"Iya. Saya minta tolong, ya?" Alex meminta pada sang tetangga.
Dini mengangguk. "Iya, Pak. Saya akan jagain Xena dan rumah."
"Papi ... Nenek masih sakit?" tanya gadis kecil itu dengan wajah sedih.
"Iya. Tapi InsyaAllah akan segera membaik. Jadi kamu jangan sedih, ya!" tutur Alex sembari mengusap lembut kepala anaknya.
"Iya, Pi."
"Bagus. Anak pinter. Kamu di sini sama Mbak Dini, Papi mau nganter Nenek ke rumah sakit. Jangan nakal, ya?" ucap pria itu lagi pada sang anak. Xena mengangguk sebagai jawaban.
"Sip. Dini. Tolong, ya," ucapnya pada sang tetangga.
"Iya, Pak."
Kini Alex membawa sang ibu memasuki mobilnya. Dini pun ikut membantu.
"Bu Nining cepat sbuh, ya?" ucapnya tulus sembari mengusap tangan Nining.
"Makasih, Dini ...." balas wanita paruh baya itu dengan suara sedikit bergetar.
"Pak. Apa saya boleh ikut nganter sama Xena?" tanya Dini kemudian pada sang dosen.
"Nggak perlu, Din. Kamu tolong jag
Sekitar pukul sembilan malam, Dini berpamitan pulang. Gadis itu sebenarnya ingin ikut menjaga Nining. Akan tetapi Alex melarangnya."Alex. Kamu antar Dini pulang, ya? Ini kan udah malam. Apa lagi Dini anak perempuan," ucap Nining pada putranya.Alex menatap sang ibu. Dia sangat malas jika harus mengantar cewek ganjen itu pulang. Akan tetapi benar juga kata sang ibu. Apa lagi Dini membantu menjaga Xena dan membawakan makan malam untuknya."Nggak papa, kok, Bu Nining. Saya berani pulang sendiri," timpal gadis itu. Sebenarnya dia ingin ikut menjaga Nining. Akan tetapi tadi Alex sempat melarangnya. Pria itu berdalih agar Dini menemani Xena di rumah."Tapi, Nduk. Ini udah malem." Nining kembali membujuk."Nggak papa, Bu. Lagian jalanan masih ramai kok jam segini," balas Dini sembari memberikan sebuah senyuman untuk menenangkan wanita itu."Lex. Anterin Dini!" titah Nining beralih menatap wajah putranya yang sebenarnya sudah sangat lelah.
Gadis itu menghentikan motor matic-nya di halaman rumah. Segera saja dia mendorongnya perlahan memasuki rumah setelah mendapatkan sambutan dari sang ayah."Gimana keadaan Bu Nining?" tanya Budi pada putrinya saat Dini menutup pintu kembali.Dini membalas tatapan sang ayah. Gadis itu pun melepaskan helmnya. "Alhamdulillah udah baikan, Pak. Oh iya. Xena mana? Udah tidur?" tanya gadis itu sembari mencari-cari keberadaan anak kecil yang tadi menemaninya."Xena baru aja tidur di depan tivi. Tadi dia ngeyel pengen nungguin kamu pulang," jawab sang ayah.Dini mengangguk. Gadis itu lalu berjalan menuju ruang televisi. Dia melihat wajah damai gadis kecil yang baru saja menjadi temannya itu. Xena sungguh imut dengan pipi tembamnya.Gadis itu tersenyum lembut. Dia memandang penuh kasih anak kecil yang tengah tertidur sembari meletakkan kepalanya pada pinggir sofa dan berbantalkan kedua tangannya. Anak sekecil itu sudah ditinggal ibunya untuk selama-l
"Mau. Xena mau kok Mbak Dini jadi Mami Xena. Kalau gitu kapan Mbak Dini nikah sama Papi?" tanya gadis kecil itu dengan tatapan polosnya.Dini bersorak dalam hati. Akhirnya dia berhasil mendapatkan hati Xena. Dengan begini Alex akan mau mempertimbangkan permintaannya."Emmm. Kapan, ya?" Dini menaikan kedua alisnya."Besok aja deh. Kita tunggu saja Papi kamu. Sekarang kamu tidur. Besok kita jenguk Nenek sama bawain makanan dan pakaian Papi," anjur Dini."Ya udah deh. Iya. Makasih ya, Mbak. Eh. Mami," ucap Xena sembari memeluk Dini.Dini membalas pelukan Xena dengan hangat dan penuh kasih sayang. "Iya, Sayang. Bobo yang nyenyak ya malam ini. Mami temenin," balas Dini yang dengan luwes memerankan perannya."Iya, Mami."Gadis itu senang karena mendapatkan panggilan baru dari Xena. Bagaimana jika sang dosen tahu anak kesayangannya memanggilnya dengan sebutan Mami? Tak sabar Dini melihat ekspresi sang duda ganteng yang meresahkan hatinya.
