Hari itu Dini sudah mulai memasuki semester selanjutnya. Gadis itu pun sekarang tengah menikmati masa liburan. Tentu saja dia sudah membuat rencana untuk menghabiskan waktu bersama sang pria idaman. Namun, hingga siang hari Alex tak menampakkan batang hidungnya.
'Pak Alex ke mana, ya? Apa masih ada kerjaan di kampus?' tanya gadis itu dalam hati.
Kedua matanya meneliti rumah sang tetangga. Hingga seorang anak kecil berjalan keluar lewat pintu samping.
"Mami!" seru Xena sembari berjalan mendekati Dini yang tengah duduk di ruang tengah sembari mengawasi rumah sebelah.
"Ada apa, Xen?" tanya Dini sembari beranjak dari duduknya.
Xena pun memasuki rumah Dini. "Mami. Papi sakit," ucapnya.
Kedua alis Dini terangkat. "Apa? Papi sakit?" ulangnya.
Xena mengangguk. "Iya, Mami. Sekalang lagi tiduran di kamal," jawab gadis kecil itu.
"Ya udah. Kalau gitu Mami ke sana. Bentar, ya. Mami kunci pintu dulu. Soalnya Ibu sama Bapaknya Mami lagi kelu
Alex makan dengan perlahan. Dini pun dengan telaten menyuapi sang pacar yang sedang sakit. Sesekali gadis itu terkekeh karena bibir Alex yang sedikit belepotan akibat ulahnya."Kamu sengaja, ya?" sungut Alex ketika sudah selesai dan menghabiskan buburnya."Hehe. Nggak kok, Mas. Tapi yang penting buburnya habis, kan?" Gadis itu bertanya balik sembari memperlihatkan mangkok yang tadinya terisi sebagian, sudah kosong.Kemudian Dini meletakkan mangkok tersebut ke atas meja di samping ranjang. Dia pun bergantian meraih obat yang telah disiapkan dan menyerahkannya pada sang dosen."Ini obatnya diminum, Mas," ujarnya seraya menyodorkan tiga butir obat.Alex menerimanya. Pria itu lalu meraih gelas berisi air putih yang juga disodorkan padanya. Tanpa kata pria itu menelan tiga obat sekaligus dengan bantuan air putih."Makasih," ujarnya saat menyerahkan gelas tersebut."Iya, Mas."Alex kembali membetulkan posisi duduknya yang sedikit mul
Saat itu juga Dini melepaskan pelukannya dan duduk dengan tegap. Gadis itu menatap tak percaya dengan kemunculan sang ibu yang tidak dia sadari."I-Ibu ...." cicitnya dengan wajah yang mulai pucat.Alex pun tak kalah terkejutnya dengan sang pacar. Pria itu menatap dalam diam wanita paruh baya yang merupakan tetangganya."A-aku bisa jelasin, Bu," imbuh gadis itu kemudian.Pria yang masih berbaring di atas kasurnya mulai merasakan sakit kepala. Dia juga ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi."Apa maksudnya? Kenapa tadi kalian pelukan seperti itu?" desak Minarti pada putrinya.Dini pun beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati sang ibu. Gadis itu meraih kedua lengan Minarti. Sedangkan sang ibu masih saja memberikan tatapan penuh curiga pada pria yang tampak tak berdaya."Bu ... Aku bisa jelasin. Aku sama Mas Alex ....""Mas?" tanya sang ibu yang kini beralih menatap Dini dengan tatapan tajam."Ma-maksudku Pak Al
