Share

56

Author: Dentik
last update Last Updated: 2024-10-28 13:22:13

"Jariku," keluhnya melirik jarinya yang terhimpit ganggang pintu. Aku meliriknya penasaran, mencari tau apakah terdapat luka yang serius karena insiden kecil ini.

"Berdarah?"

"Tidak," jawab suamiku cuek. Ia langsung duduk di kursi kebesarannya yang disambut tumpukan dokumen menggunung. Sedangkan aku duduk di sofa. Ranjang yang sebelumnya aku pakai masih di tempatnya.Tak berselang lama, Bella sekretaris suamiku datang. Perbeincangan mereka tampak serius, sehingga aku seakan dianggap tak ada di ruangan ini. Kulirik Titik dan Dalbo yang sedari tadi diam.

"Saya sudah membereskan masalah di rumah, Raden," ujar Titik yang langsung mendekat ke arahku. Kulirik suamiku yang masih ngobrol dengan Bella.

"Terus?" tanyaku lirih.

"Wendy. Orang yang menunjukkan denah rumah pada penyusup itu. Dia dibantu salah satu pelayan yang ada di rumah."

"Who?" aku menyuarakannya dengan sedikit berakting senang melihat ponselku.

"Entah siapa namanya, tapi dia perempuan bertubuh kecil."

Setelah laporan Titik se
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   57

    Kedatangan Wendy yang didampingi Elvaro membuat perasaanku mendidih. Apalagi melihat senyuman Elvaro yang seakan mengejekku. Aiden tampak gusar karena kekasihnya yang tiba-tiba muncul. Kulirik ia dengan tajam, rasanya seperti dikhianati. Padahal aku sudah memaksakan diri untuk menemui gengnya, tapi untuk wanita keji satu ini, tiada ampun untuk toleransi.Ku dekati suamiku sembari berbisik. "Segera enyahkan kekasihmu dari rumah ini, atau aku adukan pada Mama."Aiden menenggak salivanya dengan paksa. Aku kembali tersenyum pada kawan suamiku, terutama Devano. "Aku mau istirahat dulu, kalian bisa lanjutkan pertemuan ini tanpa aku. Permisi," ujarku semanis mungkin. Aku melangkah meninggalkan ruangan, berusaha menyembunyikan kekesalan di depan mereka semua. Namun, saat berbalik, aku sempat menangkap Devano menatapku dengan bingung, sedangkan Wendy tersenyum sinis seakan puas telah memancing emosiku.Aku melangkah menuju lift, tetapi suara Aiden menahan langkahku.“Dea, tunggu,” panggilnya

    Last Updated : 2024-10-30
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   58

    Aku berusaha mengistirahatkan pikiranku dari berbagai spekulasi buruk di rumah ini. Kedatangan Wendy jelas mengusik kenyamananku hari ini. Meskipun aku mendapatkan kebahagiaan dari Devano yang mengaku sebagai penggemarku, tapi aku tak bisa mengontrol diriku sendiri. Terpaksa ku cari obat penenang yang diberikan psikiater. Padahal aku sudah lama tidak mengonsumsinya, tapi hari ini tak ada kontrol yang bisa menahanku. Aku menimang dua butir obat di tanganku. Mending obat penenang atau obat tidur? Pada akhirnya aku menenggak obat tidur agar bisa beristirahat dengan maksimal. Sayangnya sebelum kesadaranku benar-benar menghilang aku mendangar suara pintu terbuka. Dehaman orang itu menyadarkanku, tapi dengan mata tertutup jika itu adalah suamiku, Aiden. "Dea?" panggilnya pelan. Suara sol sandalnya seakan mendekat, tapi tiba-tiba terhenti karena ada orang lain yang ikut masuk."Apa yang kamu lakukan?" tanya suamiku berbisik."Sssttt... diam, Sayang. Aku kangen banget sama kamu."Aku bisa

    Last Updated : 2024-10-30
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   59

    Kurasakan tangan Aiden yang mengelus lembut pinggangku, seolah mencoba menarikku lebih dekat. Aku mendongak, memandang wajahnya yang hanya beberapa senti dariku. Matanya menusuk sanubariku begitu saja, perasaannya sulit untukku terjemahkan. Sejujurnya aku merasa ragu, tetapi pada saat yang sama, rasa hangat yang asing menjalari tubuhku.“Aiden,” bisikku, mencoba memahami maksud di balik tatapannya.Dia tersenyum kecil, senyum yang hangat dan menenangkan. “Dea, kenapa kamu selalu membuatku nyaman?” tanyanya pelan, seakan-akan berbicara kepada dirinya sendiri. Aku terdiam, bingung bagaimana harus menjawab. “Aiden… kamu baik-baik saja?” Hanya itu pertanyaan yang mampu terucap dari bibirku ketika napasnya menerpa leherku dengan hangat.Dia mengangguk. “Entah kenapa, aku merasa kamu itu lebih dari sekadar istri yang hanya ada di sisiku, De. Sejujurnya, aku mulai menyadari kalau aku beruntung ada kamu.”Kata-katanya membuatku tertegun. Sulit dipercaya mendengar pengakuan seperti itu keluar