"Xena ... Kenapa kamu bilang begitu?" tanya Dini yang berpura-pura tidak tahu.Gadis kecil itu tersenyum lebar. "Kan Mami Dini beljanji mau jadi maminya Xena," balasnya.Kedua alis Alex saling bertaut. Pria itu curiga dengan kedua perempuan di hadapannya. Sedangkan Nining hanya diam menyimak sembari bergantian menatap wajah Alex dan Dini. Wanita itu seolah melihat sebuah keluarga kecil yang bahagia."Kamu mengajari apa pada Xena?" tuduh pria dewasa itu sembari memberikan tatapan tajamnya pada Dini.Gadis cantik itu menoleh. Wajahnya tidak bisa menyembunyikan perasaannya saat ini. Dini sedang mencoba menahan senyumannya. "A-apa sih, Pak? Saya nggak mengajari apa-apa, kok. Iya, kan?"Dini beralih menatap gadis kecil itu sembari mengedipkan salah satu matanya. Gadis kecil itu pun kembali turun dan mendekati sang ayah."Iya, Pi." Xena memeluk ayahnya. "Mbak Dini. Eh maksudnya Mami Dini olangnya baik, Pi. Xena juga senang saat belmain sama Mami D
"Ngarep! Dasar ganjen!" ketus Alex.Dini terkekeh dengan tingkah sang dosen tampan. Gadis itu pun berjalan keluar dari ruangan sang dosen."Dasar ...." desah Alex sembari bernapas lega. Pria itu pun memijit pelipisnya. Hingga beberapa saat kemudian terdengar kembali suara ketukan pintu dari luar."Masuk!"Dini yang sudah keluar dari ruangan dan mendapatkan nilai ujian tidak langsung pulang. Gadis itu bertemu dengan sahabatnya, Sinta. Mereka akan menghabiskan waktu dengan mengobrol di gazebo dekat fakultas sembari menikmati camilan yang dibeli."Kenapa nggak langsung pulang, sih?" sungut Sinta. Gadis itu sudah merasakan keanehan dengan pertemuan mereka."Ih. Bentar. Temenin aku kenapa, sih? Nih, ya. Setahu aku hari ini Pak Alex bakal pulang lebih awal," ucap Dini dengan yakinnya."Dih. Sok tahu. Pak Alex sama dosen yang lain habis ini mau rapat. Jadi kemungkinan sore baru pulang," balas Sinta."Ih. Kok gitu? Orang aku lihat di h
Alex memutar kedua bola matanya. "Terserah kamu," ucapnya."Ya udah. Kalau terserah saya, Bapak segera bonceng sini deh! Keburu sore nanti," ucap Dini kembali menawarkan tempat kosong di jok belakang.Sang dosen menghela napas berat. Dia benar-benar lupa jika mahasiswi uniknya itu selalu saja bisa menjawab dan mengelak."Oke. Tapi kamu turun dulu!" balasnya."Kok malah turun?" tanya Dini keheranan."Turun, cepet!" Alex mulai tak sabar."Iya, deh. Apa sih yang enggak buat Bapak," balas Dini sembari terkekeh. Gadis itu pun segera turun dari motornya. Alex kemudian duduk di depan. Kini Dini tahu dengan maksud sang dosen."Oh. Jadi begini maunya Bapak. Oke deh. Memang Pak Alex sebenarnya suka kan sama saya? Makanya Bapak mau duduk di depan," celetuk gadis itu dengan senyuman yang masih melebar.Kedua alis Alex saling bertaut. "Udahlah! Jangan banyak omong! Mau pulang nggak?" sungutnya."Iya, Pak." Dini menjawab sembari naik
Mendengar penuturan lembut namun menyakitkan dari sang pria idaman tak membuat Dini berniat melepaskan pelukannya. Justru pelukan itu semakin erat. Alex hanya bisa pasrah. Pria itu terus berdoa agar tak ada mahasiswa atau pun dosen lain yang melihat mereka. Bisa jadi masalah nanti.Setelah memasuki jalan desa, Alex dan Dini sudah sampai di depan rumah. Pria itu segera menghentikan motor Dini tepat di depan rumah gadis itu.Dini terdiam. Dia memilih turun dari motor dan melepaskan pelukannya. Alex yang merasa bersalah atas ucapannya pun menatap wajah Dini yang sayangnya malah menunduk sehingga wajahnya tertutup oleh poninya."Nih. Makasih, ya," ujar Alex yang kemudian menyerahkan kunci motor sang tetangga."Sama-sama," jawab Dini dengan suara lirih.Alex semakin tak enak hati. "Hey. Kamu marah?" tanya pria itu akhirnya. Dini hanya menggeleng pelan sebagai jawaban.Dahi Alex mengernyit. "Terus kenapa?" tanya pria itu lagi.Dini pun diam
