Semua Bab Istri Badas VS Pelakor Keji: Bab 41 - Bab 50

124 Bab

41

Aku bisa merasakan kecurigaan Aiden semakin nyata dari tatapan tajamnya yang tak berhenti mengarah kepadaku. Suasana di kamar kami menjadi tegang. Perubahan nada suaranya begitu jelas, dan sekarang, matanya menatapku seolah aku telah melakukan sesuatu yang salah. Dia berdiri di sana, menunggu penjelasanku, sementara aku sendiri merasa terpojok dengan tuduhannya.“Apa yang kamu lakukan di sana? Kenapa kamu bisa muncul begitu saja di pertemuan keluarga?” ulang Aiden dengan nada yang lebih tajam, tatapannya penuh kecurigaan.Aku menahan napas sejenak, berusaha menenangkan diri. Tatapan suamiku sangat mengintimidasi. Jantungku berdebar, tetapi aku tahu bahwa aku harus tetap tenang dalam menghadapi pertanyaannya. “Aiden,” kataku dengan suara yang sengaja kubuat lembut, “Mama yang mengundangku ke pertemuan itu. Aku tidak tahu kalau kedatanganku akan membuatmu merasa begini.”Dia mendengkus pelan, matanya masih menatapku tajam. “Tapi kenapa Mama tiba-tiba memintamu datang? Mama jarang bertind
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-09
Baca selengkapnya

42

“Tugas apa?” tanyaku pelan, takut ada orang lain tahu aku ngomong sendiri. Sosok bertubuh besar, bertaring seperti vampir, dengan gada di pundaknya semakin menundukkan kepala. “Kanjeng Ratu belum memberikan mandat tugas Randen. Beliau hanya ingin menyampaikan agar Anda bersiap.”Ku hela napasku kasar. Banyak teka-teki menghampiriku, lama-lama kepalaku seakan meledak. “Oke.”Sosok itu langsung pergi setelah menyampaikan pesan dari Kanjeng Ratu. Aku sendiri belum pernah ketemu dengan Kanjeng Ratu, tapi dia selalu mengirim berbagai kabar yang sebenarnya tidak aku ketahui. Ketika beranjak dewasa, satu persatu kelebihan leluhurku muncul padaku, jadi terpaksa aku melakukan apapun yang menjadi kewajibanku karena dibekali kekuatan lebih dari manusia biasa. Makan malam pun tiba, Aiden sudah duduk di tempatnya seperti biasa, begitu pula aku. Bik Asih dan beberapa pelayan menyajikan masakan cheff sedemikian rupa agar terlihat apik. “Dea. Besok lusa teman-temanku akan berkunjung ke sini,” uja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya

43

Tubuhku gemetar hebat. Panas yang membakar ini tak tertahankan, seakan api mengalir di setiap inci pembuluh darahku. Aiden masih memegangi wajahku, mencoba menenangkanku, tapi itu tidak cukup. Tubuhku terasa seperti sedang dihantam dari segala arah, dan aku tak tahu kenapa ini terjadi."Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Dea?" Aiden bertanya lagi, kali ini suaranya penuh kekhawatiran yang tak pernah kulihat sebelumnya. Matanya yang biasanya tenang kini dipenuhi kecemasan."Aku tidak tahu... Aku tidak tahu..." jawabku dengan napas terengah-engah, keringat masih mengalir deras. Tanganku memegangi leher, berusaha meredam rasa sakit yang semakin intens.“Aku akan membawamu ke rumah sakit,” ujar Aiden tak terlalu jelas karena ada suara bergetar di telingaku membuat kepalaku semakin pusing. Rasanya dunia di sekitarku mulai berputar. “Kanjeng Ratu... Kanjeng Ratu...” Sebuah bisikan lembut muncul di kepala, mengingatkan padaku akan pesan sebelumnya dari sosok besar itu.“Kanjeng Ratu?” gumam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya

44

Aku yang hendak pulang dikerumuni beberapa awak medis. Rasanya risi apalagi mereka berkali-kali memuji diriku yang katanya kuat karena bisa sembuh dalam waktu yang singkat. Aiden berpamitan dengan dokter langganannya, ia pun berpesan untuk tak membocorkan insiden keracunanku pada orangtuanya.Sesampainya di rumah, Bik Asih bersama beberapa pelayan sudah stand by di ruang tamu menyambut kedatangan kami. Aiden menuntunku penuh perhatian. Sikapnya sangat berbeda 180 derajat dari biasanya.“Lepaskan. Aku bisa berjalan sendiri,” ujarku sembari lepaskan genggamannya dari lenganku.“Oke. Hati-hati, kalau ada sesuatu langsung panggil aku.” Suamiku pasrah dan membiarkan aku kembali ke kamar sendirian. Dari pantulan kaca dari lift, kulihat dia menghampiri para pelayan yang berbaris rapi di ruang tengah. Bahkan satpam rumah yang baru saja mengamankan area depan, segera bergabung.Aiden berdiri di hadapan mereka, raut wajahnya penuh amarah yang ditahan. Dia menatap satu per satu pelayan dan satpa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya

45

Aku terperanjat mendengar teriakan suamiku. Pundaknya terlihat naik turun, tangannya mengepal hingga urat nadinya muncul. Tanpa pikir panjang aku mendekat ke arahnya. "Ada apa?" tanyaku pelan. Aku tak ingin memperkeruh keadaan. Apalagi Aiden sedang dirundung emosi.Lelaki itu mencengkeram tanganku. "Ayo keluar," ucapnya berusaha tenang. Namun, ketika dengan Bik Asih, aura kegelapan seakan pekat di setiap katanya. "Kamu juga, kunci kamar ini. Panggilkan ahli kelistrikan sekarang juga.""Baik, Tuan." Bik Asih langsung menunduk mendengar perintah suamiku.Aku tak bisa banyak bicara karena Aiden berjalan cukup cepat membuat beberapa bagian tubuhku terasanya nyeri. "Akh!" keluhku tak bisa menahan diri lagi. Suamiku sontak berhenti dan memandangku penuh rasa bersalah. "Sorry. Tidak seharusnya aku menyeretmu seperti ini," ujarnya. Tangannya segera merengkuh pinggangku. Ia membopongku dengan langkah kaki tegap dan cepat."Istirahat di sini dulu ya, De. Jangan perintah siapapun, langsung h
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-19
Baca selengkapnya

46

"Dua bulan! Kamu harus mendapatkan warisan itu selama dua bulan ini! Aku tidak mau tau, kesabaranku sudah habis, Sayang. Kamu tau kan apa yang bisa aku lakukan pada wanita itu jika kesabaranku habis?""Iya, Sayang. Aku akan mengusahakannya."Terdengar suara sol sepatu menjauh dari ruang kerja suamiku. Aiden yang baru saja bernegoisasi dengan kekasihnya segera menghela napas cukup panjang. Setelah itu aku tak mendengar apapu, dan kembali terlelap.Tanpa sepengetahuanku, ternyata Aiden memandangku yang tertidur pulas di ranjang yang ia siapkan. Tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Hanya jari telunjuk mengode sekretaris dan salah satu direktur untuk diam saat memasuki ruang kerjanya. Lelaki itu berbicara dengan lirih pada bawahannya. Ia takut menganggu tidurku."Tolak semua orang yang mau menemuiku. Aku ingin istirahat," ujarnya pada Bella. Sekretarisnya hanya mengangguk dan langsung mengundurkan diri. Chef perusahaan yang sengaja Aiden sewa sudah menghidangkan makanan di atas meja.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-19
Baca selengkapnya

47

Hari semakin larut, suamiku masih sibuk dengan dokumen di atas meja. Kulirik Dalbo menunggu izinku untuk mendekat. Kuanggukkan kepala memberikan sinyal agar dia mendekat. Aku bisa merasakan jika dia memiliki banyak informasi setelah mengelilingi kantor suamiku."Saya melihat banyak hal terjadi di tempat ini, Raden. Perempuan yang mampir menemui suami Raden Ayu, juga menemui salah satu orang di sini, dan orang itu diajak keluar, seperti akan rapat sesuatu secara rahasia. Seseorang memberikan dokumen rahasia pada salah satu direktur. Terlihat beberapa orang berkumpul dan membicarakan cabang perusahaan yang mengalami profit 3 kali lipat, tetapi sengaja dilaporkan hanya 2 kali lipat agar mereka mendapatkan keuntungan. Terakhir, ada seseorang memasang alat penyadap di mobil Raden Ayu."Kuanggukkan kepala mendengar laporannya. Aku tergelitik mendengar Dalbo mengucapkan profit. Makhluk halus ini sangat pintar! Kuberanjak dari ranjang dan mendekat ke arah suamiku. Kubisikkan pertanyaan denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-19
Baca selengkapnya

