Share

50

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-19 21:50:57

Oma segera menjawab pertanyaan Aiden, "Ada. Kita bahas setelah para sesepuh lain datang. Bersabarlah, Cucuku Aiden. Sebentar lagi mereka akan sampai."

Aiden dan Andre saling bertatapan. Kakak suamiku tampak kebingungan dengan sesuatu yang dipertanyakan adiknya. Ghiselle yang perhatiannya dialihkan oleh mertuaku, dibuat kalap dan langsung mengundurkan diri. "Maaf, Oma, Pa, dan Suamiku," ujarnya tiba-tiba. "Saya harus kembali ke butik karena ada launching produk baru."

Rita mengulas senyum sangat puas melihat menantunya keteteran. "Iya, Sayang. Aku sudah menyerahkan butik dari lama, kan? Tolong jaga baik-baik, ya?"

"Pasti, Ma. Hampir saja Ghiselle lupa." Wanita itu melihat ponselnya, kemudian menunjukkannya pada kami. "Ghiselle benar-benar minta maaf karena tidak bisa di sini lebih lama lagi. Sayang, kamu bisa melihat kan? Asistenku spam telepon begini?"

Kakak iparku tampak berat melepaskan kepergian istrinya. Ghiselle bahkan sampai mendekat dan berbisik, "Sayang, ini satu-satunya jala
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   51

    Aku tak mengerti arti tatapan mereka. Ditambah Aiden tampak penasaran menunggu pembagian warisan dari leluhurnya. Andre tampak acuh."Terima ini Nak Andre," ucap sesepuh sembari menyerahkan pusaka berwarna emas. "Pusaka ini untuk putra sulung di keluarga ini, sedangkan Si Bungsu mendapatkan pusaka silver."Hati Aiden berdebar hebat menerima pusaka tersebut. Aku pun dibuat terkejut karena menerima pusaka terakhir dan paling terkecil di antara yang lain. "Yang hitam, untukmu," ujar sesepuh kemudian berbisik, "Raden Ayu."Tiba-tiba aku kikuk mendengar panggilan tersebut. Kuterima benda itu dengan tenang. Rasanya sangat dingin dan membuatku tenang. Setelah Aiden berniat bercerai denganku, hatiku menjadi gundah. Namun, sekarang aku lebih tenang dan tidak masalah dengan keinginan suamiku itu.Tanpa sadar aku memiliki perasaan pada Aiden. Aku tak menyangka akan sesakit ini saat akan berpisah. Sayangnya ingatakanku tentang Kak Aeros dan tugas dari Kanjeng Ratu menguatkanku yang akan goyah ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   52

    Suasana menjadi hening. Aku dan suamiku saling berpandangan bingung. Apa maksud omongan Oma? Aku tidak mengerti, kenapa aku menjadi pemilik sebagian warisan yang dimiliki suamiku?Tak berselang lama, Oma berdeham membuat kami menoleh ke arahnya. "Dengarkan Oma baik-baik, Aiden." Suamiku membenarkan posisi duduknya jadi tegak. Ia seakan tau jika ini adalah pembicaraan yang penting dan sakral."Tanah yang leluhur wariskan kepadamu, bukan berarti menjadi milikmu seutuhnya, Nak. Kamu hanya menjadi penanggung jawab. Sekalipun kamu berusaha untuk menggunakan tanah itu, kamu tidak akan berhasil. Kamu mungkin bisa memanfaatkannya untuk urusanmu, tapi tidak akan bertahan lama dan semua akan kembali seperti semula." Oma kemudian menatapku penuh ketulusan, aku bisa merasakan perasaan nyaman dari tatapannya. Wanita berwajah keriput lanjut berbicara, "Dea lah pemilik asli tanah itu. Sayangnya, ia tak ditakdirkan menjadi pemilik tanah itu."Alisku mengerut mendengar ucapan itu. "Maksudnya, Oma?" t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   53

