Mendengar penuturan lembut namun menyakitkan dari sang pria idaman tak membuat Dini berniat melepaskan pelukannya. Justru pelukan itu semakin erat. Alex hanya bisa pasrah. Pria itu terus berdoa agar tak ada mahasiswa atau pun dosen lain yang melihat mereka. Bisa jadi masalah nanti.
Setelah memasuki jalan desa, Alex dan Dini sudah sampai di depan rumah. Pria itu segera menghentikan motor Dini tepat di depan rumah gadis itu.
Dini terdiam. Dia memilih turun dari motor dan melepaskan pelukannya. Alex yang merasa bersalah atas ucapannya pun menatap wajah Dini yang sayangnya malah menunduk sehingga wajahnya tertutup oleh poninya.
"Nih. Makasih, ya," ujar Alex yang kemudian menyerahkan kunci motor sang tetangga.
"Sama-sama," jawab Dini dengan suara lirih.
Alex semakin tak enak hati. "Hey. Kamu marah?" tanya pria itu akhirnya. Dini hanya menggeleng pelan sebagai jawaban.
Dahi Alex mengernyit. "Terus kenapa?" tanya pria itu lagi.
Dini pun diam
Alex merasa bersalah. Dia memang selalu sibuk dan kadang tak memberikan perhatian pada putri kecilnya. Mungkin memang sudah saatnya dia mencari ibu pengganti yang bisa menjaga Xena."Emmm. Kalau ... Kalau Mami barunya bukan Mbak Dini gimana?" tanya pria itu.Xena pun berbalik. Kembali menghadap sang ayah. "Memangnya siapa? Xena nggak mau yang lain. Yang lain pasti juga sama-sama sibuk," balasnya tak setuju.Alex menghela napas. Memang benar pria itu belum menemukan kandidat sebagai ibu pengganti yang cocok. Namun, kenapa juga harus dengan Dini yang merupakan salah satu mahasiswinya?"Tapi kenapa harus sama Mbak Dini sih, Sayang?" tanya Alex yang sudah kehabisan ide untuk membantah."Soalnya cuma Mami Dini yang baiknya tulus. Nggak pula-pula baik di depan Papi tapi di belakang suka ngancem Xena," jawab gadis kecil itu.Alex terkejut. "Memang siapa yang berani mengancam putri kesayangan Papi?""Ada. Itu. Tante yang pakai kacamata, Pi. Y
"P-Pak Alex ...." cicit Dini. Wajah gadis itu mulai merona merah. Dia pun segera duduk. Dapat ia rasakan genggaman tangan besar itu pada dadanya. Bahkan Alex tanpa sadar masih menggenggam tangan Dini yang satunya."Ah. Sorry!" ucap Alex segera melepaskan tangannya pada Dini setelah sadar apa yang baru saja terjadi."Pak Alex mesum," gumam Dini sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.Kini posisi kedua orang tersebut sama-sama duduk di depan pintu masuk kamar Alex. Pria itu terperangah. Sebenarnya siapa yang mesum? Bukankah selama ini gadis di hadapannya lah yang selalu menggodanya?"Siapa yang kau katai itu?" sungutnya tak terima.Dini terdiam. Di sudut tangga, tampak dua pasang mata bulat tengah mengintip mereka tanpa menimbulkan suara. Xena baru saja menyaksikan posisi aneh kedua orang yang ia harap akan menjadi keluarga impiannya."Bapak tadi pegang-pegang ...." Dini mengerucutkan bibirnya.Alex menelan ludah. J
Dini sudah kembali masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu bersandar pada pintu. Kemudian dia melihat tirai jendela kamarnya yang masih terbuka. Menampakkan kamar milik tetangga di sebelah rumahnya. Gadis itu pun melihat Alex sudah menutup tirai kamarnya."Jadi Pak Alex benar-benar benci padaku, ya? Padahal aku sudah memberanikan diri buat nyatain perasaanku," gumam Dini dengan raut wajah sedih. Hatinya terasa sakit saat ditatap setajam itu oleh pria yang dia sukai.Malam itu pun Dini berdiam diri di dalam kamarnya. Gadis itu tak menyangka jika usahanya selama ini untuk mendekati sang dosen idaman berakhir dengan sia-sia. Sang dosen nyatanya membenci dirinya. Padahal sebelumnya gadis itu tak akan mundur meski dikatai cewek ganjen sekalipun. Namun kali ini rasanya berbeda. Seolah Alex benar-benar ingin menutup pintu hati untuknya.****Pagi pun kembali menyapa. Dini merasa enggan untuk bangkit dari tempat tidurnya. Dia pun tak bersemangat saat membersihkan ruma
