Home / Romansa / Duda Ganteng Meresahkan (Dugem) / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Duda Ganteng Meresahkan (Dugem): Chapter 11 - Chapter 20

98 Chapters

11. Kesempatan dalam Keberduaan

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaruh," sapa Alex kepada para mahasiswanya.Salam itu pun dijawab secara serentak. Namun, hanya Dini lah yang tampak paling semangat. Dini sangat senang karena akhirnya dia akan menyaksikan bagaimana sang dosen idaman mengajar. Meski mendapatkan gelar sebagai dosen killer, akan tetapi hal itu tak meruntuhkan niat Dini untuk mendapatkan hati sang dosen.Seratus menit berlalu. Meski Dini selalu mengganggu dan menggoda Alex, gadis itu tetap mau memperhatikan penjelasan sang dosen hingga akhir jam kuliah di pagi itu."Oke. Any question?" tanya pria itu tanpa senyuman. Wajahnya hanya menampakkan ketegasan yang dingin.Para mahasiswa tidak ada yang berani mengangkat tangan. Bagi mereka, lebih baik bertanya ke dukun dari pada harus menanyakan materi yang tak mereka pahami pada sang dosen. Dini hanya menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat teman-temannya.Alex menghela napasnya pelan. "Baiklah kala
Read more

12. Semakin Gencar

"Minggir!" tutur Alex dingin.Dini tersenyum manis. Tatapannya masih lurus ke arah iris keabuan Alex. Pria itu pun diam sejenak karena merasa terhipnotis oleh iris gelap gadis yang masih berada di dalam dekapannya. Namun, hal itu tak berlangsung lama. Alex segera sadar dan langsung melepaskan tangan kanannya yang memeluk Dini tanpa sengaja."Kau ini cari-cari kesempatan saja! Saya ini dosenku, nggak bisakah kamu sopan dan menghargai saya sedikit?" sungut Alex yang mengungkapkan kekesalannya.Dini memundurkan tubuhnya. Kakinya masih terasa kesemutan. Beruntung tidak terkilir lagi seperti beberapa waktu yang lalu. Dia lalu menenangkan jantungnya yang berpacu."Maaf, Pak ...." cicitnya pelan. Alex masih menatapnya dengan wajah kesal. Bahkan kacamatanya sampai melorot."Saya benar-benar heran sama kamu. Mau kamu sebenarnya apa? Kenapa kamu selalu mengganggu?" tanya Alex lagi. Kali ini pria itu mengalihkan pandangannya dan memilih membereskan peralatan
Read more

13. Kita Bala, Ya!

Tak terasa waktu sudah berlalu begitu saja. Alex pun sudah terbiasa dengan tingkah Dini yang selalu mengejarnya. Untungnya gadis itu masih mau menjaga diri saat di kampus. Namun ketika di rumah, dirinya kembali menjadi gadis pengganggu untuk sang duda tampan beranak satu. Bahkan kini Dini melancarkan aksinya untuk melumpuhkan musuh kecilnya."Mbak Dini kenapa sih kesini telus? Aku kan nggak suka sama Mbak," cetus Xena sembari mengerucutkan bibirnya.Dini menatap gadis kecil itu dengan tatapan gemas. Ia ingin mencubit pipi tembamnya itu jika sang nenek tidak ada."Xena kenapa bilang gitu ke Mbak Dini?" tanya Nining pada cucu kesayangannya."Habisnya Mbak Dini pelnah nakalin Xena, Nek," jawab gadis kecil itu merajuk.Nining hanya menggeleng pelan."Nggak papa, Bu. Namanya juga anak kecil. Emmm. Sebenarnya Mbak kesini mau kasih ini ke Xena," tutur Dini sembari mengulurkan sebuah kotak makan pada gadis kecil itu.Xena melihat kotak makan
Read more

