"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaruh," sapa Alex kepada para mahasiswanya.
Salam itu pun dijawab secara serentak. Namun, hanya Dini lah yang tampak paling semangat. Dini sangat senang karena akhirnya dia akan menyaksikan bagaimana sang dosen idaman mengajar. Meski mendapatkan gelar sebagai dosen killer, akan tetapi hal itu tak meruntuhkan niat Dini untuk mendapatkan hati sang dosen.
Seratus menit berlalu. Meski Dini selalu mengganggu dan menggoda Alex, gadis itu tetap mau memperhatikan penjelasan sang dosen hingga akhir jam kuliah di pagi itu.
"Oke. Any question?" tanya pria itu tanpa senyuman. Wajahnya hanya menampakkan ketegasan yang dingin.
Para mahasiswa tidak ada yang berani mengangkat tangan. Bagi mereka, lebih baik bertanya ke dukun dari pada harus menanyakan materi yang tak mereka pahami pada sang dosen. Dini hanya menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat teman-temannya.
Alex menghela napasnya pelan. "Baiklah kala
"Minggir!" tutur Alex dingin.Dini tersenyum manis. Tatapannya masih lurus ke arah iris keabuan Alex. Pria itu pun diam sejenak karena merasa terhipnotis oleh iris gelap gadis yang masih berada di dalam dekapannya. Namun, hal itu tak berlangsung lama. Alex segera sadar dan langsung melepaskan tangan kanannya yang memeluk Dini tanpa sengaja."Kau ini cari-cari kesempatan saja! Saya ini dosenku, nggak bisakah kamu sopan dan menghargai saya sedikit?" sungut Alex yang mengungkapkan kekesalannya.Dini memundurkan tubuhnya. Kakinya masih terasa kesemutan. Beruntung tidak terkilir lagi seperti beberapa waktu yang lalu. Dia lalu menenangkan jantungnya yang berpacu."Maaf, Pak ...." cicitnya pelan. Alex masih menatapnya dengan wajah kesal. Bahkan kacamatanya sampai melorot."Saya benar-benar heran sama kamu. Mau kamu sebenarnya apa? Kenapa kamu selalu mengganggu?" tanya Alex lagi. Kali ini pria itu mengalihkan pandangannya dan memilih membereskan peralatan
Tak terasa waktu sudah berlalu begitu saja. Alex pun sudah terbiasa dengan tingkah Dini yang selalu mengejarnya. Untungnya gadis itu masih mau menjaga diri saat di kampus. Namun ketika di rumah, dirinya kembali menjadi gadis pengganggu untuk sang duda tampan beranak satu. Bahkan kini Dini melancarkan aksinya untuk melumpuhkan musuh kecilnya."Mbak Dini kenapa sih kesini telus? Aku kan nggak suka sama Mbak," cetus Xena sembari mengerucutkan bibirnya.Dini menatap gadis kecil itu dengan tatapan gemas. Ia ingin mencubit pipi tembamnya itu jika sang nenek tidak ada."Xena kenapa bilang gitu ke Mbak Dini?" tanya Nining pada cucu kesayangannya."Habisnya Mbak Dini pelnah nakalin Xena, Nek," jawab gadis kecil itu merajuk.Nining hanya menggeleng pelan."Nggak papa, Bu. Namanya juga anak kecil. Emmm. Sebenarnya Mbak kesini mau kasih ini ke Xena," tutur Dini sembari mengulurkan sebuah kotak makan pada gadis kecil itu.Xena melihat kotak makan