48

"Pelakunya adalah Wendy. Perkataan Asih hampir benar, ada seseorang yang menyelinap ke kamar Raden. Sayangnya, itu bukanlah pria, melainkan pelayan wanita di rumah ini. Dia memiliki postur seperti laki-laki, jadi penyamarannya tidak disadari orang lain." Suara Titik menggelegar di telingaku. Aiden yang ada di kamar menyadari perubahan ekspresiku. "Ada apa?" ia mendekat seraya mengguncang lembut pundakku."Sebentar," cegahku pada Aiden. Kini ku toleh Titik yang ada beralih posisi ke pojok ruangan. Suamiku mengikuti arah pandangku. Titik kembali bicara, "Beberapa pelayan di rumah ini ternyata sudah direkrut Wendy sebelum kedatangan Anda, Raden.""Apa di sini ada pelayan yang direkrut Wendy?" tanyaku pada Aiden. Alis pria itu mengerut. "Apa maksudmu?""Apa pertanyaanku kurang jelas?" Kutatap netra Aiden dengan tegas. Aku tak berniat mengintimidasinya, tetapi emosiku sedang membuncah. Kami saling berpandangan, dan Aiden tampak kebingungan."Aku tak pernah mengurusi para pekerja di rumah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-19
Baca selengkapnya

49

Aku bersama suamiku berjalan beriringan sambil gandengan tangan memasuki rumah mertua. Oma dan kedua mertuaku memandang kami dengan hangat, berbeda dengan Ghiselle. Wanita itu tampak kesal melihat chemistryku dengan Aiden. Andre, kakak iparku yang melirik sejenak seakan cuek dengan kehadiran kami.“Dea, Aiden!” panggil Oma dengan hangat. “Ayo duduk, aku senang melihat kalian datang bersama.”“Iya, Oma,” jawabku sambil tersenyum. Gito mengangguk sambil tersenyum. “Bagus sekali. Kalian tampak bahagia bersama. Itu yang penting.”Namun, terlihat Ghiselle mendengus pelan. Dia menatapku seakan tak tahan melihat kebersamaanku dengan Aiden. Matanya menatapku penuh ketidaksukaan, tetapi dia diam, mungkin karena takut ada Oma dan kedua mertuaku di sana.“Kalian benar-benar terlihat akrab sekarang,” gumam Ghiselle, suaranya datar tapi penuh sindiran. “Aku hampir tidak mengenali Aiden yang biasanya dingin.”Aku memilih tidak bereaksi terlalu berlebihan. "Tentu saja, Ghiselle. Kami suami istri, w
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-19
Baca selengkapnya

50

Oma segera menjawab pertanyaan Aiden, "Ada. Kita bahas setelah para sesepuh lain datang. Bersabarlah, Cucuku Aiden. Sebentar lagi mereka akan sampai."Aiden dan Andre saling bertatapan. Kakak suamiku tampak kebingungan dengan sesuatu yang dipertanyakan adiknya. Ghiselle yang perhatiannya dialihkan oleh mertuaku, dibuat kalap dan langsung mengundurkan diri. "Maaf, Oma, Pa, dan Suamiku," ujarnya tiba-tiba. "Saya harus kembali ke butik karena ada launching produk baru."Rita mengulas senyum sangat puas melihat menantunya keteteran. "Iya, Sayang. Aku sudah menyerahkan butik dari lama, kan? Tolong jaga baik-baik, ya?""Pasti, Ma. Hampir saja Ghiselle lupa." Wanita itu melihat ponselnya, kemudian menunjukkannya pada kami. "Ghiselle benar-benar minta maaf karena tidak bisa di sini lebih lama lagi. Sayang, kamu bisa melihat kan? Asistenku spam telepon begini?" Kakak iparku tampak berat melepaskan kepergian istrinya. Ghiselle bahkan sampai mendekat dan berbisik, "Sayang, ini satu-satunya jala
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status