14. Urusi Saja Pacarmu!

Dini mengendarai motornya menuju ke sebuah toko kue untuk membeli bahan-bahan pembuatan es krim. Dia sudah berjanji pada Xena untuk mengajaknya membuat es krim.Keduanya pun telah berhenti di depan sebuah toko kue. Dini segera memasuki toko tersebut diikuti Ridho. Segera saja gadis itu mencari bahan-bahan yang dibutuhkan."Memangnya kamu mau buat apa, sih?" tanya Ridho penasaran. Pria berwajah tampan nan mulus itu menjadi pusat perhatian saat memasuki toko."Aku mau buat es krim," jawab Dini sembari mengecek catatan belanjaan."Oh. Ikut buat dong!" ujar laki-laki itu."Kamu buat sendiri di rumah kamu.""Yah. Pelit!"Dini menatap Ridho dengan berkacak pinggang. "Denger, ya, Dho. Aku buat es krim ini sama anak kecil tetanggaku. Jadi kalau ada kamu nanti malah ganggu," jelasnya."Ya udah deh kalau nggak boleh.""Ya maaf, Dho."Ridho tersenyum lembut membalas tatapan bersalah Dini. "Iya. Nggak papa. Lagian aku juga ad
Read more

15. Perhatian Dini

Alex memijit pelipisnya. Dia pusing memikirkan saat di mana dia nanti akan membagikan nilai hasil ujian. Pastilah nanti Dini akan semakin gencar mengejarnya. Gadis itu memang selalu seenaknya saja membuat keputusan.Pria itu pun segera menyelesaikan pekerjaannya agar nilai para mahasiswa segera diproses. Setelah selesai, barulah Alex menuju ke kamarnya. Pria itu duduk bersandar pada jendela kamar.Kemudian tangan kekarnya membuka ponsel dan menatap wajah cantik seorang wanita yang tengah tersenyum. Wanita itu memiliki rambut panjang sebahu yang sedikit bergelombang. Senyumannya pun sangat manis. Kemudian di samping foto wanita itu sedang bersama seorang pria tampan yang merupakan Alex enam tahun yang lalu.Kedua mata pria itu menatap sendu. Dia sangat rindu dengan wanita yang sangat ia cintai. Dia rindu senyuman manisnya dan bagaimana sang istri dulu selalu berada di sampingnya untuk memberikan dukungan saat dia terpuruk. Kini yang masih selalu membuatnya tering
Read more

16. Anak Perempuan

"Iya. Saya minta tolong, ya?" Alex meminta pada sang tetangga.Dini mengangguk. "Iya, Pak. Saya akan jagain Xena dan rumah.""Papi ... Nenek masih sakit?" tanya gadis kecil itu dengan wajah sedih."Iya. Tapi InsyaAllah akan segera membaik. Jadi kamu jangan sedih, ya!" tutur Alex sembari mengusap lembut kepala anaknya."Iya, Pi.""Bagus. Anak pinter. Kamu di sini sama Mbak Dini, Papi mau nganter Nenek ke rumah sakit. Jangan nakal, ya?" ucap pria itu lagi pada sang anak. Xena mengangguk sebagai jawaban."Sip. Dini. Tolong, ya," ucapnya pada sang tetangga."Iya, Pak."Kini Alex membawa sang ibu memasuki mobilnya. Dini pun ikut membantu."Bu Nining cepat sbuh, ya?" ucapnya tulus sembari mengusap tangan Nining."Makasih, Dini ...." balas wanita paruh baya itu dengan suara sedikit bergetar."Pak. Apa saya boleh ikut nganter sama Xena?" tanya Dini kemudian pada sang dosen."Nggak perlu, Din. Kamu tolong jag
Read more

17. Jalan Berdua

Sekitar pukul sembilan malam, Dini berpamitan pulang. Gadis itu sebenarnya ingin ikut menjaga Nining. Akan tetapi Alex melarangnya."Alex. Kamu antar Dini pulang, ya? Ini kan udah malam. Apa lagi Dini anak perempuan," ucap Nining pada putranya.Alex menatap sang ibu. Dia sangat malas jika harus mengantar cewek ganjen itu pulang. Akan tetapi benar juga kata sang ibu. Apa lagi Dini membantu menjaga Xena dan membawakan makan malam untuknya."Nggak papa, kok, Bu Nining. Saya berani pulang sendiri," timpal gadis itu. Sebenarnya dia ingin ikut menjaga Nining. Akan tetapi tadi Alex sempat melarangnya. Pria itu berdalih agar Dini menemani Xena di rumah."Tapi, Nduk. Ini udah malem." Nining kembali membujuk."Nggak papa, Bu. Lagian jalanan masih ramai kok jam segini," balas Dini sembari memberikan sebuah senyuman untuk menenangkan wanita itu."Lex. Anterin Dini!" titah Nining beralih menatap wajah putranya yang sebenarnya sudah sangat lelah.
Read more

