yang merupakan tetangganya."A-aku bisa jelasin, Bu," imbuh gadis itu kemudian.Pria yang masih berbaring di atas kasurnya mulai merasakan sakit kepala. Dia juga ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi."Apa maksudnya? Kenapa tadi kalian pelukan seperti itu?" desak Minarti pada putrinya.Dini pun beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati sang ibu. Gadis itu meraih kedua lengan Minarti. Sedangkan sang ibu masih saja memberikan tatapan penuh curiga pada pria yang tampak tak berdaya."Bu ... Aku bisa jelasin. Aku sama Mas Alex ....""Mas?" tanya sang ibu yang kini beralih menatap Dini dengan tatapan tajam."Ma-maksudku Pak Al
Setelah beberapa hari, Dini kembali bermanja pada suaminya. Kasihan juga Alex setiap malam harus tidur di sofa karena sang istri yang tiba-tiba jengah melihatnya.Pria itu kini berbaring di samping Dini di atas kasurnya yang empuk. Lalu dia memiringkan badannya agar bisa menatap sang istri yang tengah tidur telentang menatap langit-langit kamar."Sayang," panggil Alex."Hm?" Dini menoleh sembari tersenyum lembut.Alex kemudian mengangkat tangannya dan mengelus lembut perut rata sang istri. "Kamu sudah nggak males lagi denganku, kan?" tanya pria itu.Dini tersenyum memperlihatkan gigi-giginya. "Hehe. Enggak, kok.""Syukur deh. Kemarin juga kenapa sih bawaan bayi malah nggak mau lihat aku?" protes Alex yang masih mengusap lembut perut istrinya.Dini terkekeh mendengar penuturan sang suami. "Maaf, ya, Mas. Aku kemarin-kemarin nggak tahu bawaannya pengen marah gitu kalau lihat Mas Alex," ucapnya.Sang suami menghela napas. "Hahhh. Bisa-bisanya benci suami sendiri. Tapi nggak papa. Aku pah
Dokter segera melakukan beberapa pemeriksaan untuk pasiennya. Seorang dokter wanita pun kembali duduk di hadapan Alex dan Dini. Wanita itu tersenyum sembari menatap bergantian dua orang di hadapannya."Gimana istri saya, Dok?" tanya Alex."Selamat, ya, Pak. Bu Dini tengah mengandung dan usia kandungannya sudah menginjak empat minggu," jawab sang dokter masih dengan senyumannya."Alhamdulillah ... Dini. Akhirnya kamu hamil," ujar Alex dengan raut kebahagiaan yang tak dapat dia sembunyikan."Iya, Mas. Makasih, Bu Dokter," ucap Dini ikut bahagia."Sama-sama. Saya hanya membantu meriksa saja, kok."Alex pun memeluk sang istri. Pria itu kemudian mengecup lembut kening Dini dengan penuh kasih sayang.Setelah mendapatkan obat dan vitamin, Dini bersama suaminya yang menuntun dirinya keluar dari ruang periksa. Kini gadis cantik itu sudah menjelma menjadi seorang wanita yang sebentar lagi akan menjadi ibu."Gimana pemeriksaannya, Nduk?" tanya Minarti sembari me
Dini baru saja membuka kedua matanya. Gadis itu pun merasakan hawa hangat yang mengitari seluruh tubuhnya. Ketika kesadarannya sudah penuh, sebuah senyuman terpasang di wajah bangun tidurnya.Kini setiap kali dia membuka mata, sosok tampan berwajah blasteran Amerika yang menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Dini tak pernah melewatkan untuk menatapi betapa tampannya suaminya itu. Jemarinya pun bergerak mengelus lembut rahang tegas Alex yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus."Belum puas menatapku?" tanya pria itu masih dengan kedua mata terpejam.Dini terkekeh. "Ih. Mas udah bangun ternyata."Alex pun membuka kedua matanya. Pria itu tersenyum. Lalu dia mengeratkan kembali dekapannya pada tubuh ramping sang istri."Hahhh. Setiap bangun lihat kamu rasanya adem," gumam pria itu."Hihi. Mas Alex mulai deh suka gombal," balas Dini sembari mencubit pelan dagu suaminya."Ya sudah. Ayo kita mandi!" ajak pria itu yang kini mulai mengendurkan pelukannya."I
Hari membahagiakan bagi Sinta dan Ridho pun tiba. Kini keduanya sudah sah menjadi suami istri. Alex, Dini, dan Xena pun hadir pada acara pernikahan mereka berdua."Selamat, ya, Sinta, Ridho. Aku benar-benar ikut bahagia atas pernikahan kalian," ucap Dini sembari memeluk dua sahabatnya.Tindakan Dini membuat Alex membelalakkan kedua matanya. Pasalnya pria itu tahu bahwa Ridho merupakan mantan pacar istrinya. Pria yang pernah menemani Dini saat Alex masih mengabaikan perasaannya."Makasih, Din. Makasih juga saran dan doanya," balas Sinta sembari membalas pelukan sahabatnya itu.Ridho pun ikut membalas pelukan Dini. Namun, pria itu sadar tengah ditatap tajam oleh suami sahabatnya. Segera saja Ridho menjauhkan diri dan membiarkan Dini berpelukan dengan Sinta. Meski sudah tak ada perasaan apa-apa terhadap Dini, Ridho tetap menghargai Alex sebagai suami sah sahabatnya."Pak Alex," sapa Ridho sembari menyalami pria tampan dan gagah yang kini sudah berdiri tepat di hadap
