Share

48

Author: Dentik
last update Last Updated: 2024-10-19 13:40:21

"Pelakunya adalah Wendy. Perkataan Asih hampir benar, ada seseorang yang menyelinap ke kamar Raden. Sayangnya, itu bukanlah pria, melainkan pelayan wanita di rumah ini. Dia memiliki postur seperti laki-laki, jadi penyamarannya tidak disadari orang lain." Suara Titik menggelegar di telingaku. Aiden yang ada di kamar menyadari perubahan ekspresiku. "Ada apa?" ia mendekat seraya mengguncang lembut pundakku.

"Sebentar," cegahku pada Aiden. Kini ku toleh Titik yang ada beralih posisi ke pojok ruangan. Suamiku mengikuti arah pandangku.

Titik kembali bicara, "Beberapa pelayan di rumah ini ternyata sudah direkrut Wendy sebelum kedatangan Anda, Raden."

"Apa di sini ada pelayan yang direkrut Wendy?" tanyaku pada Aiden. Alis pria itu mengerut. "Apa maksudmu?"

"Apa pertanyaanku kurang jelas?" Kutatap netra Aiden dengan tegas. Aku tak berniat mengintimidasinya, tetapi emosiku sedang membuncah. Kami saling berpandangan, dan Aiden tampak kebingungan.

"Aku tak pernah mengurusi para pekerja di rumah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   49

    Aku bersama suamiku berjalan beriringan sambil gandengan tangan memasuki rumah mertua. Oma dan kedua mertuaku memandang kami dengan hangat, berbeda dengan Ghiselle. Wanita itu tampak kesal melihat chemistryku dengan Aiden. Andre, kakak iparku yang melirik sejenak seakan cuek dengan kehadiran kami.“Dea, Aiden!” panggil Oma dengan hangat. “Ayo duduk, aku senang melihat kalian datang bersama.”“Iya, Oma,” jawabku sambil tersenyum. Gito mengangguk sambil tersenyum. “Bagus sekali. Kalian tampak bahagia bersama. Itu yang penting.”Namun, terlihat Ghiselle mendengus pelan. Dia menatapku seakan tak tahan melihat kebersamaanku dengan Aiden. Matanya menatapku penuh ketidaksukaan, tetapi dia diam, mungkin karena takut ada Oma dan kedua mertuaku di sana.“Kalian benar-benar terlihat akrab sekarang,” gumam Ghiselle, suaranya datar tapi penuh sindiran. “Aku hampir tidak mengenali Aiden yang biasanya dingin.”Aku memilih tidak bereaksi terlalu berlebihan. "Tentu saja, Ghiselle. Kami suami istri, w

    Last Updated : 2024-10-19
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   50

    Oma segera menjawab pertanyaan Aiden, "Ada. Kita bahas setelah para sesepuh lain datang. Bersabarlah, Cucuku Aiden. Sebentar lagi mereka akan sampai."Aiden dan Andre saling bertatapan. Kakak suamiku tampak kebingungan dengan sesuatu yang dipertanyakan adiknya. Ghiselle yang perhatiannya dialihkan oleh mertuaku, dibuat kalap dan langsung mengundurkan diri. "Maaf, Oma, Pa, dan Suamiku," ujarnya tiba-tiba. "Saya harus kembali ke butik karena ada launching produk baru."Rita mengulas senyum sangat puas melihat menantunya keteteran. "Iya, Sayang. Aku sudah menyerahkan butik dari lama, kan? Tolong jaga baik-baik, ya?""Pasti, Ma. Hampir saja Ghiselle lupa." Wanita itu melihat ponselnya, kemudian menunjukkannya pada kami. "Ghiselle benar-benar minta maaf karena tidak bisa di sini lebih lama lagi. Sayang, kamu bisa melihat kan? Asistenku spam telepon begini?" Kakak iparku tampak berat melepaskan kepergian istrinya. Ghiselle bahkan sampai mendekat dan berbisik, "Sayang, ini satu-satunya jala

    Last Updated : 2024-10-19
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   51

