"Jadi kamu lebih mendengarkan dia dari pada Ibu?" tanya Minarti sembari memberikan tatapan tajam pada putrinya.
Gadis itu tersentak. Mengapa sang ibu tak mau merestui hubungan mereka dengan alasan usia?
"Tapi, Bu ...." cicit sang anak.
"Tidak ada tapi-tapian. Apa kamu mau jadi anak durhaka?" tanya wanita itu lagi. Dini menggeleng lemah.
Budi menatap wajah kesal istrinya yang sudah lama tak ia saksikan. Pria itu pun menghela napas dan mengalihkan pandangannya pada kedua tamu mereka.
"Nak Alex, Bu Nining. Jawaban kami sudah jelas. Jadi mohon pengertiannya. Dan silakan pulang," ucapnya mencoba halus.
Alex membulatkan kedua matanya. Dia kini tengah diusir oleh sang tetangga sebelah rumahnya.
"Tapi, Pak Budi ... Saya benar-benar serius dengan putri Bapak. Dan saya juga akan membahagiakannya," tuturnya dengan tekad yang bulat.
"Tapi aku tidak merestui hubungan kalian. Lebih baik Nak Alex mencari pendamping yang seumuran. Jangan gangg
"Sedang apa kamu di sini?" tanya pria itu pada sosok gadis cantik yang tadi sempat dia temui.Dini langsung melompat masuk melalui jendela dan berhambur memeluk Alex. Karena belum siap, Alex dan Dini pun terjatuh. Beruntung Alex masih sempat menaha tubuhnya agar tidak benar-benar jatuh ke lantai."Dini ... Gimana kamu bisa ke sini?" tanya pria itu. Alex mencoba melepaskan diri dari pelukan Dini. Namun, gadis itu malah semakin mengeratkan pelukannya dan tak menjawab pertanyaan yang ia berikan.Kini posisi mereka berdua saling berpelukan sembari berbaring di atas ranjang. Dini memeluk tubuh kekasihnya yang kekar dengan rasa sedikit kasar pada tubuhnya. Begini lah tubuh kekar yang dulu membuatnya penasaran."Din ... Lepasin," pinta Alex dengan suara lembut. Dia tak mau membangunkan putrinya yang sudah tidur."Nggak mau ...." balas Dini semakin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang berotot itu."Tapi Din ...."
Dini menerima pakaiannya kembali. Gadis itu pun menutupi tubuhnya sendiri dengan memeluk pakaiannya. Rasa sayang yang diberikan oleh Alex sudah cukup menyadarkan dirinya. Pria itu benar-benar menghargai dirinya sebagai seorang perempuan.Alex kembali menoleh menatap Dini yang duduk di atas ranjangnya. Pria itu kemudian berlutut di samping tempat tidur dengan menghadap ke arah Dini. Wajahnya mendongak dengan tatapan lembut. Salah satu tangannya pun menggenggam lutut Dini."Dengar, Dini. Aku menyayangi dan mencintaimu meski perbedaan usia kita cukup jauh. Dan aku akan menikahimu secara baik-baik. Bukan dengan cara seperti ini. Sekarang kamu pulang, ya?" bujuk pria itu dengan suara lembut.Dini menarik napas untuk menarik ingusnya kembali. Gadis itu pun menghapus air mata yang sempat terjatuh. Tatapan sayu penuh harap dia berikan pada pria tampan yang berlutut di depannya dengan bertelanjang dada. Jantung gadis itu berdegup kencang karena menyadari betapa seksinya
Setelah beberapa hari kemudian, Alex dan Dini kembali sembunyi-sembunyi dalam menjalani hubungan mereka. Beruntung saja kedua orang tua Dini tak tahu jika mereka berdua adalah dosen pembimbing dan mahasiswa saat di kampus. Di kantor sang dosen, Alex pun menegaskan pada Dini untuk menjaga perilakunya."Kamu paham, kan?" tanya pria itu."Iya, Mas. Aku paham.""Bagus. Kalau begitu keluarlah! Aku nggak mau kita kembali dicurigai oleh orang kampus," tegasnya."Baik, Mas. Maksudku, Pak Alex," balas Dini sembari tersenyum. Gadis itu lega karena pacarnya tak jadi memutuskan hubungan mereka.Dini segera keluar dari ruangan sang dosen. Saat itu juga dia berpapasan dengan seorang dosen lainnya yang merupakan dosen wanita."Eh, Miss Vera," ucapnya sedikit terkejut."Dini. Sudah selesai?" tanya Vera pada salah satu mahasiswinya.Wanita yang dikenal sebagai dosen ramah dan perhatian itu pun tersenyum saat bertanya padanya. Dini diam-diam juga mengagumi sosok cantik