Budi mendekati putri semata wayangnya. Pria itu pun duduk di samping Dini dan menatap wajah putrinya itu."Din. Alex itu duda beranak satu. Bahkan usianya jauh di atasmu," ucap Budi dengan lembut.Dini balas menatap wajah sang ayah. "Memangnya kenapa, Pak? Perbedaan usia itu bukan masalah karena kami memang saling mencintai.""Tapi tetap saja, Ibu nggak merestui hubungan kalian," ucap Minarti.Dini beralih menatap sang ibu. "Kenapa gitu, Bu? Dini nggak cinta sama Ridho. Mas Alex juga bukan orang jahat, kok," balasnya membela sang kekasih."Iya. Alex memang bukan orang jahat, tapi dia duda beranak satu," tegas Minarti."Bu. Apa salahnya, sih? Dini sama Xena juga sudah akrab.""Kamu dibilangin juga. Pokoknya Ibu nggak merestui kalian. Apa lagi kamu masih terlalu muda buat Alex. Dan apa kamu nggak curiga? Bisa saja kan Alex menerimamu karena dia hanya ingin kamu merawat Xena? Bukan benar-benar dia mencintai kamu," ucap Minarti mencoba me
"Mau bicara apa, ya?" tanya sang pemilik rumah. Nining menoleh ke arah putranya."Tentang hubungan saya dan putri Ibu," jawab pria itu.Minarti memberikan tatapan tajam padanya. Tak seperti dirinya yang selalu ramah dan murah senyum. Kedua alisnya pun saling bertautan. Kini Minarti melirik ke samping kiri kanan, melihat keadaan rumahnya."Silakan masuk," tawarnya kemudian.Nining dan Alex segera berjalan memasuki rumah Dini. Mereka pun kini duduk di ruang tamu. Minarti dengan sengaja tak memanggil putri dan suaminya untuk bertemu mereka."Maaf mengganggu waktu istirahat Bu Narti," ujar Alex mecoba memulai pembicaraan yang serius."Ya. Katakan apa yang hendak Nak Alex sampaikan," balas Minarti dengan sinisnya. Sungguh sikap wanita itu benar-benar berubah setelah memergoki putrinya yang tengah bermanja-manja dengan sang tetangga."Maaf sebelumnya. Kedatangan kami ke sini, pertama-tama kami ingin silaturahmi. Lalu yang selanjutnya ... sa
"Jadi kamu lebih mendengarkan dia dari pada Ibu?" tanya Minarti sembari memberikan tatapan tajam pada putrinya.Gadis itu tersentak. Mengapa sang ibu tak mau merestui hubungan mereka dengan alasan usia?"Tapi, Bu ...." cicit sang anak."Tidak ada tapi-tapian. Apa kamu mau jadi anak durhaka?" tanya wanita itu lagi. Dini menggeleng lemah.Budi menatap wajah kesal istrinya yang sudah lama tak ia saksikan. Pria itu pun menghela napas dan mengalihkan pandangannya pada kedua tamu mereka."Nak Alex, Bu Nining. Jawaban kami sudah jelas. Jadi mohon pengertiannya. Dan silakan pulang," ucapnya mencoba halus.Alex membulatkan kedua matanya. Dia kini tengah diusir oleh sang tetangga sebelah rumahnya."Tapi, Pak Budi ... Saya benar-benar serius dengan putri Bapak. Dan saya juga akan membahagiakannya," tuturnya dengan tekad yang bulat."Tapi aku tidak merestui hubungan kalian. Lebih baik Nak Alex mencari pendamping yang seumuran. Jangan gangg
"Sedang apa kamu di sini?" tanya pria itu pada sosok gadis cantik yang tadi sempat dia temui.Dini langsung melompat masuk melalui jendela dan berhambur memeluk Alex. Karena belum siap, Alex dan Dini pun terjatuh. Beruntung Alex masih sempat menaha tubuhnya agar tidak benar-benar jatuh ke lantai."Dini ... Gimana kamu bisa ke sini?" tanya pria itu. Alex mencoba melepaskan diri dari pelukan Dini. Namun, gadis itu malah semakin mengeratkan pelukannya dan tak menjawab pertanyaan yang ia berikan.Kini posisi mereka berdua saling berpelukan sembari berbaring di atas ranjang. Dini memeluk tubuh kekasihnya yang kekar dengan rasa sedikit kasar pada tubuhnya. Begini lah tubuh kekar yang dulu membuatnya penasaran."Din ... Lepasin," pinta Alex dengan suara lembut. Dia tak mau membangunkan putrinya yang sudah tidur."Nggak mau ...." balas Dini semakin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang berotot itu."Tapi Din ...."