Alex merasa bersalah. Dia memang selalu sibuk dan kadang tak memberikan perhatian pada putri kecilnya. Mungkin memang sudah saatnya dia mencari ibu pengganti yang bisa menjaga Xena."Emmm. Kalau ... Kalau Mami barunya bukan Mbak Dini gimana?" tanya pria itu.Xena pun berbalik. Kembali menghadap sang ayah. "Memangnya siapa? Xena nggak mau yang lain. Yang lain pasti juga sama-sama sibuk," balasnya tak setuju.Alex menghela napas. Memang benar pria itu belum menemukan kandidat sebagai ibu pengganti yang cocok. Namun, kenapa juga harus dengan Dini yang merupakan salah satu mahasiswinya?"Tapi kenapa harus sama Mbak Dini sih, Sayang?" tanya Alex yang sudah kehabisan ide untuk membantah."Soalnya cuma Mami Dini yang baiknya tulus. Nggak pula-pula baik di depan Papi tapi di belakang suka ngancem Xena," jawab gadis kecil itu.Alex terkejut. "Memang siapa yang berani mengancam putri kesayangan Papi?""Ada. Itu. Tante yang pakai kacamata, Pi. Y
Setelah beberapa hari, Dini kembali bermanja pada suaminya. Kasihan juga Alex setiap malam harus tidur di sofa karena sang istri yang tiba-tiba jengah melihatnya.Pria itu kini berbaring di samping Dini di atas kasurnya yang empuk. Lalu dia memiringkan badannya agar bisa menatap sang istri yang tengah tidur telentang menatap langit-langit kamar."Sayang," panggil Alex."Hm?" Dini menoleh sembari tersenyum lembut.Alex kemudian mengangkat tangannya dan mengelus lembut perut rata sang istri. "Kamu sudah nggak males lagi denganku, kan?" tanya pria itu.Dini tersenyum memperlihatkan gigi-giginya. "Hehe. Enggak, kok.""Syukur deh. Kemarin juga kenapa sih bawaan bayi malah nggak mau lihat aku?" protes Alex yang masih mengusap lembut perut istrinya.Dini terkekeh mendengar penuturan sang suami. "Maaf, ya, Mas. Aku kemarin-kemarin nggak tahu bawaannya pengen marah gitu kalau lihat Mas Alex," ucapnya.Sang suami menghela napas. "Hahhh. Bisa-bisanya benci suami sendiri. Tapi nggak papa. Aku pah
Dokter segera melakukan beberapa pemeriksaan untuk pasiennya. Seorang dokter wanita pun kembali duduk di hadapan Alex dan Dini. Wanita itu tersenyum sembari menatap bergantian dua orang di hadapannya."Gimana istri saya, Dok?" tanya Alex."Selamat, ya, Pak. Bu Dini tengah mengandung dan usia kandungannya sudah menginjak empat minggu," jawab sang dokter masih dengan senyumannya."Alhamdulillah ... Dini. Akhirnya kamu hamil," ujar Alex dengan raut kebahagiaan yang tak dapat dia sembunyikan."Iya, Mas. Makasih, Bu Dokter," ucap Dini ikut bahagia."Sama-sama. Saya hanya membantu meriksa saja, kok."Alex pun memeluk sang istri. Pria itu kemudian mengecup lembut kening Dini dengan penuh kasih sayang.Setelah mendapatkan obat dan vitamin, Dini bersama suaminya yang menuntun dirinya keluar dari ruang periksa. Kini gadis cantik itu sudah menjelma menjadi seorang wanita yang sebentar lagi akan menjadi ibu."Gimana pemeriksaannya, Nduk?" tanya Minarti sembari me