Dini mengendarai motornya menuju ke sebuah toko kue untuk membeli bahan-bahan pembuatan es krim. Dia sudah berjanji pada Xena untuk mengajaknya membuat es krim.Keduanya pun telah berhenti di depan sebuah toko kue. Dini segera memasuki toko tersebut diikuti Ridho. Segera saja gadis itu mencari bahan-bahan yang dibutuhkan."Memangnya kamu mau buat apa, sih?" tanya Ridho penasaran. Pria berwajah tampan nan mulus itu menjadi pusat perhatian saat memasuki toko."Aku mau buat es krim," jawab Dini sembari mengecek catatan belanjaan."Oh. Ikut buat dong!" ujar laki-laki itu."Kamu buat sendiri di rumah kamu.""Yah. Pelit!"Dini menatap Ridho dengan berkacak pinggang. "Denger, ya, Dho. Aku buat es krim ini sama anak kecil tetanggaku. Jadi kalau ada kamu nanti malah ganggu," jelasnya."Ya udah deh kalau nggak boleh.""Ya maaf, Dho."Ridho tersenyum lembut membalas tatapan bersalah Dini. "Iya. Nggak papa. Lagian aku juga ad
Alex memijit pelipisnya. Dia pusing memikirkan saat di mana dia nanti akan membagikan nilai hasil ujian. Pastilah nanti Dini akan semakin gencar mengejarnya. Gadis itu memang selalu seenaknya saja membuat keputusan.Pria itu pun segera menyelesaikan pekerjaannya agar nilai para mahasiswa segera diproses. Setelah selesai, barulah Alex menuju ke kamarnya. Pria itu duduk bersandar pada jendela kamar.Kemudian tangan kekarnya membuka ponsel dan menatap wajah cantik seorang wanita yang tengah tersenyum. Wanita itu memiliki rambut panjang sebahu yang sedikit bergelombang. Senyumannya pun sangat manis. Kemudian di samping foto wanita itu sedang bersama seorang pria tampan yang merupakan Alex enam tahun yang lalu.Kedua mata pria itu menatap sendu. Dia sangat rindu dengan wanita yang sangat ia cintai. Dia rindu senyuman manisnya dan bagaimana sang istri dulu selalu berada di sampingnya untuk memberikan dukungan saat dia terpuruk. Kini yang masih selalu membuatnya tering
"Iya. Saya minta tolong, ya?" Alex meminta pada sang tetangga.Dini mengangguk. "Iya, Pak. Saya akan jagain Xena dan rumah.""Papi ... Nenek masih sakit?" tanya gadis kecil itu dengan wajah sedih."Iya. Tapi InsyaAllah akan segera membaik. Jadi kamu jangan sedih, ya!" tutur Alex sembari mengusap lembut kepala anaknya."Iya, Pi.""Bagus. Anak pinter. Kamu di sini sama Mbak Dini, Papi mau nganter Nenek ke rumah sakit. Jangan nakal, ya?" ucap pria itu lagi pada sang anak. Xena mengangguk sebagai jawaban."Sip. Dini. Tolong, ya," ucapnya pada sang tetangga."Iya, Pak."Kini Alex membawa sang ibu memasuki mobilnya. Dini pun ikut membantu."Bu Nining cepat sbuh, ya?" ucapnya tulus sembari mengusap tangan Nining."Makasih, Dini ...." balas wanita paruh baya itu dengan suara sedikit bergetar."Pak. Apa saya boleh ikut nganter sama Xena?" tanya Dini kemudian pada sang dosen."Nggak perlu, Din. Kamu tolong jag
Sekitar pukul sembilan malam, Dini berpamitan pulang. Gadis itu sebenarnya ingin ikut menjaga Nining. Akan tetapi Alex melarangnya."Alex. Kamu antar Dini pulang, ya? Ini kan udah malam. Apa lagi Dini anak perempuan," ucap Nining pada putranya.Alex menatap sang ibu. Dia sangat malas jika harus mengantar cewek ganjen itu pulang. Akan tetapi benar juga kata sang ibu. Apa lagi Dini membantu menjaga Xena dan membawakan makan malam untuknya."Nggak papa, kok, Bu Nining. Saya berani pulang sendiri," timpal gadis itu. Sebenarnya dia ingin ikut menjaga Nining. Akan tetapi tadi Alex sempat melarangnya. Pria itu berdalih agar Dini menemani Xena di rumah."Tapi, Nduk. Ini udah malem." Nining kembali membujuk."Nggak papa, Bu. Lagian jalanan masih ramai kok jam segini," balas Dini sembari memberikan sebuah senyuman untuk menenangkan wanita itu."Lex. Anterin Dini!" titah Nining beralih menatap wajah putranya yang sebenarnya sudah sangat lelah.