Dini menerima pakaiannya kembali. Gadis itu pun menutupi tubuhnya sendiri dengan memeluk pakaiannya. Rasa sayang yang diberikan oleh Alex sudah cukup menyadarkan dirinya. Pria itu benar-benar menghargai dirinya sebagai seorang perempuan.Alex kembali menoleh menatap Dini yang duduk di atas ranjangnya. Pria itu kemudian berlutut di samping tempat tidur dengan menghadap ke arah Dini. Wajahnya mendongak dengan tatapan lembut. Salah satu tangannya pun menggenggam lutut Dini."Dengar, Dini. Aku menyayangi dan mencintaimu meski perbedaan usia kita cukup jauh. Dan aku akan menikahimu secara baik-baik. Bukan dengan cara seperti ini. Sekarang kamu pulang, ya?" bujuk pria itu dengan suara lembut.Dini menarik napas untuk menarik ingusnya kembali. Gadis itu pun menghapus air mata yang sempat terjatuh. Tatapan sayu penuh harap dia berikan pada pria tampan yang berlutut di depannya dengan bertelanjang dada. Jantung gadis itu berdegup kencang karena menyadari betapa seksinya
Setelah beberapa hari kemudian, Alex dan Dini kembali sembunyi-sembunyi dalam menjalani hubungan mereka. Beruntung saja kedua orang tua Dini tak tahu jika mereka berdua adalah dosen pembimbing dan mahasiswa saat di kampus. Di kantor sang dosen, Alex pun menegaskan pada Dini untuk menjaga perilakunya."Kamu paham, kan?" tanya pria itu."Iya, Mas. Aku paham.""Bagus. Kalau begitu keluarlah! Aku nggak mau kita kembali dicurigai oleh orang kampus," tegasnya."Baik, Mas. Maksudku, Pak Alex," balas Dini sembari tersenyum. Gadis itu lega karena pacarnya tak jadi memutuskan hubungan mereka.Dini segera keluar dari ruangan sang dosen. Saat itu juga dia berpapasan dengan seorang dosen lainnya yang merupakan dosen wanita."Eh, Miss Vera," ucapnya sedikit terkejut."Dini. Sudah selesai?" tanya Vera pada salah satu mahasiswinya.Wanita yang dikenal sebagai dosen ramah dan perhatian itu pun tersenyum saat bertanya padanya. Dini diam-diam juga mengagumi sosok cantik
Setelah beberapa hari, Dini kembali bermanja pada suaminya. Kasihan juga Alex setiap malam harus tidur di sofa karena sang istri yang tiba-tiba jengah melihatnya.Pria itu kini berbaring di samping Dini di atas kasurnya yang empuk. Lalu dia memiringkan badannya agar bisa menatap sang istri yang tengah tidur telentang menatap langit-langit kamar."Sayang," panggil Alex."Hm?" Dini menoleh sembari tersenyum lembut.Alex kemudian mengangkat tangannya dan mengelus lembut perut rata sang istri. "Kamu sudah nggak males lagi denganku, kan?" tanya pria itu.Dini tersenyum memperlihatkan gigi-giginya. "Hehe. Enggak, kok.""Syukur deh. Kemarin juga kenapa sih bawaan bayi malah nggak mau lihat aku?" protes Alex yang masih mengusap lembut perut istrinya.Dini terkekeh mendengar penuturan sang suami. "Maaf, ya, Mas. Aku kemarin-kemarin nggak tahu bawaannya pengen marah gitu kalau lihat Mas Alex," ucapnya.Sang suami menghela napas. "Hahhh. Bisa-bisanya benci suami sendiri. Tapi nggak papa. Aku pah
Dokter segera melakukan beberapa pemeriksaan untuk pasiennya. Seorang dokter wanita pun kembali duduk di hadapan Alex dan Dini. Wanita itu tersenyum sembari menatap bergantian dua orang di hadapannya."Gimana istri saya, Dok?" tanya Alex."Selamat, ya, Pak. Bu Dini tengah mengandung dan usia kandungannya sudah menginjak empat minggu," jawab sang dokter masih dengan senyumannya."Alhamdulillah ... Dini. Akhirnya kamu hamil," ujar Alex dengan raut kebahagiaan yang tak dapat dia sembunyikan."Iya, Mas. Makasih, Bu Dokter," ucap Dini ikut bahagia."Sama-sama. Saya hanya membantu meriksa saja, kok."Alex pun memeluk sang istri. Pria itu kemudian mengecup lembut kening Dini dengan penuh kasih sayang.Setelah mendapatkan obat dan vitamin, Dini bersama suaminya yang menuntun dirinya keluar dari ruang periksa. Kini gadis cantik itu sudah menjelma menjadi seorang wanita yang sebentar lagi akan menjadi ibu."Gimana pemeriksaannya, Nduk?" tanya Minarti sembari me