    "Aku ingin dinner di hotel Farloveclub," ucapku mendadak ketika suamiku akan membelokkan mobil ke jalan utama rumah kami.Salah satu alis Aiden tertarik. "Dinner?""Iya. Aku mau dinner, sekarang juga," ucapku penuh ketegasan. Kutatap dirinya sangat tajam.Tak berselang lama, mobil pun berbalik arah ke hotel yang aku sebut. "Tunggu dulu, " ucap suamiku yang baru saja mematikan mesin. Ia lantas keluar, aku sangat bingung kenapa tiba-tiba dia menahanku begini. Ditambah ia membukakan pintu dan menggandengku masuk ke hotel.Sikapnya membuat jantungku berdegup kencang. Dia sangat gentleman. Namun, perasaan itu langsung sirna ketika dia mendapat sapaan dari salah satu orang yang baru keluar dari hotel."Selamat malam, Pak Aiden," sapa sosok pria yang kuperkirakan umur 40-an."Malam, Pak Hendro." Aiden menyalami Hendro dengan penuh sopan. Pria itu melirikku dengan aneh. Suamiku yang paham segera memberi jawaban, "Istri saya, Dea.""Ohh ini istri Anda. Maaf Bu Dea, saya sangat pangling. Waktu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   54

    Setelah keluar dari hotel Forloveclub, kami mengelilingi kota dalam renungan. Suamiku tak bertanya lebih jauh ketika aku bilang ingin mencari angin malam. Dia menuruti keinginanku, dan bersikap sangat manis."Kita istirahat di sini saja," tunjukku pada salah satu hotel minimalis. Ini berbeda 180 derajat dari hotel Farloveclub yang mengusung arsitek fancy.Aiden langsung memesan kamar hotel dan menggandengku ke sana. Perlakuannya tak henti membuat jantungku berdebar, rasanya aku sudah gila oleh pria menyebalkan ini."Di rumah sedang ada penyusup," ucapku ketika pintu kamar tertutup. Aiden hanya mengangguk, kemudian masuk ke kamar mandi membersihkan diri. Aku duduk termenung di pinggir ranjang menikmati view yang penuh gemerlap bintang dan lampu kota. "Kamu tidak mandi?" tanya suamiku yang berambut basah. Kurespon dengan anggukan kecil, kemudian masuk ke kamar mandi bekas suamiku. Harum manly khas Aiden meraba indera penciumanku. Tidak, tidak ini terlalu gila buatku! Seusai membersih

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   55

    Keesokan paginya aku sarapan dengan suamiku dalam diam. Tak ada yang istimewa semalam. Kami sama-sama tertidur dengan saling mendekap satu sama lain. Sikapnya yang ambigu membuatku maju mundur, sulit meninggalkannya. Namun, ketika mentari muncul dari ufuk timur membuatku tersadar, tak ada harapan di antara kita berdua.“Lusa aku akan mebawa teman-temanku ke rumah,” ucapnya datar.“Oke.” Aku menjawabanya dengan singkat tak ingin berlama-lama menghabiskan berdua dengannya.“Hari ini tetap ikut aku ke kantor. Di rumah masih belum aman.”Huft... Baru saja aku bertekad untuk tak menghabiskan banyak waktu dengannya. Hati ini terasa berat jika terlalu lama bersamanya. Rasanya aku semakin tek rela pernikahan ini hancut bergitu saja.Mobil sport itu memecah jalanan yang ramai akan para pekerja. Suamiku membelokkan mobil ke salah satu butik dan memintaku untuk memilih salah satu pakaian ganti, begitu pula dia.“Pilihkan untukku juga. Aku mau menghubungi Bella buat reschadule beberapa pekerjaan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   56

    "Jariku," keluhnya melirik jarinya yang terhimpit ganggang pintu. Aku meliriknya penasaran, mencari tau apakah terdapat luka yang serius karena insiden kecil ini."Berdarah?""Tidak," jawab suamiku cuek. Ia langsung duduk di kursi kebesarannya yang disambut tumpukan dokumen menggunung. Sedangkan aku duduk di sofa. Ranjang yang sebelumnya aku pakai masih di tempatnya.Tak berselang lama, Bella sekretaris suamiku datang. Perbeincangan mereka tampak serius, sehingga aku seakan dianggap tak ada di ruangan ini. Kulirik Titik dan Dalbo yang sedari tadi diam."Saya sudah membereskan masalah di rumah, Raden," ujar Titik yang langsung mendekat ke arahku. Kulirik suamiku yang masih ngobrol dengan Bella. "Terus?" tanyaku lirih. "Wendy. Orang yang menunjukkan denah rumah pada penyusup itu. Dia dibantu salah satu pelayan yang ada di rumah.""Who?" aku menyuarakannya dengan sedikit berakting senang melihat ponselku."Entah siapa namanya, tapi dia perempuan bertubuh kecil."Setelah laporan Titik se