Gadis itu menghentikan motor matic-nya di halaman rumah. Segera saja dia mendorongnya perlahan memasuki rumah setelah mendapatkan sambutan dari sang ayah."Gimana keadaan Bu Nining?" tanya Budi pada putrinya saat Dini menutup pintu kembali.Dini membalas tatapan sang ayah. Gadis itu pun melepaskan helmnya. "Alhamdulillah udah baikan, Pak. Oh iya. Xena mana? Udah tidur?" tanya gadis itu sembari mencari-cari keberadaan anak kecil yang tadi menemaninya."Xena baru aja tidur di depan tivi. Tadi dia ngeyel pengen nungguin kamu pulang," jawab sang ayah.Dini mengangguk. Gadis itu lalu berjalan menuju ruang televisi. Dia melihat wajah damai gadis kecil yang baru saja menjadi temannya itu. Xena sungguh imut dengan pipi tembamnya.Gadis itu tersenyum lembut. Dia memandang penuh kasih anak kecil yang tengah tertidur sembari meletakkan kepalanya pada pinggir sofa dan berbantalkan kedua tangannya. Anak sekecil itu sudah ditinggal ibunya untuk selama-l
"Mau. Xena mau kok Mbak Dini jadi Mami Xena. Kalau gitu kapan Mbak Dini nikah sama Papi?" tanya gadis kecil itu dengan tatapan polosnya.Dini bersorak dalam hati. Akhirnya dia berhasil mendapatkan hati Xena. Dengan begini Alex akan mau mempertimbangkan permintaannya."Emmm. Kapan, ya?" Dini menaikan kedua alisnya."Besok aja deh. Kita tunggu saja Papi kamu. Sekarang kamu tidur. Besok kita jenguk Nenek sama bawain makanan dan pakaian Papi," anjur Dini."Ya udah deh. Iya. Makasih ya, Mbak. Eh. Mami," ucap Xena sembari memeluk Dini.Dini membalas pelukan Xena dengan hangat dan penuh kasih sayang. "Iya, Sayang. Bobo yang nyenyak ya malam ini. Mami temenin," balas Dini yang dengan luwes memerankan perannya."Iya, Mami."Gadis itu senang karena mendapatkan panggilan baru dari Xena. Bagaimana jika sang dosen tahu anak kesayangannya memanggilnya dengan sebutan Mami? Tak sabar Dini melihat ekspresi sang duda ganteng yang meresahkan hatinya.
Setelah beberapa hari, Dini kembali bermanja pada suaminya. Kasihan juga Alex setiap malam harus tidur di sofa karena sang istri yang tiba-tiba jengah melihatnya.Pria itu kini berbaring di samping Dini di atas kasurnya yang empuk. Lalu dia memiringkan badannya agar bisa menatap sang istri yang tengah tidur telentang menatap langit-langit kamar."Sayang," panggil Alex."Hm?" Dini menoleh sembari tersenyum lembut.Alex kemudian mengangkat tangannya dan mengelus lembut perut rata sang istri. "Kamu sudah nggak males lagi denganku, kan?" tanya pria itu.Dini tersenyum memperlihatkan gigi-giginya. "Hehe. Enggak, kok.""Syukur deh. Kemarin juga kenapa sih bawaan bayi malah nggak mau lihat aku?" protes Alex yang masih mengusap lembut perut istrinya.Dini terkekeh mendengar penuturan sang suami. "Maaf, ya, Mas. Aku kemarin-kemarin nggak tahu bawaannya pengen marah gitu kalau lihat Mas Alex," ucapnya.Sang suami menghela napas. "Hahhh. Bisa-bisanya benci suami sendiri. Tapi nggak papa. Aku pah
Dokter segera melakukan beberapa pemeriksaan untuk pasiennya. Seorang dokter wanita pun kembali duduk di hadapan Alex dan Dini. Wanita itu tersenyum sembari menatap bergantian dua orang di hadapannya."Gimana istri saya, Dok?" tanya Alex."Selamat, ya, Pak. Bu Dini tengah mengandung dan usia kandungannya sudah menginjak empat minggu," jawab sang dokter masih dengan senyumannya."Alhamdulillah ... Dini. Akhirnya kamu hamil," ujar Alex dengan raut kebahagiaan yang tak dapat dia sembunyikan."Iya, Mas. Makasih, Bu Dokter," ucap Dini ikut bahagia."Sama-sama. Saya hanya membantu meriksa saja, kok."Alex pun memeluk sang istri. Pria itu kemudian mengecup lembut kening Dini dengan penuh kasih sayang.Setelah mendapatkan obat dan vitamin, Dini bersama suaminya yang menuntun dirinya keluar dari ruang periksa. Kini gadis cantik itu sudah menjelma menjadi seorang wanita yang sebentar lagi akan menjadi ibu."Gimana pemeriksaannya, Nduk?" tanya Minarti sembari me