    Last Updated : 2024-10-31
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   60

    Saat aku melangkah keluar dari kamar, kudapati suasana rumah terasa sedikit gaduh, terdengar suara tawa dan obrolan yang bercampur dengan suara wanita yang terdengar familiar, tapi menyebalkan. Hatiku mencelos. Apa yang dia lakukan di sini? Bukannya Aiden bilang kalau dia sudah pergi? Bahkan dengan tidak malunya perempuan itu berani bermesraan dengan suami di depanku dan teman-teman suamiku. Saat aku turun ke ruang tamu dan mendapati Wendy berdiri di sana, berdampingan dengan Aiden, suamiku. Mereka tampak akrab, terlalu akrab. Wendy memegang lengannya dengan manja, memanggilnya dengan suara lembut yang membuat telingaku terasa panas.“Sayang, kamu lucu banget sih!” ucap Wendy, tertawa dan memukul lengan Aiden dengan sikap genit.Seketika itu juga pandangan mataku menjadi gelap. Bagaimana bisa Aiden membiarkan wanita ini berada di rumah kami, di ruang tamu, dan di hadapan teman-temannya, seakan-akan aku tidak ada? Ketulusan hati aku menjalin pernikahan ini ternyata dibalas dengan peng

    Last Updated : 2024-10-31
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   61

    Seluruh amarah yang sejak tadi kutahan akhirnya meledak. Tanpa berpikir panjang, kuambil cangkir kopi di depan meja dan menyiramkan isinya langsung ke arah Wendy. Cangkir itu hampir kosong, tapi cukup untuk membasahi wajah dan bajunya. Cplassss...!!!"Aaww!!! Panas! Panas!!" jerit Wendy, terlonjak sambil menyeka wajahnya yang tersiram kopi panas suamiku.Aku menatapnya tajam dengan tatapan penuh kebencian. "Itu buat kucingku yang kamu tendang barusan, Wendy," ucapku dingin, menahan desakan amarah yang sudah tak bisa kubendung.Wendy yang masih tersulut emosi memutar badannya ke arah Aiden, seolah-olah minta perlindungan. "Sayang! Lihat apa yang wanita gila ini lakukan padaku!" jeritnya pada suamiku. Ia berusaha menarik perhatian semua orang yang ada di sini. Bahkan beberapa pelayan tampak terkejut dengan kegaduhan di pagi ini. Semua orang tampak terdiam, tak seorang pun yang berani berkutik, termasuk suamiku. Bahkan Aiden pun tampak terkejut melihat kemarahanku yang meluap tanpa kend

    Last Updated : 2024-10-31
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   62

    Wendy meronta, berusaha menghindari air yang terus membasahi tubuhnya. “Aiden! Aiden! Lakukan sesuatu!”Aiden berdiri di ambang pintu, wajahnya penuh ketegangan. Namun, tangannya masih mengepal, dan dia tampak tak mampu melangkah maju untuk menyelamatkan Wendy.Aku menatapnya dengan penuh kemenangan, lalu berkata, “Kamu masih mau diam, Aiden? Atau kamu akhirnya akan membela istrimu, wanita yang kamu ikrarkan akan kamu lindungi?”Aiden terdiam, rahangnya mengeras, tapi tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Dia hanya bisa berdiri di sana, menyaksikan."Bagus," kataku sinis. "Akhirnya, kamu tahu siapa yang layak untuk dihormati di sini." Aku sangat puas melihat ketidakberdayaan suamiku. Kekasihnya kini sedang kusi ksa dengan air shower. Bahkan saat menghantamkan tubuh wanita itu ke dinding, aku melakukannya dengan sangat kuat. Emosiku sedang berada di puncak, tak ada siapapung bisa menghentikanku. Bahkan Titik dan beberapa penghuni rumah ini tampak puas dengan adegan pembalasa

    Last Updated : 2024-10-31
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   63

    Begitu Wendy dan Elvaro meninggalkan kamar mandi, aku berdiri di sana, masih terdiam dengan perasaan campur aduk. Di ambang pintu, Aiden menatapku sejenak, seolah hendak mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya hanya menghela napas dan keluar tanpa kata. Amarah, kepuasan, dan perasaan lega bercampur jadi satu di dalam hatiku.Saat aku berjalan menuju ruang makan, suasana terasa canggung. Zac, Devano, Airon, dan Kenzo tampak duduk dengan ekspresi penuh kebingungan, jelas merasa tidak nyaman dengan semua yang baru saja terjadi. Begitu aku memasuki ruangan, mereka langsung berdiri, bersiap untuk berpamitan.“Dea, Aiden sepertinya kami harus pergi dulu,” kata Zac dengan nada sopan, mencoba menyembunyikan ketidaknyamanannya. “Kelihatannya situasinya sedang nggak kondusif, dan mungkin kalian butuh waktu untuk menyelesaikan semuanya.”Aku tersenyum tipis, sedikit menyesal karena membuat mereka terlibat dalam ketegangan ini. “Maaf kalau kalian merasa tidak nyaman. Terima kasih sudah datang, Zac, D