"Sumpah, Din. Aku nggak nyangka kamu sama Pak Alex suka begitu. Takut kebablasan." Sinta menyentuh dadanya sendiri.Dini meringis dengan wajah memerah. "Ya gimana, ya? Habisnya coba deh bayangin kalau kamu berduaan aja sama cowok yang kamu suka. Apa lagi cowoknya seganteng Mas Alex. Mleyot terus yang ada," celetuk gadis itu dengan entengnya."Terserah kamu deh. Cuma jangan sampai kelewatan! Lagian Pak Alex juga udah ngingetin kamu, kamu jangan jadi setannya yang godain dia terus. Inget! Sebagai cewek jangan terlalu agresif!" Sinta kembali mengingatkan."Iya, iya, Nyai Sinta," cibir Dini."Ih. Kamu, ya!" Sinta mencubit gemas lengan Dini."Ih. Sakit, Sin," rintih gadis di sampingnya sembari mengusap-usap lengannya yang sedikit sakit."Lagian kalau bukan aku yang ngejar, ya Mas Alex nggak bakalan peka. Secara dia juga dosen yang terkenal killer yang bahkan nggak ada cewek yang berani deketin dia. Kesempatan emas dong karena cuma aku yang suka sama dia," sambung
Alex membuka kedua matanya dan dia merasakan dekapan hangat di atas dadanya. Kini pria itu melihat bahwa Dini masih tertidur pulas dengan bersandar di dada bidangnya. Wajah gadis itu tampak tenang dan damai. Sejenak Alex menikmati pemandangan indah tersebut.'Kalau tidur gini jadi tambah manis, kan? Coba aja kalau melek, yang ada ganjenin terus,' ujarnya dalam hati.Saat itu juga, Dini membuka kedua matanya. Kini kedua pandangan mereka pun bertemu. Sebuah senyuman kembali gadis itu berikan saat kesadarannya mengatakan bahwa dia telah berhasil tidur di kamar tetangga sekaligus pacarnya."Bangun! Sana kamu balik lagi ke kamar kamu!" perintah Alex sembari duduk. Dini pun ikut duduk dan meregangkan otot-ototnya."Jam berapa sih, Mas? Tidurku nyenyak banget deh," gumamnya dengan sesekali menguap."Jam lima kurang. Kamu sih enak tidur pulas. Aku yang pegel jadi bantalmu," protes pria itu sembari menepuk-nepuk punggungnya sendiri dengan satu tangan.Dini pun menoleh
"Kamu mau kan bantuin Miss?" tanya Vera lagi karena belum mendapatkan jawaban dari mahasiswinya.Dini kembali menatap sang dosen cantik. Vera merupakan sosok sempurna jika dijadikan istri. Wajahnya cantik, dewasa, serta bisa diandalkan. Namun, tentu saja sebagai kekasih Alex, Dini tak setuju dan ingin menolak permintaannya."Maaf, Miss. Tapi saya ...." Dini menggantungkan kalimatnya. Gadis itu bingung bagaimana menolak permintaan tersebut."Kamu mau, kan? Cuma kamu yang dekat sama Pak Alex. Jadi nggak ada lagi yang bisa Miss mintai tolong," ucap Vera kembali memohon.Dini kemudian mendesah pelan sembari menarik napasnya berat. "Bukannya saya nggak mau, Miss."'Memang nggak mau,' batin Dini."Tapi saya nggak enak hati kalau mendekatkan Miss sama Pak Alex," sambungnya.Vera mengernyitkan dahi. "Memangnya kenapa, Din?" tanya wanita itu heran.Dini melepaskan genggaman tangan sang ketua jurusan. Gadis itu memilih menyandarkan bahunya pada sandaran kursi y