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   57

    Kedatangan Wendy yang didampingi Elvaro membuat perasaanku mendidih. Apalagi melihat senyuman Elvaro yang seakan mengejekku. Aiden tampak gusar karena kekasihnya yang tiba-tiba muncul. Kulirik ia dengan tajam, rasanya seperti dikhianati. Padahal aku sudah memaksakan diri untuk menemui gengnya, tapi untuk wanita keji satu ini, tiada ampun untuk toleransi.Ku dekati suamiku sembari berbisik. "Segera enyahkan kekasihmu dari rumah ini, atau aku adukan pada Mama."Aiden menenggak salivanya dengan paksa. Aku kembali tersenyum pada kawan suamiku, terutama Devano. "Aku mau istirahat dulu, kalian bisa lanjutkan pertemuan ini tanpa aku. Permisi," ujarku semanis mungkin. Aku melangkah meninggalkan ruangan, berusaha menyembunyikan kekesalan di depan mereka semua. Namun, saat berbalik, aku sempat menangkap Devano menatapku dengan bingung, sedangkan Wendy tersenyum sinis seakan puas telah memancing emosiku.Aku melangkah menuju lift, tetapi suara Aiden menahan langkahku.“Dea, tunggu,” panggilnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   58

    Aku berusaha mengistirahatkan pikiranku dari berbagai spekulasi buruk di rumah ini. Kedatangan Wendy jelas mengusik kenyamananku hari ini. Meskipun aku mendapatkan kebahagiaan dari Devano yang mengaku sebagai penggemarku, tapi aku tak bisa mengontrol diriku sendiri. Terpaksa ku cari obat penenang yang diberikan psikiater. Padahal aku sudah lama tidak mengonsumsinya, tapi hari ini tak ada kontrol yang bisa menahanku. Aku menimang dua butir obat di tanganku. Mending obat penenang atau obat tidur? Pada akhirnya aku menenggak obat tidur agar bisa beristirahat dengan maksimal. Sayangnya sebelum kesadaranku benar-benar menghilang aku mendangar suara pintu terbuka. Dehaman orang itu menyadarkanku, tapi dengan mata tertutup jika itu adalah suamiku, Aiden. "Dea?" panggilnya pelan. Suara sol sandalnya seakan mendekat, tapi tiba-tiba terhenti karena ada orang lain yang ikut masuk."Apa yang kamu lakukan?" tanya suamiku berbisik."Sssttt... diam, Sayang. Aku kangen banget sama kamu."Aku bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30

Bab terbaru

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   END

    Dokter itu tertawa lembut, seolah ingin menenangkan kami. "Dea, hasil tes menunjukkan bahwa kamu hamil. Kamu berada dalam kondisi yang sangat baik, meskipun sempat mengalami mual dan kelelahan. Namun, jangan khawatir. Kondisi ini sangat normal, terutama jika ada perubahan fisik atau emosional."Aku terdiam, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Hamil? Aku hamil? Pikiranku terasa berputar. Tidak ada yang pernah menyebutkan ini sebelumnya, dan tentu saja, aku tidak pernah memikirkan hal ini."Aiden." aku berbisik, suaraku gemetar. "Aku hamil?"Aiden menggenggam tanganku lebih erat. "Iya, Sayang. Kamu hamil. Ini berita yang luar biasa, kamu jangan cemas. Kita akan menghadapinya bersama-sama."Aku terdiam, merasakan campuran perasaan yang sangat dalam. Di satu sisi, ada kebahagiaan yang tak terlukiskan, namun di sisi lain, aku merasa cemas. Bagaimana kami akan menjalani semua ini? Apa arti semua ini untuk kami? Dan yang terpenting, apakah kami siap dengan segala perubah

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   139

    Dengan langkah yang berat, Aiden menarikku pergi dari pinggir sungai yang seakan berusaha menahan kami. Aku bisa merasakan kekuatan Alam Pusaka yang menahan kami, seolah tempat ini tidak ingin kami pergi begitu saja. Suasana yang tadinya penuh keindahan kini terasa penuh dengan ancaman yang tak terduga. Namun aku percaya pada suamiku, dan aku tahu, ia tidak akan membiarkan aku terluka.Akhirnya, setelah perjuangan panjang, kami tiba di batas Alam Pusaka, tempat yang menjadi pemisah antara dua dunia. Keindahan yang dulu kurasakan kini perlahan memudar, digantikan oleh rasa lega yang datang saat kami kembali ke dunia manusia.Tiba-tiba, aku merasakan tubuhku sedikit lebih baik. Rasa mual yang semula mengguncang perlahan mulai hilang, dan aku bisa merasakan kembali kekuatan dalam tubuhku. Aiden melepaskan pelukannya, meskipun aku bisa merasakan ketegangan yang masih ada di tubuhnya."Kita sudah kembali," katanya dengan suara yang lebih tenang, namun masih terdengar kelelahan. "Tapi aku r