Dini baru saja membuka kedua matanya. Gadis itu pun merasakan hawa hangat yang mengitari seluruh tubuhnya. Ketika kesadarannya sudah penuh, sebuah senyuman terpasang di wajah bangun tidurnya.Kini setiap kali dia membuka mata, sosok tampan berwajah blasteran Amerika yang menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Dini tak pernah melewatkan untuk menatapi betapa tampannya suaminya itu. Jemarinya pun bergerak mengelus lembut rahang tegas Alex yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus."Belum puas menatapku?" tanya pria itu masih dengan kedua mata terpejam.Dini terkekeh. "Ih. Mas udah bangun ternyata."Alex pun membuka kedua matanya. Pria itu tersenyum. Lalu dia mengeratkan kembali dekapannya pada tubuh ramping sang istri."Hahhh. Setiap bangun lihat kamu rasanya adem," gumam pria itu."Hihi. Mas Alex mulai deh suka gombal," balas Dini sembari mencubit pelan dagu suaminya."Ya sudah. Ayo kita mandi!" ajak pria itu yang kini mulai mengendurkan pelukannya."I
Hari membahagiakan bagi Sinta dan Ridho pun tiba. Kini keduanya sudah sah menjadi suami istri. Alex, Dini, dan Xena pun hadir pada acara pernikahan mereka berdua."Selamat, ya, Sinta, Ridho. Aku benar-benar ikut bahagia atas pernikahan kalian," ucap Dini sembari memeluk dua sahabatnya.Tindakan Dini membuat Alex membelalakkan kedua matanya. Pasalnya pria itu tahu bahwa Ridho merupakan mantan pacar istrinya. Pria yang pernah menemani Dini saat Alex masih mengabaikan perasaannya."Makasih, Din. Makasih juga saran dan doanya," balas Sinta sembari membalas pelukan sahabatnya itu.Ridho pun ikut membalas pelukan Dini. Namun, pria itu sadar tengah ditatap tajam oleh suami sahabatnya. Segera saja Ridho menjauhkan diri dan membiarkan Dini berpelukan dengan Sinta. Meski sudah tak ada perasaan apa-apa terhadap Dini, Ridho tetap menghargai Alex sebagai suami sah sahabatnya."Pak Alex," sapa Ridho sembari menyalami pria tampan dan gagah yang kini sudah berdiri tepat di hadap
Dua minggu telah berlalu bagi kedua pengantin baru itu. Dini sudah mulai ikut mengelola butik milik suaminya. Keduanya kini seolah tak dapat dipisahkan. Ke mana pun Alex berada, di situ bisa dipastikan ada Dini juga. Begitu pula sebaliknya.Hingga sore tiba, keduanya sudah kembali beristirahat di rumah. Saat itu juga, anak perempuan mereka berjalan mendekati kedua orang tuanya sembari membawa sebuah kertas berwarna merah muda yang dibungkus dengan plastik."Mami," panggil Xena pada sang ibu."Ya, Sayang. Ada apa?"Xena duduk di samping sang ibu. "Ini tadi ada titipan buat Mami sama Papi," jawabnya sembari menyerahkan kertas yang ternyata sebuah undangan."Undangan? Dari siapa?" tanya Dini sembari mengernyitkan dahinya. Wanita itu pun menerima kertas undangan tersebut.Belum sempat dia membaca siapa gerangan yang mengirim undangan, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan segera Dini menerima panggilan terlebih dahulu sembari kedua matanya membaca tulisan na