Alex memundurkan tubuh Dini serta melepaskan pelukannya. Gadis itu pun mulai panik. Belum sempat Dini bersembunyi, pintu kamar sudah terbuka perlahan. Baik Dini dan Alex tercekat dalam diam."Papi ...." panggil seorang gadis kecil sembari mengucek kedua matanya.Dini yang hendak keluar kamar pun terpaku di tempatnya. Xena sudah masuk ke kamar sang ayah dengan memeluk sebuah boneka."Mami? Mami Dini!" serunya saat menyadari ada sosok lain di kamar ayahnya.Dini pun terpaksa menoleh ke arah gadis kecil itu. Dia tersenyum kaku. "Hai ...." sapanya dengan kikuk.Xena berlari memeluk Dini. Gadis yang dia rindukan. "Mami Dini! Mami!" serunya senang.Dini hampir terjungkal karena ditubruk tubuh kecil itu. Dengan segera gadis itu mencoba menenangkan Xena."Xena. Jangan teriak-teriak!" imbaunya dengan suara lembut.Xena menatap wajah Dini. "Tapi aku kangen banget sama Mami Dini. Mami kenapa nggak pelnah main ke sini, sih?" tanya gadis kecil itu sembari mengeruc
Dini dan Alex saling bertukar pandang. Kemudian gadis itu melepaskan pelukannya dan segera berlari dengan sedikit berjingkat agar langkah kaki dari sepatu ketsnya tidak berbunyi. Perlahan gadis itu membuka pintu dan mengintip dari celah yang terbuka.Kedua pandangannya mengedar ke sekeliling. "Nggak ada siapa-siapa. Tapi kok barusan ada suara, ya?" gumamnya.Memang benar keadaan ruang dosen tengah sepi karena para dosen sedang mengajar di kelas. Hal inilah yang selalu membuat Dini berani menemui kekasihnya.Gadis itu pun kembali menutup pintu dan menatap wajah kekasihnya. Alex menatap seolah meminta penjelasan."Nggak ada siapa-siapa, Mas," ujar gadis itu sembari mengedikkan bahu.Alex masih saja memasang wajah cemas dan curiga. Insting pria itu mengatakan memang tadi ada orang yang berdiri di depan pintu ruangannya dan menguping pembicaraan mereka. Lalu segera kabur karena tak ingin diketahui saat terkejut menjatuhkan sesuatu."Ya udah. Kamu keluar dulu! Sep
Setelah beberapa hari, Dini kembali bermanja pada suaminya. Kasihan juga Alex setiap malam harus tidur di sofa karena sang istri yang tiba-tiba jengah melihatnya.Pria itu kini berbaring di samping Dini di atas kasurnya yang empuk. Lalu dia memiringkan badannya agar bisa menatap sang istri yang tengah tidur telentang menatap langit-langit kamar."Sayang," panggil Alex."Hm?" Dini menoleh sembari tersenyum lembut.Alex kemudian mengangkat tangannya dan mengelus lembut perut rata sang istri. "Kamu sudah nggak males lagi denganku, kan?" tanya pria itu.Dini tersenyum memperlihatkan gigi-giginya. "Hehe. Enggak, kok.""Syukur deh. Kemarin juga kenapa sih bawaan bayi malah nggak mau lihat aku?" protes Alex yang masih mengusap lembut perut istrinya.Dini terkekeh mendengar penuturan sang suami. "Maaf, ya, Mas. Aku kemarin-kemarin nggak tahu bawaannya pengen marah gitu kalau lihat Mas Alex," ucapnya.Sang suami menghela napas. "Hahhh. Bisa-bisanya benci suami sendiri. Tapi nggak papa. Aku pah
Dokter segera melakukan beberapa pemeriksaan untuk pasiennya. Seorang dokter wanita pun kembali duduk di hadapan Alex dan Dini. Wanita itu tersenyum sembari menatap bergantian dua orang di hadapannya."Gimana istri saya, Dok?" tanya Alex."Selamat, ya, Pak. Bu Dini tengah mengandung dan usia kandungannya sudah menginjak empat minggu," jawab sang dokter masih dengan senyumannya."Alhamdulillah ... Dini. Akhirnya kamu hamil," ujar Alex dengan raut kebahagiaan yang tak dapat dia sembunyikan."Iya, Mas. Makasih, Bu Dokter," ucap Dini ikut bahagia."Sama-sama. Saya hanya membantu meriksa saja, kok."Alex pun memeluk sang istri. Pria itu kemudian mengecup lembut kening Dini dengan penuh kasih sayang.Setelah mendapatkan obat dan vitamin, Dini bersama suaminya yang menuntun dirinya keluar dari ruang periksa. Kini gadis cantik itu sudah menjelma menjadi seorang wanita yang sebentar lagi akan menjadi ibu."Gimana pemeriksaannya, Nduk?" tanya Minarti sembari me