18. Dini dan Xena

Gadis itu menghentikan motor matic-nya di halaman rumah. Segera saja dia mendorongnya perlahan memasuki rumah setelah mendapatkan sambutan dari sang ayah."Gimana keadaan Bu Nining?" tanya Budi pada putrinya saat Dini menutup pintu kembali.Dini membalas tatapan sang ayah. Gadis itu pun melepaskan helmnya. "Alhamdulillah udah baikan, Pak. Oh iya. Xena mana? Udah tidur?" tanya gadis itu sembari mencari-cari keberadaan anak kecil yang tadi menemaninya."Xena baru aja tidur di depan tivi. Tadi dia ngeyel pengen nungguin kamu pulang," jawab sang ayah.Dini mengangguk. Gadis itu lalu berjalan menuju ruang televisi. Dia melihat wajah damai gadis kecil yang baru saja menjadi temannya itu. Xena sungguh imut dengan pipi tembamnya.Gadis itu tersenyum lembut. Dia memandang penuh kasih anak kecil yang tengah tertidur sembari meletakkan kepalanya pada pinggir sofa dan berbantalkan kedua tangannya. Anak sekecil itu sudah ditinggal ibunya untuk selama-l
Read more

19. Mami Baru

"Mau. Xena mau kok Mbak Dini jadi Mami Xena. Kalau gitu kapan Mbak Dini nikah sama Papi?" tanya gadis kecil itu dengan tatapan polosnya.Dini bersorak dalam hati. Akhirnya dia berhasil mendapatkan hati Xena. Dengan begini Alex akan mau mempertimbangkan permintaannya."Emmm. Kapan, ya?" Dini menaikan kedua alisnya."Besok aja deh. Kita tunggu saja Papi kamu. Sekarang kamu tidur. Besok kita jenguk Nenek sama bawain makanan dan pakaian Papi," anjur Dini."Ya udah deh. Iya. Makasih ya, Mbak. Eh. Mami," ucap Xena sembari memeluk Dini.Dini membalas pelukan Xena dengan hangat dan penuh kasih sayang. "Iya, Sayang. Bobo yang nyenyak ya malam ini. Mami temenin," balas Dini yang dengan luwes memerankan perannya."Iya, Mami."Gadis itu senang karena mendapatkan panggilan baru dari Xena. Bagaimana jika sang dosen tahu anak kesayangannya memanggilnya dengan sebutan Mami? Tak sabar Dini melihat ekspresi sang duda ganteng yang meresahkan hatinya.
Read more

20. Permohonan Xena

"Xena ... Kenapa kamu bilang begitu?" tanya Dini yang berpura-pura tidak tahu.Gadis kecil itu tersenyum lebar. "Kan Mami Dini beljanji mau jadi maminya Xena," balasnya.Kedua alis Alex saling bertaut. Pria itu curiga dengan kedua perempuan di hadapannya. Sedangkan Nining hanya diam menyimak sembari bergantian menatap wajah Alex dan Dini. Wanita itu seolah melihat sebuah keluarga kecil yang bahagia."Kamu mengajari apa pada Xena?" tuduh pria dewasa itu sembari memberikan tatapan tajamnya pada Dini.Gadis cantik itu menoleh. Wajahnya tidak bisa menyembunyikan perasaannya saat ini. Dini sedang mencoba menahan senyumannya. "A-apa sih, Pak? Saya nggak mengajari apa-apa, kok. Iya, kan?"Dini beralih menatap gadis kecil itu sembari mengedipkan salah satu matanya. Gadis kecil itu pun kembali turun dan mendekati sang ayah."Iya, Pi." Xena memeluk ayahnya. "Mbak Dini. Eh maksudnya Mami Dini olangnya baik, Pi. Xena juga senang saat belmain sama Mami D
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status