Xena menatapi kepergian Dini. Gadis itu merasa bahwa mami barunya sedang mencoba menjauh darinya. Segera saja Xena berlari kembali masuk ke dalam rumah. Kebetulan Alex sempat melihat mereka berdua."Papi ...." cicit Xena sembari memeluk kedua kaki ayahnya.Alex pun berjongkok agar sejajar dengan sang putri. Pria itu dapat melihat dengan jelas wajah sedih putri kesayangannya itu. Ternyata sejak Dini menjauhi Xena atas permintaannya, justru berdampak buruk pada sang putri. Padahal Xena sudah mulai ceria.'Apakah aku menyesal?' pikir pria itu. Kemudian dia segera menepis pikirannya sendiri yang terkadang mulai berkhianat."Ada apa, Sayang?" tanya pria itu.Sang putri kembali memeluknya. Gadis kecil itu pun bergumam, "Papi ... Apa Xena nakal lagi sama Mami Dini? Kenapa Mami Dini pelgi nggak bilang-bilang? Mami Dini juga nggak mau diajak main," ungkapnya.Hati Alex ikut sedih mendengar penuturan sang putri. Dia tahu anak kesayangannya itu sangat
Dini kini pergi menuju sebuah tempat yang dijanjikan oleh kedua sahabatnya. Gadis itu memarkirkan motor kesayangannya di depan sebuah cafe. Segera saja Dini masuk ke dalam cafe dan di sana ia sudah ditunggu oleh Ridho dan Sinta."Dini!" panggil Sinta dengan wajah ceria. Dini pun menarik napas untuk menenangkan diri. Dia tak mau kedua sahabatnya tahu dirinya tengah bersedih."Hai," balas Dini dengan sebuah senyuman.Gadis itu segera menghampiri kedua sahabatnya. Ridho menatap senang wajah sahabatnya itu. Namun, laki-laki itu merasa ada yang aneh dengan senyuman Dini."Ada apa, nih?" tanya Dini sembari menatap bergantian antara Ridho dan Sinta."Emmm. Dho!" Sinta bergumam sembari menyenggol siku Ridho dengan sikunya. Seolah memberikan kode.Ridho segera menegakkan badannya. Pemuda berwajah ala idol Korea dengan rambut gondrongnya yang dikuncir rapi itu pun berdeham. Kemudian dia segera melambaikan tangan pada seorang pelayan."Mbak!" se
Ridho menarik pelan tangan Dini. Sinta pun membetulkan posisi duduknya dan memilih pindah kembali ke tempat duduknya semula. Kini Ridho menatap lurus ke kedua netra bening Dini yang berkaca-kaca."Aku suka sama kamu, Din. Jauh sebelum kamu suka sama Pak Alex," aku laki-laki itu mengejutkan Dini.Sinta pun mengangguk pelan. Gadis itu juga tahu bahwa Ridho menyukai Dini sejak lama. Bahkan sebagai sahabat yang memiliki kepekaan, dia sadar dengan tingkah laku Ridho yang selalu perhatian pada Dini."A-apa?" ucap Dini lirih karena masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar."Aku suka sama kamu." Ridho mengulangi ucapannya.Dini mengerjapkan kedua matanya. Gadis itu kemudian mengusap kedua sudut matanya. Dia sama sekali tak tahu dengan perasaan sang sahabat yang telah lama ia kenal."Jadi ... Maukah kamu jadi pacarku?" tanya Ridho dengan ekspresi wajah sungguh-sungguh.Gadis itu masih terdiam. Memproses apa yang diucapkan pria ya