Pagi itu Alex akan membawa sang istri menuju ke tempat kerjanya. Dini pun dengan semangat empat limanya sudah berdandan rapi. Alex kini melihat tampilan cantik istrinya."Kenapa? Apa ada yang aneh?" tanya gadis itu sembari menatap kedua mata abu suaminya.Alex melipat kedua tangannya di depan dada. Pria itu kemudian mengusap bibir Dini dengan lembut."Nggak usah pakai gincu!" ujarnya.Kini lipstik yang tadinya menempel rapi pada bibir Dini menjadi belepotan ke mana-mana. Gadis itu pun memundurkan tubuhnya."Ih. Kenapa nggak boleh? Nanti jadi pucet dong," protesnya.Alex kembali mendekat ke arah istrinya. Pria itu menghapus lipstik sang istri lagi dengan ibu jarinya. Kedua alis tebalnya pun saling bertautan."Nggak usah kubilang! Kamu itu udah cantik. Nggak perlu pakai gincu-gincu beginian kalau ke luar rumah!" tegasnya ikut kesal.Dini kini diam saat suaminya menghapus lipstik merah pada bibirnya dengan usapan lembut. Sebuah senyuman muncul di wajahny
Siang hari di hari berikutnya Alex dan Dini sudah kembali ke rumah. Mereka langsung disambut oleh keluarga mereka terutama Xena. Gadis itu langsung berlari setelah mendengar suara taksi yang berhenti tepat di depan rumahnya. Dengan segera Xena menghampiri sang ibu saat Dini baru saja turun dari mobil."Mamiiiii!" seru gadis kecil itu sembari berlari-lari kecil. Xena memeluk Dini dan dibalas olehnya. "Ya ampun. Saking kangennya kamu sama Mami?" tanya Dini kemudian."Iya. Xena kangen banget sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari mengerucutkan bibirnya."Kangen banget, ya? Mami juga kangen sama kamu, Sayang." Dini membalas dengan tersenyum. Gadis yang kini resmi menjadi wanita sang duda tampan pun berjongkok agar sejajar dengan putri kecilnya."Iya. Xena kangen banget.""Nggak kangen sama Papi?" tanya sang ibu kemudian."Ya kangen. Tapi lebih kangen sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari ter menampakkan gigi-giginya.Keluarga kecil itu kembali ke
"Mas Alex keren, deh," puji Dini saat dia berjalan dengan salah satu tangannya digenggam erat oleh sang suami."Kamu seharusnya langsung mendatangiku! Gimana kalau mereka sampai berbuat yang tidak-tidak, coba?" hardik pria itu tanpa menoleh.Dini merasa bersalah. Namun, gadis itu tetap saja tak bisa berhenti memikirkan betapa keren sang suami."Iya, Mas. Maaf.""Duh. Anak jaman sekarang kok ya ada yang model begitu! Kasihan kalau sampai ada cewek yang diganggu lagi," sambung pria itu.Dini merasa takjub dengan sang suami. Mungkin karen memiliki seorang anak perempuan yang masih kecil makanya Alex tak terima jika ada yang mengganggu perempuan. Apa lagi perempuan-perempuan yang hidup bersamanya. Alex terus melangkah sembari membawa istrinya berjalan kembali menuju hotel. Keduanya diam selama dalam perjalanan pulang dan kini sudah sampai di dalam kamar mereka yang mewah."Sekarang kamu mandi! Bajumu kotor itu," ucap Alex sembari menunjuk ke arah rok sang is
Mentari sudah menyapa langit pulau Dewata. Alex dan Dini segera bersiap untuk jalan-jalan mengelilingi tempat wisata yang telah pria itu janjikan. Keduanya menikmati saat-saat bersama.Seperti janji Alex, pria itu akan mengajak sang istri untuk bermain air di tepi pantai. Dini kini mengenakan dress putih bermotif bunga dengan kedua lengannya yang pendek hampir memperlihatkan kedua ketiaknya. Alex sendiri tak mau kalah. Pria itu mengenakan kaos yang dipadankan dengan kemeja berwarna putih tanpa dibenarkan semua kancingnya.Kini pasangan berbeda usia itu menikmati berjalan di pantai yang sudah ramai. Alex terus menggandeng istrinya saat berjalan. Mereka membiarkan kedua kaki mereka basah terkena gulungan ombak yang tenang."Hahaha. Mas Alex, lihatlah di sana ada kerang!" seru Dini dengan antusias.Gadis itu pun berjalan mendekat untuk mengambil kerang yang dimaksud. Benar saja, dia menemukan sebuah kerang yang indah dengan corak kecokelatan."Lihatlah, Mas! Cantik