Dini baru saja membuka kedua matanya. Gadis itu pun merasakan hawa hangat yang mengitari seluruh tubuhnya. Ketika kesadarannya sudah penuh, sebuah senyuman terpasang di wajah bangun tidurnya.Kini setiap kali dia membuka mata, sosok tampan berwajah blasteran Amerika yang menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Dini tak pernah melewatkan untuk menatapi betapa tampannya suaminya itu. Jemarinya pun bergerak mengelus lembut rahang tegas Alex yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus."Belum puas menatapku?" tanya pria itu masih dengan kedua mata terpejam.Dini terkekeh. "Ih. Mas udah bangun ternyata."Alex pun membuka kedua matanya. Pria itu tersenyum. Lalu dia mengeratkan kembali dekapannya pada tubuh ramping sang istri."Hahhh. Setiap bangun lihat kamu rasanya adem," gumam pria itu."Hihi. Mas Alex mulai deh suka gombal," balas Dini sembari mencubit pelan dagu suaminya."Ya sudah. Ayo kita mandi!" ajak pria itu yang kini mulai mengendurkan pelukannya."I
Hari membahagiakan bagi Sinta dan Ridho pun tiba. Kini keduanya sudah sah menjadi suami istri. Alex, Dini, dan Xena pun hadir pada acara pernikahan mereka berdua."Selamat, ya, Sinta, Ridho. Aku benar-benar ikut bahagia atas pernikahan kalian," ucap Dini sembari memeluk dua sahabatnya.Tindakan Dini membuat Alex membelalakkan kedua matanya. Pasalnya pria itu tahu bahwa Ridho merupakan mantan pacar istrinya. Pria yang pernah menemani Dini saat Alex masih mengabaikan perasaannya."Makasih, Din. Makasih juga saran dan doanya," balas Sinta sembari membalas pelukan sahabatnya itu.Ridho pun ikut membalas pelukan Dini. Namun, pria itu sadar tengah ditatap tajam oleh suami sahabatnya. Segera saja Ridho menjauhkan diri dan membiarkan Dini berpelukan dengan Sinta. Meski sudah tak ada perasaan apa-apa terhadap Dini, Ridho tetap menghargai Alex sebagai suami sah sahabatnya."Pak Alex," sapa Ridho sembari menyalami pria tampan dan gagah yang kini sudah berdiri tepat di hadap
Dua minggu telah berlalu bagi kedua pengantin baru itu. Dini sudah mulai ikut mengelola butik milik suaminya. Keduanya kini seolah tak dapat dipisahkan. Ke mana pun Alex berada, di situ bisa dipastikan ada Dini juga. Begitu pula sebaliknya.Hingga sore tiba, keduanya sudah kembali beristirahat di rumah. Saat itu juga, anak perempuan mereka berjalan mendekati kedua orang tuanya sembari membawa sebuah kertas berwarna merah muda yang dibungkus dengan plastik."Mami," panggil Xena pada sang ibu."Ya, Sayang. Ada apa?"Xena duduk di samping sang ibu. "Ini tadi ada titipan buat Mami sama Papi," jawabnya sembari menyerahkan kertas yang ternyata sebuah undangan."Undangan? Dari siapa?" tanya Dini sembari mengernyitkan dahinya. Wanita itu pun menerima kertas undangan tersebut.Belum sempat dia membaca siapa gerangan yang mengirim undangan, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan segera Dini menerima panggilan terlebih dahulu sembari kedua matanya membaca tulisan na