Dua minggu telah berlalu bagi kedua pengantin baru itu. Dini sudah mulai ikut mengelola butik milik suaminya. Keduanya kini seolah tak dapat dipisahkan. Ke mana pun Alex berada, di situ bisa dipastikan ada Dini juga. Begitu pula sebaliknya.Hingga sore tiba, keduanya sudah kembali beristirahat di rumah. Saat itu juga, anak perempuan mereka berjalan mendekati kedua orang tuanya sembari membawa sebuah kertas berwarna merah muda yang dibungkus dengan plastik."Mami," panggil Xena pada sang ibu."Ya, Sayang. Ada apa?"Xena duduk di samping sang ibu. "Ini tadi ada titipan buat Mami sama Papi," jawabnya sembari menyerahkan kertas yang ternyata sebuah undangan."Undangan? Dari siapa?" tanya Dini sembari mengernyitkan dahinya. Wanita itu pun menerima kertas undangan tersebut.Belum sempat dia membaca siapa gerangan yang mengirim undangan, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan segera Dini menerima panggilan terlebih dahulu sembari kedua matanya membaca tulisan na
Pagi itu Alex akan membawa sang istri menuju ke tempat kerjanya. Dini pun dengan semangat empat limanya sudah berdandan rapi. Alex kini melihat tampilan cantik istrinya."Kenapa? Apa ada yang aneh?" tanya gadis itu sembari menatap kedua mata abu suaminya.Alex melipat kedua tangannya di depan dada. Pria itu kemudian mengusap bibir Dini dengan lembut."Nggak usah pakai gincu!" ujarnya.Kini lipstik yang tadinya menempel rapi pada bibir Dini menjadi belepotan ke mana-mana. Gadis itu pun memundurkan tubuhnya."Ih. Kenapa nggak boleh? Nanti jadi pucet dong," protesnya.Alex kembali mendekat ke arah istrinya. Pria itu menghapus lipstik sang istri lagi dengan ibu jarinya. Kedua alis tebalnya pun saling bertautan."Nggak usah kubilang! Kamu itu udah cantik. Nggak perlu pakai gincu-gincu beginian kalau ke luar rumah!" tegasnya ikut kesal.Dini kini diam saat suaminya menghapus lipstik merah pada bibirnya dengan usapan lembut. Sebuah senyuman muncul di wajahny
Siang hari di hari berikutnya Alex dan Dini sudah kembali ke rumah. Mereka langsung disambut oleh keluarga mereka terutama Xena. Gadis itu langsung berlari setelah mendengar suara taksi yang berhenti tepat di depan rumahnya. Dengan segera Xena menghampiri sang ibu saat Dini baru saja turun dari mobil."Mamiiiii!" seru gadis kecil itu sembari berlari-lari kecil. Xena memeluk Dini dan dibalas olehnya. "Ya ampun. Saking kangennya kamu sama Mami?" tanya Dini kemudian."Iya. Xena kangen banget sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari mengerucutkan bibirnya."Kangen banget, ya? Mami juga kangen sama kamu, Sayang." Dini membalas dengan tersenyum. Gadis yang kini resmi menjadi wanita sang duda tampan pun berjongkok agar sejajar dengan putri kecilnya."Iya. Xena kangen banget.""Nggak kangen sama Papi?" tanya sang ibu kemudian."Ya kangen. Tapi lebih kangen sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari ter menampakkan gigi-giginya.Keluarga kecil itu kembali ke
"Mas Alex keren, deh," puji Dini saat dia berjalan dengan salah satu tangannya digenggam erat oleh sang suami."Kamu seharusnya langsung mendatangiku! Gimana kalau mereka sampai berbuat yang tidak-tidak, coba?" hardik pria itu tanpa menoleh.Dini merasa bersalah. Namun, gadis itu tetap saja tak bisa berhenti memikirkan betapa keren sang suami."Iya, Mas. Maaf.""Duh. Anak jaman sekarang kok ya ada yang model begitu! Kasihan kalau sampai ada cewek yang diganggu lagi," sambung pria itu.Dini merasa takjub dengan sang suami. Mungkin karen memiliki seorang anak perempuan yang masih kecil makanya Alex tak terima jika ada yang mengganggu perempuan. Apa lagi perempuan-perempuan yang hidup bersamanya. Alex terus melangkah sembari membawa istrinya berjalan kembali menuju hotel. Keduanya diam selama dalam perjalanan pulang dan kini sudah sampai di dalam kamar mereka yang mewah."Sekarang kamu mandi! Bajumu kotor itu," ucap Alex sembari menunjuk ke arah rok sang is
Mentari sudah menyapa langit pulau Dewata. Alex dan Dini segera bersiap untuk jalan-jalan mengelilingi tempat wisata yang telah pria itu janjikan. Keduanya menikmati saat-saat bersama.Seperti janji Alex, pria itu akan mengajak sang istri untuk bermain air di tepi pantai. Dini kini mengenakan dress putih bermotif bunga dengan kedua lengannya yang pendek hampir memperlihatkan kedua ketiaknya. Alex sendiri tak mau kalah. Pria itu mengenakan kaos yang dipadankan dengan kemeja berwarna putih tanpa dibenarkan semua kancingnya.Kini pasangan berbeda usia itu menikmati berjalan di pantai yang sudah ramai. Alex terus menggandeng istrinya saat berjalan. Mereka membiarkan kedua kaki mereka basah terkena gulungan ombak yang tenang."Hahaha. Mas Alex, lihatlah di sana ada kerang!" seru Dini dengan antusias.Gadis itu pun berjalan mendekat untuk mengambil kerang yang dimaksud. Benar saja, dia menemukan sebuah kerang yang indah dengan corak kecokelatan."Lihatlah, Mas! Cantik