    Aku tak mengerti arti tatapan mereka. Ditambah Aiden tampak penasaran menunggu pembagian warisan dari leluhurnya. Andre tampak acuh."Terima ini Nak Andre," ucap sesepuh sembari menyerahkan pusaka berwarna emas. "Pusaka ini untuk putra sulung di keluarga ini, sedangkan Si Bungsu mendapatkan pusaka silver."Hati Aiden berdebar hebat menerima pusaka tersebut. Aku pun dibuat terkejut karena menerima pusaka terakhir dan paling terkecil di antara yang lain. "Yang hitam, untukmu," ujar sesepuh kemudian berbisik, "Raden Ayu."Tiba-tiba aku kikuk mendengar panggilan tersebut. Kuterima benda itu dengan tenang. Rasanya sangat dingin dan membuatku tenang. Setelah Aiden berniat bercerai denganku, hatiku menjadi gundah. Namun, sekarang aku lebih tenang dan tidak masalah dengan keinginan suamiku itu.Tanpa sadar aku memiliki perasaan pada Aiden. Aku tak menyangka akan sesakit ini saat akan berpisah. Sayangnya ingatakanku tentang Kak Aeros dan tugas dari Kanjeng Ratu menguatkanku yang akan goyah ini

    Last Updated : 2024-10-20
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   52

    Suasana menjadi hening. Aku dan suamiku saling berpandangan bingung. Apa maksud omongan Oma? Aku tidak mengerti, kenapa aku menjadi pemilik sebagian warisan yang dimiliki suamiku?Tak berselang lama, Oma berdeham membuat kami menoleh ke arahnya. "Dengarkan Oma baik-baik, Aiden." Suamiku membenarkan posisi duduknya jadi tegak. Ia seakan tau jika ini adalah pembicaraan yang penting dan sakral."Tanah yang leluhur wariskan kepadamu, bukan berarti menjadi milikmu seutuhnya, Nak. Kamu hanya menjadi penanggung jawab. Sekalipun kamu berusaha untuk menggunakan tanah itu, kamu tidak akan berhasil. Kamu mungkin bisa memanfaatkannya untuk urusanmu, tapi tidak akan bertahan lama dan semua akan kembali seperti semula." Oma kemudian menatapku penuh ketulusan, aku bisa merasakan perasaan nyaman dari tatapannya. Wanita berwajah keriput lanjut berbicara, "Dea lah pemilik asli tanah itu. Sayangnya, ia tak ditakdirkan menjadi pemilik tanah itu."Alisku mengerut mendengar ucapan itu. "Maksudnya, Oma?" t

    Last Updated : 2024-10-24
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   53

    "Aku ingin dinner di hotel Farloveclub," ucapku mendadak ketika suamiku akan membelokkan mobil ke jalan utama rumah kami.Salah satu alis Aiden tertarik. "Dinner?""Iya. Aku mau dinner, sekarang juga," ucapku penuh ketegasan. Kutatap dirinya sangat tajam.Tak berselang lama, mobil pun berbalik arah ke hotel yang aku sebut. "Tunggu dulu, " ucap suamiku yang baru saja mematikan mesin. Ia lantas keluar, aku sangat bingung kenapa tiba-tiba dia menahanku begini. Ditambah ia membukakan pintu dan menggandengku masuk ke hotel.Sikapnya membuat jantungku berdegup kencang. Dia sangat gentleman. Namun, perasaan itu langsung sirna ketika dia mendapat sapaan dari salah satu orang yang baru keluar dari hotel."Selamat malam, Pak Aiden," sapa sosok pria yang kuperkirakan umur 40-an."Malam, Pak Hendro." Aiden menyalami Hendro dengan penuh sopan. Pria itu melirikku dengan aneh. Suamiku yang paham segera memberi jawaban, "Istri saya, Dea.""Ohh ini istri Anda. Maaf Bu Dea, saya sangat pangling. Waktu

    Last Updated : 2024-10-24
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   54

    Setelah keluar dari hotel Forloveclub, kami mengelilingi kota dalam renungan. Suamiku tak bertanya lebih jauh ketika aku bilang ingin mencari angin malam. Dia menuruti keinginanku, dan bersikap sangat manis."Kita istirahat di sini saja," tunjukku pada salah satu hotel minimalis. Ini berbeda 180 derajat dari hotel Farloveclub yang mengusung arsitek fancy.Aiden langsung memesan kamar hotel dan menggandengku ke sana. Perlakuannya tak henti membuat jantungku berdebar, rasanya aku sudah gila oleh pria menyebalkan ini."Di rumah sedang ada penyusup," ucapku ketika pintu kamar tertutup. Aiden hanya mengangguk, kemudian masuk ke kamar mandi membersihkan diri. Aku duduk termenung di pinggir ranjang menikmati view yang penuh gemerlap bintang dan lampu kota. "Kamu tidak mandi?" tanya suamiku yang berambut basah. Kurespon dengan anggukan kecil, kemudian masuk ke kamar mandi bekas suamiku. Harum manly khas Aiden meraba indera penciumanku. Tidak, tidak ini terlalu gila buatku! Seusai membersih