Dini baru saja membuka kedua matanya. Gadis itu pun merasakan hawa hangat yang mengitari seluruh tubuhnya. Ketika kesadarannya sudah penuh, sebuah senyuman terpasang di wajah bangun tidurnya.Kini setiap kali dia membuka mata, sosok tampan berwajah blasteran Amerika yang menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Dini tak pernah melewatkan untuk menatapi betapa tampannya suaminya itu. Jemarinya pun bergerak mengelus lembut rahang tegas Alex yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus."Belum puas menatapku?" tanya pria itu masih dengan kedua mata terpejam.Dini terkekeh. "Ih. Mas udah bangun ternyata."Alex pun membuka kedua matanya. Pria itu tersenyum. Lalu dia mengeratkan kembali dekapannya pada tubuh ramping sang istri."Hahhh. Setiap bangun lihat kamu rasanya adem," gumam pria itu."Hihi. Mas Alex mulai deh suka gombal," balas Dini sembari mencubit pelan dagu suaminya."Ya sudah. Ayo kita mandi!" ajak pria itu yang kini mulai mengendurkan pelukannya."I
Hari membahagiakan bagi Sinta dan Ridho pun tiba. Kini keduanya sudah sah menjadi suami istri. Alex, Dini, dan Xena pun hadir pada acara pernikahan mereka berdua."Selamat, ya, Sinta, Ridho. Aku benar-benar ikut bahagia atas pernikahan kalian," ucap Dini sembari memeluk dua sahabatnya.Tindakan Dini membuat Alex membelalakkan kedua matanya. Pasalnya pria itu tahu bahwa Ridho merupakan mantan pacar istrinya. Pria yang pernah menemani Dini saat Alex masih mengabaikan perasaannya."Makasih, Din. Makasih juga saran dan doanya," balas Sinta sembari membalas pelukan sahabatnya itu.Ridho pun ikut membalas pelukan Dini. Namun, pria itu sadar tengah ditatap tajam oleh suami sahabatnya. Segera saja Ridho menjauhkan diri dan membiarkan Dini berpelukan dengan Sinta. Meski sudah tak ada perasaan apa-apa terhadap Dini, Ridho tetap menghargai Alex sebagai suami sah sahabatnya."Pak Alex," sapa Ridho sembari menyalami pria tampan dan gagah yang kini sudah berdiri tepat di hadap
Dua minggu telah berlalu bagi kedua pengantin baru itu. Dini sudah mulai ikut mengelola butik milik suaminya. Keduanya kini seolah tak dapat dipisahkan. Ke mana pun Alex berada, di situ bisa dipastikan ada Dini juga. Begitu pula sebaliknya.Hingga sore tiba, keduanya sudah kembali beristirahat di rumah. Saat itu juga, anak perempuan mereka berjalan mendekati kedua orang tuanya sembari membawa sebuah kertas berwarna merah muda yang dibungkus dengan plastik."Mami," panggil Xena pada sang ibu."Ya, Sayang. Ada apa?"Xena duduk di samping sang ibu. "Ini tadi ada titipan buat Mami sama Papi," jawabnya sembari menyerahkan kertas yang ternyata sebuah undangan."Undangan? Dari siapa?" tanya Dini sembari mengernyitkan dahinya. Wanita itu pun menerima kertas undangan tersebut.Belum sempat dia membaca siapa gerangan yang mengirim undangan, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan segera Dini menerima panggilan terlebih dahulu sembari kedua matanya membaca tulisan na
Pagi itu Alex akan membawa sang istri menuju ke tempat kerjanya. Dini pun dengan semangat empat limanya sudah berdandan rapi. Alex kini melihat tampilan cantik istrinya."Kenapa? Apa ada yang aneh?" tanya gadis itu sembari menatap kedua mata abu suaminya.Alex melipat kedua tangannya di depan dada. Pria itu kemudian mengusap bibir Dini dengan lembut."Nggak usah pakai gincu!" ujarnya.Kini lipstik yang tadinya menempel rapi pada bibir Dini menjadi belepotan ke mana-mana. Gadis itu pun memundurkan tubuhnya."Ih. Kenapa nggak boleh? Nanti jadi pucet dong," protesnya.Alex kembali mendekat ke arah istrinya. Pria itu menghapus lipstik sang istri lagi dengan ibu jarinya. Kedua alis tebalnya pun saling bertautan."Nggak usah kubilang! Kamu itu udah cantik. Nggak perlu pakai gincu-gincu beginian kalau ke luar rumah!" tegasnya ikut kesal.Dini kini diam saat suaminya menghapus lipstik merah pada bibirnya dengan usapan lembut. Sebuah senyuman muncul di wajahny