Sehari telah berlalu lagi. Dini sudah berubah statusnya menjadi memiliki seorang kekasih. Akan tetapi hatinya sama sekali tak merasa bahagia. Dia selama ini menganggap Ridho sebatas sahabat dekatnya saja. Tak pernah dia memikirkan hubungan mereka lebih dari sekedar sahabat. Namun akan jahat jika Dini menolak perasaan tulus sahabatnya itu."Hahhh. Andai saja Pak Alex nggak bilang benci dan mau menjadikanku istrinya, aku pasti nggak akan segalau ini," gumam Dini saat sedang membersihkan kamarnya.Gadis itu membuka jendela agar udara di dalam kamar berganti. Saat itu juga, Alex tampak tengah membuka jendela. Tatapan keduanya bertemu. Namun, pria itu sama sekali tak menyapanya dan memilih untuk kembali masuk ke dalam kamar. Menghilang di antara tembok pembatas.'Ternyata Pak Alex memang benci padaku,' batinnya sedih.Sebuah panggilan pun masuk ke dalam ponselnya. Dini segera meraih ponsel yang dia letakkan di atas kasur. Nama Ridho tertera pada layar sehingga
Alex mengusap kasar wajahnya. Kemudian pria itu beranjak dari duduknya. Dia berjalan mendekati jendela dan menatap keluar. Kedua netranya mengamati halaman yang tak terlalu luas. Rumah tetangga sebelah benar-benar sepi.'Kenapa rasanya aneh ya kalau nggak digangguin cewek ganjen itu?' batinnya.'Aku pasti sudah gila! Kenapa malah mikirin si Dini, sih? Dia kan sudah punya pacar yang seumuran dengannya!' rutuknya dalam hati.Dengan kasar Alex mengacak rambutnya. Pria itu entah mengapa merasa kesal saat mengingat bagaimana laki-laki bernama Ridho itu menegaskan hubungannya dengan sang tetangga usil.Di tempat lain, Dini dan Ridho sudah tiba di depan mall. Ridho mengajak Dini untuk jalan-jalan dan menonton film di bioskop."Jadi kamu mau ajak aku nonton?" tanya Dini saat keduanya tengah mengantri tiket film."Ya. Kita nonton film dulu. Ini film kesukaan kamu," ucap Ridho dengan sebuah senyuman manis.Pemuda itu tampak sempurna dengan keta
Setelah beberapa hari, Dini kembali bermanja pada suaminya. Kasihan juga Alex setiap malam harus tidur di sofa karena sang istri yang tiba-tiba jengah melihatnya.Pria itu kini berbaring di samping Dini di atas kasurnya yang empuk. Lalu dia memiringkan badannya agar bisa menatap sang istri yang tengah tidur telentang menatap langit-langit kamar."Sayang," panggil Alex."Hm?" Dini menoleh sembari tersenyum lembut.Alex kemudian mengangkat tangannya dan mengelus lembut perut rata sang istri. "Kamu sudah nggak males lagi denganku, kan?" tanya pria itu.Dini tersenyum memperlihatkan gigi-giginya. "Hehe. Enggak, kok.""Syukur deh. Kemarin juga kenapa sih bawaan bayi malah nggak mau lihat aku?" protes Alex yang masih mengusap lembut perut istrinya.Dini terkekeh mendengar penuturan sang suami. "Maaf, ya, Mas. Aku kemarin-kemarin nggak tahu bawaannya pengen marah gitu kalau lihat Mas Alex," ucapnya.Sang suami menghela napas. "Hahhh. Bisa-bisanya benci suami sendiri. Tapi nggak papa. Aku pah
Dokter segera melakukan beberapa pemeriksaan untuk pasiennya. Seorang dokter wanita pun kembali duduk di hadapan Alex dan Dini. Wanita itu tersenyum sembari menatap bergantian dua orang di hadapannya."Gimana istri saya, Dok?" tanya Alex."Selamat, ya, Pak. Bu Dini tengah mengandung dan usia kandungannya sudah menginjak empat minggu," jawab sang dokter masih dengan senyumannya."Alhamdulillah ... Dini. Akhirnya kamu hamil," ujar Alex dengan raut kebahagiaan yang tak dapat dia sembunyikan."Iya, Mas. Makasih, Bu Dokter," ucap Dini ikut bahagia."Sama-sama. Saya hanya membantu meriksa saja, kok."Alex pun memeluk sang istri. Pria itu kemudian mengecup lembut kening Dini dengan penuh kasih sayang.Setelah mendapatkan obat dan vitamin, Dini bersama suaminya yang menuntun dirinya keluar dari ruang periksa. Kini gadis cantik itu sudah menjelma menjadi seorang wanita yang sebentar lagi akan menjadi ibu."Gimana pemeriksaannya, Nduk?" tanya Minarti sembari me