    Last Updated : 2024-10-25
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   55

    Keesokan paginya aku sarapan dengan suamiku dalam diam. Tak ada yang istimewa semalam. Kami sama-sama tertidur dengan saling mendekap satu sama lain. Sikapnya yang ambigu membuatku maju mundur, sulit meninggalkannya. Namun, ketika mentari muncul dari ufuk timur membuatku tersadar, tak ada harapan di antara kita berdua.“Lusa aku akan mebawa teman-temanku ke rumah,” ucapnya datar.“Oke.” Aku menjawabanya dengan singkat tak ingin berlama-lama menghabiskan berdua dengannya.“Hari ini tetap ikut aku ke kantor. Di rumah masih belum aman.”Huft... Baru saja aku bertekad untuk tak menghabiskan banyak waktu dengannya. Hati ini terasa berat jika terlalu lama bersamanya. Rasanya aku semakin tek rela pernikahan ini hancut bergitu saja.Mobil sport itu memecah jalanan yang ramai akan para pekerja. Suamiku membelokkan mobil ke salah satu butik dan memintaku untuk memilih salah satu pakaian ganti, begitu pula dia.“Pilihkan untukku juga. Aku mau menghubungi Bella buat reschadule beberapa pekerjaan,

    Last Updated : 2024-10-27
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   56

    "Jariku," keluhnya melirik jarinya yang terhimpit ganggang pintu. Aku meliriknya penasaran, mencari tau apakah terdapat luka yang serius karena insiden kecil ini."Berdarah?""Tidak," jawab suamiku cuek. Ia langsung duduk di kursi kebesarannya yang disambut tumpukan dokumen menggunung. Sedangkan aku duduk di sofa. Ranjang yang sebelumnya aku pakai masih di tempatnya.Tak berselang lama, Bella sekretaris suamiku datang. Perbeincangan mereka tampak serius, sehingga aku seakan dianggap tak ada di ruangan ini. Kulirik Titik dan Dalbo yang sedari tadi diam."Saya sudah membereskan masalah di rumah, Raden," ujar Titik yang langsung mendekat ke arahku. Kulirik suamiku yang masih ngobrol dengan Bella. "Terus?" tanyaku lirih. "Wendy. Orang yang menunjukkan denah rumah pada penyusup itu. Dia dibantu salah satu pelayan yang ada di rumah.""Who?" aku menyuarakannya dengan sedikit berakting senang melihat ponselku."Entah siapa namanya, tapi dia perempuan bertubuh kecil."Setelah laporan Titik se

    Last Updated : 2024-10-28

Latest chapter

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   125

    "Di mana ayahku?" tanyaku pada orang yang mendadak mengajakku pulang."Sudah pulang. Pak Wijaya minta aku menjemputmu." Suara bariton itu memekik telingaku yang enggan mendengarnya. Segera kurogoh ponselku di dalam saku. Tongkat yang ebelumnya kugenggam, kini berganti terhimpit lengan. Ponsel yang sudah dimodif sedemikian rupa untuk tuna netra sepertiku, sangat membantu disabilitas sepertiku di dunia yang di kelilingi teknologi canggih ini. Setiap kali kusentuh bagian layar akan keluar suara yang menunjukkan aplikasi dan nama kontak. Karena nomor ayah ada di urutan pertama jadi memudahkanku mengaksesnya. Tak butuh waktu lama, teleponku langsung mendapat jawaban."Hallo, Nak. Ayah yang menyuruh Aiden menjemputmu. Kamu pulanglah dengannya."Belum sempat aku berkata apapun, sambungan telepon pun terputus. Hanya helaan napas yang bisa kulakukan. Aiden menggandeng tanganku menuju mobilnya. Selama di perjalanan dia berusaha menjalin komunikasi denganku, tetapi aku enggan menyahutinya."Ba

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   124

    Aku terdiam mendengar permintaan Aiden, mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari mulutnya. "Satu kesempatan?" gumamku, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan hati yang bergejolak. “Dea.” Suaranya semakin mendekat, dan aku bisa merasakan kehangatan tubuhnya saat dia duduk lebih dekat. Tangannya menyentuh lembut jemariku yang masih menggenggam tongkat. Sentuhannya membawa campuran perasaan yang sulit dijelaskan. Entah kenapa ada kemarahan, kesedihan, dan kerinduan yang tak kuinginkan.“Maafkan aku, Dea,” lanjutnya, nadanya penuh penyesalan. Aku menggeleng pelan, meskipun aku tahu dia tak bisa melihat gerakanku. “Pergi dari sini. Aku tidak mau bertemu denganmu lagi.” Kata-kataku menghantam udara seperti bilah tajam. Aku merasakan genggamannya mengendur sejenak, seolah-olah kata-kataku telah memukulnya tepat di tempat yang paling lemah. Aku langsung berdiri, tangan mantan suamiku sempat menahanku. Namun, kukibaskan sek