Pagi itu Alex akan membawa sang istri menuju ke tempat kerjanya. Dini pun dengan semangat empat limanya sudah berdandan rapi. Alex kini melihat tampilan cantik istrinya."Kenapa? Apa ada yang aneh?" tanya gadis itu sembari menatap kedua mata abu suaminya.Alex melipat kedua tangannya di depan dada. Pria itu kemudian mengusap bibir Dini dengan lembut."Nggak usah pakai gincu!" ujarnya.Kini lipstik yang tadinya menempel rapi pada bibir Dini menjadi belepotan ke mana-mana. Gadis itu pun memundurkan tubuhnya."Ih. Kenapa nggak boleh? Nanti jadi pucet dong," protesnya.Alex kembali mendekat ke arah istrinya. Pria itu menghapus lipstik sang istri lagi dengan ibu jarinya. Kedua alis tebalnya pun saling bertautan."Nggak usah kubilang! Kamu itu udah cantik. Nggak perlu pakai gincu-gincu beginian kalau ke luar rumah!" tegasnya ikut kesal.Dini kini diam saat suaminya menghapus lipstik merah pada bibirnya dengan usapan lembut. Sebuah senyuman muncul di wajahny
Siang hari di hari berikutnya Alex dan Dini sudah kembali ke rumah. Mereka langsung disambut oleh keluarga mereka terutama Xena. Gadis itu langsung berlari setelah mendengar suara taksi yang berhenti tepat di depan rumahnya. Dengan segera Xena menghampiri sang ibu saat Dini baru saja turun dari mobil."Mamiiiii!" seru gadis kecil itu sembari berlari-lari kecil. Xena memeluk Dini dan dibalas olehnya. "Ya ampun. Saking kangennya kamu sama Mami?" tanya Dini kemudian."Iya. Xena kangen banget sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari mengerucutkan bibirnya."Kangen banget, ya? Mami juga kangen sama kamu, Sayang." Dini membalas dengan tersenyum. Gadis yang kini resmi menjadi wanita sang duda tampan pun berjongkok agar sejajar dengan putri kecilnya."Iya. Xena kangen banget.""Nggak kangen sama Papi?" tanya sang ibu kemudian."Ya kangen. Tapi lebih kangen sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari ter menampakkan gigi-giginya.Keluarga kecil itu kembali ke
"Mas Alex keren, deh," puji Dini saat dia berjalan dengan salah satu tangannya digenggam erat oleh sang suami."Kamu seharusnya langsung mendatangiku! Gimana kalau mereka sampai berbuat yang tidak-tidak, coba?" hardik pria itu tanpa menoleh.Dini merasa bersalah. Namun, gadis itu tetap saja tak bisa berhenti memikirkan betapa keren sang suami."Iya, Mas. Maaf.""Duh. Anak jaman sekarang kok ya ada yang model begitu! Kasihan kalau sampai ada cewek yang diganggu lagi," sambung pria itu.Dini merasa takjub dengan sang suami. Mungkin karen memiliki seorang anak perempuan yang masih kecil makanya Alex tak terima jika ada yang mengganggu perempuan. Apa lagi perempuan-perempuan yang hidup bersamanya. Alex terus melangkah sembari membawa istrinya berjalan kembali menuju hotel. Keduanya diam selama dalam perjalanan pulang dan kini sudah sampai di dalam kamar mereka yang mewah."Sekarang kamu mandi! Bajumu kotor itu," ucap Alex sembari menunjuk ke arah rok sang is
Mentari sudah menyapa langit pulau Dewata. Alex dan Dini segera bersiap untuk jalan-jalan mengelilingi tempat wisata yang telah pria itu janjikan. Keduanya menikmati saat-saat bersama.Seperti janji Alex, pria itu akan mengajak sang istri untuk bermain air di tepi pantai. Dini kini mengenakan dress putih bermotif bunga dengan kedua lengannya yang pendek hampir memperlihatkan kedua ketiaknya. Alex sendiri tak mau kalah. Pria itu mengenakan kaos yang dipadankan dengan kemeja berwarna putih tanpa dibenarkan semua kancingnya.Kini pasangan berbeda usia itu menikmati berjalan di pantai yang sudah ramai. Alex terus menggandeng istrinya saat berjalan. Mereka membiarkan kedua kaki mereka basah terkena gulungan ombak yang tenang."Hahaha. Mas Alex, lihatlah di sana ada kerang!" seru Dini dengan antusias.Gadis itu pun berjalan mendekat untuk mengambil kerang yang dimaksud. Benar saja, dia menemukan sebuah kerang yang indah dengan corak kecokelatan."Lihatlah, Mas! Cantik