Dini baru saja membuka kedua matanya. Gadis itu pun merasakan hawa hangat yang mengitari seluruh tubuhnya. Ketika kesadarannya sudah penuh, sebuah senyuman terpasang di wajah bangun tidurnya.Kini setiap kali dia membuka mata, sosok tampan berwajah blasteran Amerika yang menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Dini tak pernah melewatkan untuk menatapi betapa tampannya suaminya itu. Jemarinya pun bergerak mengelus lembut rahang tegas Alex yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus."Belum puas menatapku?" tanya pria itu masih dengan kedua mata terpejam.Dini terkekeh. "Ih. Mas udah bangun ternyata."Alex pun membuka kedua matanya. Pria itu tersenyum. Lalu dia mengeratkan kembali dekapannya pada tubuh ramping sang istri."Hahhh. Setiap bangun lihat kamu rasanya adem," gumam pria itu."Hihi. Mas Alex mulai deh suka gombal," balas Dini sembari mencubit pelan dagu suaminya."Ya sudah. Ayo kita mandi!" ajak pria itu yang kini mulai mengendurkan pelukannya."I
Hari membahagiakan bagi Sinta dan Ridho pun tiba. Kini keduanya sudah sah menjadi suami istri. Alex, Dini, dan Xena pun hadir pada acara pernikahan mereka berdua."Selamat, ya, Sinta, Ridho. Aku benar-benar ikut bahagia atas pernikahan kalian," ucap Dini sembari memeluk dua sahabatnya.Tindakan Dini membuat Alex membelalakkan kedua matanya. Pasalnya pria itu tahu bahwa Ridho merupakan mantan pacar istrinya. Pria yang pernah menemani Dini saat Alex masih mengabaikan perasaannya."Makasih, Din. Makasih juga saran dan doanya," balas Sinta sembari membalas pelukan sahabatnya itu.Ridho pun ikut membalas pelukan Dini. Namun, pria itu sadar tengah ditatap tajam oleh suami sahabatnya. Segera saja Ridho menjauhkan diri dan membiarkan Dini berpelukan dengan Sinta. Meski sudah tak ada perasaan apa-apa terhadap Dini, Ridho tetap menghargai Alex sebagai suami sah sahabatnya."Pak Alex," sapa Ridho sembari menyalami pria tampan dan gagah yang kini sudah berdiri tepat di hadap
Dua minggu telah berlalu bagi kedua pengantin baru itu. Dini sudah mulai ikut mengelola butik milik suaminya. Keduanya kini seolah tak dapat dipisahkan. Ke mana pun Alex berada, di situ bisa dipastikan ada Dini juga. Begitu pula sebaliknya.Hingga sore tiba, keduanya sudah kembali beristirahat di rumah. Saat itu juga, anak perempuan mereka berjalan mendekati kedua orang tuanya sembari membawa sebuah kertas berwarna merah muda yang dibungkus dengan plastik."Mami," panggil Xena pada sang ibu."Ya, Sayang. Ada apa?"Xena duduk di samping sang ibu. "Ini tadi ada titipan buat Mami sama Papi," jawabnya sembari menyerahkan kertas yang ternyata sebuah undangan."Undangan? Dari siapa?" tanya Dini sembari mengernyitkan dahinya. Wanita itu pun menerima kertas undangan tersebut.Belum sempat dia membaca siapa gerangan yang mengirim undangan, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan segera Dini menerima panggilan terlebih dahulu sembari kedua matanya membaca tulisan na