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   123

    Aku merenung sejenak menerka siapa yang berniat menemuiku. Terdengar Ayah membukakan pintu selebar mungkin. "Ayo, Nak."Kulontarkan tongkatku untuk menuntun langkah kakiku. Semenjak tidak bisa melihat, kupaksakan diriku untuk tetap mandiri. Setelah sekian bulan berlalu, akhirnya Mama dan Ayah membiarkan apapun yang kulakukan. Pada awalnya, mereka akan memaksa untuk menuntunku. Syukurnya lambat laun, Ayah dan Mama hanya membiarkanku berjalan sendiri, tetapi aku tau jika mereka mengawasiku dari kejauhan untuk memastikan tidak terjadi masalah serius.Suara ketukan sandal dan tongkat menggema ke penjuru ruangan. Aku masih menerka-nerka siapa yang datang ke rumah, tapi sampai sekarang aku tidak mendengar suara orang lain di ruangan ini. Bahkan ketika aku sudah duduk cukup lama. Hanya genggangaman Ayah yang semakin mengendur dan perlahan menjauh."Ayah," panggilku pelan karena ku dengar beliau berpindah tempat. Perlahan aku bisa merasakan seseorang bernapas di sampingku. Kutolehkan sedikit

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   122

    "Dia sedang sibuk mengurus perusahaannya. Ternyata sahabat dia sendiri yang menggelapkan uang di cabang perusahaannya, penipuan investor dan banyak lagi. Banyak orang yang terlibat dalam kejahatan itu. Dan sekarang keluarga Gito sedang kalap menyelamatkan semua usaha mereka dan warisan," jelas Ayah yang membuatku sedikit lega. Kata-kata Ayah menggema dalam pikiranku, menyisakan kekosongan yang sulit dijelaskan. Namun, entah kenapa, ada sedikit kelegaan yang mengalir di dadaku. Setidaknya Aiden sedang sibuk dengan dunianya sendiri, mungkin itu alasan mengapa dia tak mencariku atau mencoba menghubungiku."Apa itu Elvaro?" tanyaku yang teringat dengan tingkah aneh pria itu. Nama itu muncul begitu saja di benakku, seperti serpihan teka-teki yang terlupakan. Ditambah Dalbo dan Titik sempat melaporkan beberapa kecurigaan mereka saat aku ada di kantor suamiku. Ah... salah, tapi mantan suami.Ayah mendengkus, seakan jengah dengan informasi yang ia simpan. "Iya. Dia juga bekerja sama dengan We

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   121

    "Kita pulang sekarang, Nak. Ini demi kebaikanmu," ujar Ayah sembari mendorong kursi roda yang kududuki. Ibu mengikuti langkah ayah dengan tergesa-gesa. "Aku sudah memberitahu dokter. Dia mau berkerjasama dengan kita, Mas.""Syukurlah kalau begitu, Bu. Kita haru segera pulang. Cuma di rumah kita, tempat yang aman untuk keselamatan Dea."Suasana di rumah sakit terasa tegang, bahkan langkah kaki Ayah yang biasanya tenang kini terdengar berat dan terburu-buru. Aku duduk diam di kursi roda, membiarkan Ayah mendorongku tanpa perlawanan. “Ibu, kenapa kita harus buru-buru pulang?” tanyaku berusaha mencari penjelasan.“Nak, kita hanya ingin kamu istirahat di rumah. Rumah akan lebih nyaman untuk pemulihanmu.” Suara ibu terengah karena harus berpacu dengan langkah kaki ayah yang cepat.“Tapi, Bu,” aku mencoba membantah, tetapi Ayah memotong dengan nada tegas.“Dea, dengarkan Ayah. Sekarang yang penting adalah keselamatanmu. Kita tidak punya banyak waktu untuk penjelasan. Nanti, kalau sudah di r