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   138

    Selama di Alam Pusaka. Aku bisa melihat keindahan yang tidak bisa kulihat selama di dunia manusia. Meskipun aku tidak bisa melihat Aiden secara jelas, setidaknya aku bisa melihatnya dalam bentuk bayangan. "Aku senang sekali melihatmu berlari dan menari seperti ini, Sayang. Ada perasaan sedih juga karena biasanya aku yang membantumu melakukan aktivitas sehari-hari. Di sini, kamu bisa melakukannya sendiri," ucap suamiku lembut, suaranya mengalir seperti aliran sungai yang jernih di depan kami, menenangkan sekaligus menghangatkan.Kami duduk di pinggir sungai yang indah, airnya yang jernih mengalir begitu tenang. Suasana ini begitu damai, dan aku merasa seolah dunia ini hanya milik kami berdua. Di sini, aku tidak merasa terbebani oleh keterbatasan penglihatanku. Alam Pusaka, dengan segala keajaibannya, memberiku kebebasan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku bisa merasakan udara yang lebih segar, aroma bunga yang jarang ditemukan di dunia manusia, dan setiap detik terasa begitu b

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   137

    Pagi itu, di ruang tamu yang hangat, suasana terasa berbeda. Aiden, suamiku duduk di depan keluarga besarnya, seakan hendak mengungkapkan sesuatu yang penting. Aku berada di sampingnya dengan tenang, meski tampak sedikit cemas. Keluarga sudah berkumpul, mendengar dengan penuh perhatian."Aiden, kamu tampaknya tidak seperti biasanya," kata Oma menyelidik situasi. "Ada apa? Kamu biasanya lebih ceria kalau bicara soal perusahaan."Aiden menarik napas dalam-dalam. "Aku dan Dea akan pergi berbulan madu," ucapnya dengan nada yang mantap, tetapi ada keraguan yang samar terbersit. Semalam kami sudah mengobrol, dan ia sempat mengungkapkan keresahan. Takut kalau tempat itu akan menstimulus traumaku. Namun, aku meyakinkannya. karena di sana aku bisa melihat pemandangan banyak hal karena diselimuti alam gaib. "Ke mana?" tanya Mama Rita, tertarik. "Ada tujuan spesial, Nak?""Alam Pusaka," jawab suamiku, membuat suasana hening seketika. Dea menundukkan kepala, berusaha menahan perasaan yang datang

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   136

    Malam itu, suasana ruang makan sudah penuh kehangatan. Aroma makanan khas keluarga memenuhi udara, membuat perutku yang tadinya gelisah kini mulai terasa lapar. Semua orang sudah duduk di tempatnya masing-masing, berbincang dengan riang. Aku dan Aiden datang terakhir, menambahkan kursi di sisi meja untuk kami berdua. Mama Rita langsung tersenyum hangat melihat kami. “Akhirnya kalian datang. Kami sudah hampir mulai, loh.” Aiden membantu menarik kursiku dengan lembut, memastikan aku duduk dengan nyaman sebelum ia duduk di sebelahku. “Maaf, kami agak terlambat,” katanya dengan nada santai. “Dea tadi masih butuh waktu untuk bersiap.” Andre yang duduk di ujung meja, bercanda sambil tertawa kecil. “Ah, Aiden. Kamu makin romantis saja.” Semua orang di meja tertawa, kecuali aku yang hanya bisa tersenyum gugup. Rasanya sulit menyesuaikan diri dengan perhatian sebanyak ini. Namun, Aiden, yang sejak tadi menggenggam tanganku di bawah meja, memberiku rasa percaya diri. Setelah semua mak

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   135

    Aku terdiam sejenak, merasakan pipiku mulai memanas mendengar ajakan Aiden. Suaranya begitu lembut dan menggoda, tetapi ada sesuatu di dalamnya yang membuat jantungku berdebar lebih cepat.“Aiden,” panggilku pelan, berusaha menyembunyikan rasa gugupku. “Kamu tahu aku tidak terlalu suka dengan ide itu. Lagipula, aku belum terbiasa dengan semua ini.”Aiden tertawa kecil, lalu duduk di sampingku. “Sayang, aku tidak memaksamu. Aku hanya ingin membuatmu nyaman. Setelah semua yang kita lalui, aku merasa kita pantas menikmati momen yang tenang bersama.”Aku merasakan tangannya menggenggam jemariku dengan lembut, seakan memberikan kehangatan yang menenangkan. “Kita tidak harus buru-buru, Dea. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini, sepenuhnya untukmu.”Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk merespons. “Kamu terlalu manis, Aiden. Kamu bisa gendong aku?”Aiden terdiam sejenak, lalu aku mendengar tawanya yang lembut dan penuh kehangatan. “Tentu saja, Sayang