Dini baru saja membuka kedua matanya. Gadis itu pun merasakan hawa hangat yang mengitari seluruh tubuhnya. Ketika kesadarannya sudah penuh, sebuah senyuman terpasang di wajah bangun tidurnya.Kini setiap kali dia membuka mata, sosok tampan berwajah blasteran Amerika yang menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Dini tak pernah melewatkan untuk menatapi betapa tampannya suaminya itu. Jemarinya pun bergerak mengelus lembut rahang tegas Alex yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus."Belum puas menatapku?" tanya pria itu masih dengan kedua mata terpejam.Dini terkekeh. "Ih. Mas udah bangun ternyata."Alex pun membuka kedua matanya. Pria itu tersenyum. Lalu dia mengeratkan kembali dekapannya pada tubuh ramping sang istri."Hahhh. Setiap bangun lihat kamu rasanya adem," gumam pria itu."Hihi. Mas Alex mulai deh suka gombal," balas Dini sembari mencubit pelan dagu suaminya."Ya sudah. Ayo kita mandi!" ajak pria itu yang kini mulai mengendurkan pelukannya."I
Hari membahagiakan bagi Sinta dan Ridho pun tiba. Kini keduanya sudah sah menjadi suami istri. Alex, Dini, dan Xena pun hadir pada acara pernikahan mereka berdua."Selamat, ya, Sinta, Ridho. Aku benar-benar ikut bahagia atas pernikahan kalian," ucap Dini sembari memeluk dua sahabatnya.Tindakan Dini membuat Alex membelalakkan kedua matanya. Pasalnya pria itu tahu bahwa Ridho merupakan mantan pacar istrinya. Pria yang pernah menemani Dini saat Alex masih mengabaikan perasaannya."Makasih, Din. Makasih juga saran dan doanya," balas Sinta sembari membalas pelukan sahabatnya itu.Ridho pun ikut membalas pelukan Dini. Namun, pria itu sadar tengah ditatap tajam oleh suami sahabatnya. Segera saja Ridho menjauhkan diri dan membiarkan Dini berpelukan dengan Sinta. Meski sudah tak ada perasaan apa-apa terhadap Dini, Ridho tetap menghargai Alex sebagai suami sah sahabatnya."Pak Alex," sapa Ridho sembari menyalami pria tampan dan gagah yang kini sudah berdiri tepat di hadap
Dua minggu telah berlalu bagi kedua pengantin baru itu. Dini sudah mulai ikut mengelola butik milik suaminya. Keduanya kini seolah tak dapat dipisahkan. Ke mana pun Alex berada, di situ bisa dipastikan ada Dini juga. Begitu pula sebaliknya.Hingga sore tiba, keduanya sudah kembali beristirahat di rumah. Saat itu juga, anak perempuan mereka berjalan mendekati kedua orang tuanya sembari membawa sebuah kertas berwarna merah muda yang dibungkus dengan plastik."Mami," panggil Xena pada sang ibu."Ya, Sayang. Ada apa?"Xena duduk di samping sang ibu. "Ini tadi ada titipan buat Mami sama Papi," jawabnya sembari menyerahkan kertas yang ternyata sebuah undangan."Undangan? Dari siapa?" tanya Dini sembari mengernyitkan dahinya. Wanita itu pun menerima kertas undangan tersebut.Belum sempat dia membaca siapa gerangan yang mengirim undangan, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan segera Dini menerima panggilan terlebih dahulu sembari kedua matanya membaca tulisan na