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   120

    Entah sudah berapa lama aku terkapar dalam kegelapan. Samar-samar aku mendengar isakan tangis perempuan meranyap di indera pendengaranku."Kenapa nasib putri kita seperti ini, Mas?" itu suara ibuku.Ayah menghela napasnya panjang. "Aku juga tidak tahu, Bu. Padahal kamu tahu sendiri bagaimana aku menjaga putri kita." "Kenapa putri kita digariskan takdir yang sangat tragis begini. Kenapa tidak aku saja, Ya Allah! Kenapa putriku harus semenderita ini! Apa salah dia!" Ibu terdengar meraung di sana."Bu, tenang. Kita sedang berada di rumah sakit.""Tenang bagaimana, Yah?! Dea sudah koma selama dua bulan! Kamu minta aku tenang! Putri kita sedang berada di antara hidup dan mati!" Hah? Dua bulan? Selama itukah aku terkapar di sini. Aku masih tidak bisa melihat apapun. Bahkan aku untuk menggerakkan tubuh saja sulit. Suaraku terasa hilang begitu saja. Akhirnya aku hanya bisa mengerang pelan untuk memberitahu orang tuaku kalau aku sudah siuman.Butuh banyak tenaga untukku memberikan sinyal pad

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   119

    Setelah dibawa ke kamar pemulihan, aku berbaring di atas ranjang. Wajahku yang masih tertutup perban, tapi aku merasakan sedikit kehangatan dari jendela kamar yang diterangi sinar matahari. Rasanya aneh, aku tidak tahu apakah itu pagi atau siang. Bagiku dunia seperti tempat yang jauh dan tak terjangkau.Ayah duduk di kursi sebelah tempat tidur. Beliau menggenggam tanganku erat. "Kamu sangat kuat, Nak. Operasi ini adalah langkah besar. Dokter bilang kemungkinan kamu akan sembuh total." Suaranya penuh optimisme, tetapi ada hati-hati di balik kalimatnya.Aku tersenyum kecil, meskipun dalam hati ada rasa gelisah yang sulit dihilangkan. "Ayah," panggilku pelan, mencoba mencari celah untuk bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di Indonesia."Ya, Sayang?"Aku terdiam sejenak, lalu menarik napas panjang. "Bagaimana kabar di sana? Tentang kasus itu." Rasanya sangat berat mengatakan keingintahuanku. Namun, aku harus mencobanya, "Sony, Hendro, dan semua kejahatan mereka. Apa semuanya suda

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   118

    Ruangan operasi dipenuhi oleh suasana yang hening, hanya suara monitor detak jantung yang berdentang lembut. Lampu-lampu terang menyinari meja operasi, membuat setiap sudutnya terlihat steril dan berkilau. Aku berbaring dengan tubuh tertutup kain bedah, hanya menyisakan area wajahku yang terlihat. Meski tak bisa melihat apa-apa, aku merasakan udara dingin dari ventilasi ruangan menyentuh kulitku. “Baik, kita mulai sekarang,” suara dokter terdengar tegas tapi tenang. Beliau mencoba memberikan rasa aman di tengah kegelisahanku. “Mrs.Dea, Anda tidak akan merasakan sakit, tapi kami akan tetap memberikan anastesi lokal untuk kenyamanan.” Aku mengangguk pelan, meskipun jantungku berdegup kencang. Tubuhku terasa kaku di bawah tekanan emosional. Rasanya seperti berada di antara harapan besar dan ketakutan yang sulit diprediksi. “Tarik napas perlahan, Nona Dea,” seorang perawat berkata lembut di telingaku, membantu menenangkan. Aku mencoba mengikuti instruksinya, menarik napas dalam-dalam, l

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   117

    Aku menatap Ayah dengan raut penuh pertanyaan, tapi aku tahu dia tak akan memberiku jawaban lebih dari itu. "Istirahatlah, Sayang. Kita akan bicara lagi besok pagi," katanya dengan nada yang lebih lembut, sebelum melangkah keluar dari kamar.Kata-katanya terasa menggantung, menyisakan banyak pertanyaan yang berputar di kepalaku. Perkembangan baru? Apa itu berarti ada harapan untuk penglihatanku? Tapi bagaimana dengan kasus ini? Apakah benar aku harus pergi sekarang, meninggalkan semua ini di tengah jalan?Aku menghela napas panjang, berusaha meyakinkan diri bahwa semua ini adalah keputusan terbaik. Namun, tidur tetap menjadi hal yang mustahil malam itu. Suara di ruang tamu hotel, samar-samar terdengar dari balik pintu, menunjukkan diskusi serius antara Ayah dan seseorang. Aku berusaha menutup telinga, tetapi rasa ingin tahu tetap mengalahkan.***Keesokan harinya, suasana sarapan terasa canggung. Ayah dan Ibu tampak saling membisu, sementara Nio, yang biasanya penuh semangat, memilih

DMCA.com Protection Status