Siang hari di hari berikutnya Alex dan Dini sudah kembali ke rumah. Mereka langsung disambut oleh keluarga mereka terutama Xena. Gadis itu langsung berlari setelah mendengar suara taksi yang berhenti tepat di depan rumahnya. Dengan segera Xena menghampiri sang ibu saat Dini baru saja turun dari mobil."Mamiiiii!" seru gadis kecil itu sembari berlari-lari kecil. Xena memeluk Dini dan dibalas olehnya. "Ya ampun. Saking kangennya kamu sama Mami?" tanya Dini kemudian."Iya. Xena kangen banget sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari mengerucutkan bibirnya."Kangen banget, ya? Mami juga kangen sama kamu, Sayang." Dini membalas dengan tersenyum. Gadis yang kini resmi menjadi wanita sang duda tampan pun berjongkok agar sejajar dengan putri kecilnya."Iya. Xena kangen banget.""Nggak kangen sama Papi?" tanya sang ibu kemudian."Ya kangen. Tapi lebih kangen sama Mami," jawab gadis kecil itu sembari ter menampakkan gigi-giginya.Keluarga kecil itu kembali ke
"Mas Alex keren, deh," puji Dini saat dia berjalan dengan salah satu tangannya digenggam erat oleh sang suami."Kamu seharusnya langsung mendatangiku! Gimana kalau mereka sampai berbuat yang tidak-tidak, coba?" hardik pria itu tanpa menoleh.Dini merasa bersalah. Namun, gadis itu tetap saja tak bisa berhenti memikirkan betapa keren sang suami."Iya, Mas. Maaf.""Duh. Anak jaman sekarang kok ya ada yang model begitu! Kasihan kalau sampai ada cewek yang diganggu lagi," sambung pria itu.Dini merasa takjub dengan sang suami. Mungkin karen memiliki seorang anak perempuan yang masih kecil makanya Alex tak terima jika ada yang mengganggu perempuan. Apa lagi perempuan-perempuan yang hidup bersamanya. Alex terus melangkah sembari membawa istrinya berjalan kembali menuju hotel. Keduanya diam selama dalam perjalanan pulang dan kini sudah sampai di dalam kamar mereka yang mewah."Sekarang kamu mandi! Bajumu kotor itu," ucap Alex sembari menunjuk ke arah rok sang is
Mentari sudah menyapa langit pulau Dewata. Alex dan Dini segera bersiap untuk jalan-jalan mengelilingi tempat wisata yang telah pria itu janjikan. Keduanya menikmati saat-saat bersama.Seperti janji Alex, pria itu akan mengajak sang istri untuk bermain air di tepi pantai. Dini kini mengenakan dress putih bermotif bunga dengan kedua lengannya yang pendek hampir memperlihatkan kedua ketiaknya. Alex sendiri tak mau kalah. Pria itu mengenakan kaos yang dipadankan dengan kemeja berwarna putih tanpa dibenarkan semua kancingnya.Kini pasangan berbeda usia itu menikmati berjalan di pantai yang sudah ramai. Alex terus menggandeng istrinya saat berjalan. Mereka membiarkan kedua kaki mereka basah terkena gulungan ombak yang tenang."Hahaha. Mas Alex, lihatlah di sana ada kerang!" seru Dini dengan antusias.Gadis itu pun berjalan mendekat untuk mengambil kerang yang dimaksud. Benar saja, dia menemukan sebuah kerang yang indah dengan corak kecokelatan."Lihatlah, Mas! Cantik