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   134

    "Titik!" pekikku tak sadar. Makhluk halus yang hendak pergi itu langsung berbalik ke arahku."Raden Ayu!" kagetnya. Dia kemudian berteriak. "Woy! Dalbo! Raden Ayu bisa melihatku!"Dalam hitungan sekejap sosok yang panggil pun datang. "Benar Raden bisa melihat kami?""Benar, Dalbo. Bagaimana kabar kalian.""Kami semua baik, Raden Ayu," jawab Dalbo. "Yang dikatakan Kanjeng Ratu benar-benar terjadi," ujar Titik. Aku bisa melihat bagaimana ekspresinya. Namun tiba-tiba seseorang keluar dari kamar mandi."Aiden?""Iya, Sayang?" ia mendekat ke arahku. "Kenapa masih memanggilku dengan nama? Panggil Sayang dong." Kemudian hendak menciumku, tetapi segera kutahan."Apa kamu tidak malu dilihat mereka?" cegahku karena Dalbo dan Titik terperangah melihat kami."Mereka?""Titik dan Dalbo. Mereka sedang di sini kan? Bahkan mereka terkejut melihat kamu mau menciumku."Aiden bergeming. "Kamu bisa melihat mereka? Bukannya Ayah bilang kalau kamu bahkan tidak bisa melihat apapun termasuk dunia gaib?""Se

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   133

    Aku menenggak salivaku dengan paksa. Saling mencintai? Waktu seakan berhenti saat tebakan tersebut terlontar padaku. Sedangkan Aiden tampak enteng menjawab pertanyaan tersebut."Aku memang cinta sama De, Oma. Tapi belum tentu dengan Dea." Pria itu melepaskan keluhan hatinya yang kukira tak akan dibahas lagi.Ruangan mendadak hening setelah pengakuan Aiden. Nahasnya aku pun gugup, "A-aku..." Kalimat itu menggantung, rasa bingung menderai kepalaku."Kalau begitu, kamu harus berjuang lebih cerdas lagi Aiden," sahut Oma. "Begitu ya, Oma?""Iya dong, Aiden. Zaman sekarang kerja keras doang kan nggak cukup," kekeh Oma."Siap, Oma!" ucap Aiden yang langsung berdiri. Entah apa yang dia lakukan, tetapi semua orang tergelak karea dia. Saat gemuruh tawa mulai mereda, Oma bertanya padaku dengan lembut."Dea," panggilnya lembut penuh kasih."Iya, Oma?""Apa kamu nyaman bersama Aiden?" Aku terdiam sesaat. Pertanyaan tersebut terasa tak membebankan dibandingkan sebelumnya. "Nyaman, Oma.""Syukurla

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   132

    "Gausah pegang-pegang istriku. Pegang istrimu sendiri sana!" nyolot Aiden. "Yaelah. Jabat tangan doang," balas Andre. Sayangnya aku cukup terkejut saat orang lain memanggil namaku. "Hai, Dea. Sudah lama tidak bertemu." Kali ini suaranya terdengar lembut. Itu adalah Ghiselle. Perempuan yang sebelumnya memusuhi dengan terang-terangan. Namun, hari ini aku merasakan frekuensi yang cukup nyaman daripada pertemuan terakhir kami."Iya. Ghiselle." Baru saja menjawab, "Iya Dea. Ak-" ucapan wanita itu terputus karena Mama Rita memanggil kami untuk segera bergabung ke ruang makan."Ayo, De," ajak Aiden kembali membawaku berjalan tanpa tongkat. Langkah kakinya yang lebar sudah ia kontrol mengikuti langkah kakiku. Aku bisa merasakan perubahannya yang sebelumnya kikuk menjadi sangat santai hari ini. Sepertinya ia sudah sangat cocok menjadi relawan untuk orang tuna netra sepertiku. Dia bahkan bisa mengingat detail kecil keperluan sehari-hari. Banyak hal yang ia rubah agar menjadi tempat inklusi ba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status