Pagi itu Alex akan membawa sang istri menuju ke tempat kerjanya. Dini pun dengan semangat empat limanya sudah berdandan rapi. Alex kini melihat tampilan cantik istrinya."Kenapa? Apa ada yang aneh?" tanya gadis itu sembari menatap kedua mata abu suaminya.Alex melipat kedua tangannya di depan dada. Pria itu kemudian mengusap bibir Dini dengan lembut."Nggak usah pakai gincu!" ujarnya.Kini lipstik yang tadinya menempel rapi pada bibir Dini menjadi belepotan ke mana-mana. Gadis itu pun memundurkan tubuhnya."Ih. Kenapa nggak boleh? Nanti jadi pucet dong," protesnya.Alex kembali mendekat ke arah istrinya. Pria itu menghapus lipstik sang istri lagi dengan ibu jarinya. Kedua alis tebalnya pun saling bertautan."Nggak usah kubilang! Kamu itu udah cantik. Nggak perlu pakai gincu-gincu beginian kalau ke luar rumah!" tegasnya ikut kesal.Dini kini diam saat suaminya menghapus lipstik merah pada bibirnya dengan usapan lembut. Sebuah senyuman muncul di wajahny
Siang hari di hari berikutnya Alex dan Dini sudah kembali ke rumah. Mereka langsung disambut oleh keluarga mereka terutama Xena. Gadis itu langsung berlari setelah mendengar suara taksi yang berhenti tepat di depan rumahnya. Dengan segera Xena menghampiri sang ibu saat Dini baru saja turun dari mobil."Mamiiiii!" seru gadis kecil itu sembari berlari-lari kecil. Xena memeluk Dini dan dibalas olehnya. "Ya ampun. Saking kangennya kamu sama Mami?" tanya Dini kemudian."Iya. Xena kangen banget sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari mengerucutkan bibirnya."Kangen banget, ya? Mami juga kangen sama kamu, Sayang." Dini membalas dengan tersenyum. Gadis yang kini resmi menjadi wanita sang duda tampan pun berjongkok agar sejajar dengan putri kecilnya."Iya. Xena kangen banget.""Nggak kangen sama Papi?" tanya sang ibu kemudian."Ya kangen. Tapi lebih kangen sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari ter menampakkan gigi-giginya.Keluarga kecil itu kembali ke
"Mas Alex keren, deh," puji Dini saat dia berjalan dengan salah satu tangannya digenggam erat oleh sang suami."Kamu seharusnya langsung mendatangiku! Gimana kalau mereka sampai berbuat yang tidak-tidak, coba?" hardik pria itu tanpa menoleh.Dini merasa bersalah. Namun, gadis itu tetap saja tak bisa berhenti memikirkan betapa keren sang suami."Iya, Mas. Maaf.""Duh. Anak jaman sekarang kok ya ada yang model begitu! Kasihan kalau sampai ada cewek yang diganggu lagi," sambung pria itu.Dini merasa takjub dengan sang suami. Mungkin karen memiliki seorang anak perempuan yang masih kecil makanya Alex tak terima jika ada yang mengganggu perempuan. Apa lagi perempuan-perempuan yang hidup bersamanya. Alex terus melangkah sembari membawa istrinya berjalan kembali menuju hotel. Keduanya diam selama dalam perjalanan pulang dan kini sudah sampai di dalam kamar mereka yang mewah."Sekarang kamu mandi! Bajumu kotor itu," ucap Alex sembari menunjuk ke arah rok sang is
Mentari sudah menyapa langit pulau Dewata. Alex dan Dini segera bersiap untuk jalan-jalan mengelilingi tempat wisata yang telah pria itu janjikan. Keduanya menikmati saat-saat bersama.Seperti janji Alex, pria itu akan mengajak sang istri untuk bermain air di tepi pantai. Dini kini mengenakan dress putih bermotif bunga dengan kedua lengannya yang pendek hampir memperlihatkan kedua ketiaknya. Alex sendiri tak mau kalah. Pria itu mengenakan kaos yang dipadankan dengan kemeja berwarna putih tanpa dibenarkan semua kancingnya.Kini pasangan berbeda usia itu menikmati berjalan di pantai yang sudah ramai. Alex terus menggandeng istrinya saat berjalan. Mereka membiarkan kedua kaki mereka basah terkena gulungan ombak yang tenang."Hahaha. Mas Alex, lihatlah di sana ada kerang!" seru Dini dengan antusias.Gadis itu pun berjalan mendekat untuk mengambil kerang yang dimaksud. Benar saja, dia menemukan sebuah kerang yang indah dengan corak kecokelatan."Lihatlah, Mas! Cantik