Pagi itu Alex akan membawa sang istri menuju ke tempat kerjanya. Dini pun dengan semangat empat limanya sudah berdandan rapi. Alex kini melihat tampilan cantik istrinya."Kenapa? Apa ada yang aneh?" tanya gadis itu sembari menatap kedua mata abu suaminya.Alex melipat kedua tangannya di depan dada. Pria itu kemudian mengusap bibir Dini dengan lembut."Nggak usah pakai gincu!" ujarnya.Kini lipstik yang tadinya menempel rapi pada bibir Dini menjadi belepotan ke mana-mana. Gadis itu pun memundurkan tubuhnya."Ih. Kenapa nggak boleh? Nanti jadi pucet dong," protesnya.Alex kembali mendekat ke arah istrinya. Pria itu menghapus lipstik sang istri lagi dengan ibu jarinya. Kedua alis tebalnya pun saling bertautan."Nggak usah kubilang! Kamu itu udah cantik. Nggak perlu pakai gincu-gincu beginian kalau ke luar rumah!" tegasnya ikut kesal.Dini kini diam saat suaminya menghapus lipstik merah pada bibirnya dengan usapan lembut. Sebuah senyuman muncul di wajahny
Siang hari di hari berikutnya Alex dan Dini sudah kembali ke rumah. Mereka langsung disambut oleh keluarga mereka terutama Xena. Gadis itu langsung berlari setelah mendengar suara taksi yang berhenti tepat di depan rumahnya. Dengan segera Xena menghampiri sang ibu saat Dini baru saja turun dari mobil."Mamiiiii!" seru gadis kecil itu sembari berlari-lari kecil. Xena memeluk Dini dan dibalas olehnya. "Ya ampun. Saking kangennya kamu sama Mami?" tanya Dini kemudian."Iya. Xena kangen banget sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari mengerucutkan bibirnya."Kangen banget, ya? Mami juga kangen sama kamu, Sayang." Dini membalas dengan tersenyum. Gadis yang kini resmi menjadi wanita sang duda tampan pun berjongkok agar sejajar dengan putri kecilnya."Iya. Xena kangen banget.""Nggak kangen sama Papi?" tanya sang ibu kemudian."Ya kangen. Tapi lebih kangen sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari ter menampakkan gigi-giginya.Keluarga kecil itu kembali ke
"Mas Alex keren, deh," puji Dini saat dia berjalan dengan salah satu tangannya digenggam erat oleh sang suami."Kamu seharusnya langsung mendatangiku! Gimana kalau mereka sampai berbuat yang tidak-tidak, coba?" hardik pria itu tanpa menoleh.Dini merasa bersalah. Namun, gadis itu tetap saja tak bisa berhenti memikirkan betapa keren sang suami."Iya, Mas. Maaf.""Duh. Anak jaman sekarang kok ya ada yang model begitu! Kasihan kalau sampai ada cewek yang diganggu lagi," sambung pria itu.Dini merasa takjub dengan sang suami. Mungkin karen memiliki seorang anak perempuan yang masih kecil makanya Alex tak terima jika ada yang mengganggu perempuan. Apa lagi perempuan-perempuan yang hidup bersamanya. Alex terus melangkah sembari membawa istrinya berjalan kembali menuju hotel. Keduanya diam selama dalam perjalanan pulang dan kini sudah sampai di dalam kamar mereka yang mewah."Sekarang kamu mandi! Bajumu kotor itu," ucap Alex sembari menunjuk ke arah rok sang is
Mentari sudah menyapa langit pulau Dewata. Alex dan Dini segera bersiap untuk jalan-jalan mengelilingi tempat wisata yang telah pria itu janjikan. Keduanya menikmati saat-saat bersama.Seperti janji Alex, pria itu akan mengajak sang istri untuk bermain air di tepi pantai. Dini kini mengenakan dress putih bermotif bunga dengan kedua lengannya yang pendek hampir memperlihatkan kedua ketiaknya. Alex sendiri tak mau kalah. Pria itu mengenakan kaos yang dipadankan dengan kemeja berwarna putih tanpa dibenarkan semua kancingnya.Kini pasangan berbeda usia itu menikmati berjalan di pantai yang sudah ramai. Alex terus menggandeng istrinya saat berjalan. Mereka membiarkan kedua kaki mereka basah terkena gulungan ombak yang tenang."Hahaha. Mas Alex, lihatlah di sana ada kerang!" seru Dini dengan antusias.Gadis itu pun berjalan mendekat untuk mengambil kerang yang dimaksud. Benar saja, dia menemukan sebuah kerang yang indah dengan corak kecokelatan."Lihatlah, Mas! Cantik