    Last Updated : 2024-10-31
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   64

    Selepas peristiwa dengan Wendy, rumah terasa lebih sunyi dari biasanya. Tak ada percakapan antara aku dan Aiden, seolah masing-masing tenggelam dalam pikiran sendiri. Dia terlihat sibuk menatap layar laptopnya, jarinya mengetik cepat seakan berusaha keras menenggelamkan diri dalam pekerjaannya. Sementara aku hanya duduk di sofa dengan ponsel di tangan, berpura-pura bermain game untuk mengusir kebosanan dan kekosongan yang menghantui.Di sudut ruangan, Titik berdiri, tampak ingin mendekat dan mengajakku bicara, tetapi aku menggeleng, memberinya tanda untuk tidak menggangguku. Aku tahu dia cemas, tapi sekarang bukan waktu yang tepat.Pikiranku berputar-putar, kembali ke kejadian kemarin, ke wajah Wendy yang basah kuyup dan panik di bawah aliran shower, ke ekspresi bingung Aiden, dan pada akhirnya ke keputusanku sendiri. Mungkin aku yang terlalu keras, atau mungkin ini semua memang sudah saatnya terjadi.Beberapa menit berlalu dalam diam, hingga Aiden akhirnya berbicara, suaranya pelan d

    Last Updated : 2024-10-31

Latest chapter

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   END

    Dokter itu tertawa lembut, seolah ingin menenangkan kami. "Dea, hasil tes menunjukkan bahwa kamu hamil. Kamu berada dalam kondisi yang sangat baik, meskipun sempat mengalami mual dan kelelahan. Namun, jangan khawatir. Kondisi ini sangat normal, terutama jika ada perubahan fisik atau emosional."Aku terdiam, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Hamil? Aku hamil? Pikiranku terasa berputar. Tidak ada yang pernah menyebutkan ini sebelumnya, dan tentu saja, aku tidak pernah memikirkan hal ini."Aiden." aku berbisik, suaraku gemetar. "Aku hamil?"Aiden menggenggam tanganku lebih erat. "Iya, Sayang. Kamu hamil. Ini berita yang luar biasa, kamu jangan cemas. Kita akan menghadapinya bersama-sama."Aku terdiam, merasakan campuran perasaan yang sangat dalam. Di satu sisi, ada kebahagiaan yang tak terlukiskan, namun di sisi lain, aku merasa cemas. Bagaimana kami akan menjalani semua ini? Apa arti semua ini untuk kami? Dan yang terpenting, apakah kami siap dengan segala perubah

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   139

    Dengan langkah yang berat, Aiden menarikku pergi dari pinggir sungai yang seakan berusaha menahan kami. Aku bisa merasakan kekuatan Alam Pusaka yang menahan kami, seolah tempat ini tidak ingin kami pergi begitu saja. Suasana yang tadinya penuh keindahan kini terasa penuh dengan ancaman yang tak terduga. Namun aku percaya pada suamiku, dan aku tahu, ia tidak akan membiarkan aku terluka.Akhirnya, setelah perjuangan panjang, kami tiba di batas Alam Pusaka, tempat yang menjadi pemisah antara dua dunia. Keindahan yang dulu kurasakan kini perlahan memudar, digantikan oleh rasa lega yang datang saat kami kembali ke dunia manusia.Tiba-tiba, aku merasakan tubuhku sedikit lebih baik. Rasa mual yang semula mengguncang perlahan mulai hilang, dan aku bisa merasakan kembali kekuatan dalam tubuhku. Aiden melepaskan pelukannya, meskipun aku bisa merasakan ketegangan yang masih ada di tubuhnya."Kita sudah kembali," katanya dengan suara yang lebih tenang, namun masih terdengar kelelahan. "Tapi aku r

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   138

    Selama di Alam Pusaka. Aku bisa melihat keindahan yang tidak bisa kulihat selama di dunia manusia. Meskipun aku tidak bisa melihat Aiden secara jelas, setidaknya aku bisa melihatnya dalam bentuk bayangan. "Aku senang sekali melihatmu berlari dan menari seperti ini, Sayang. Ada perasaan sedih juga karena biasanya aku yang membantumu melakukan aktivitas sehari-hari. Di sini, kamu bisa melakukannya sendiri," ucap suamiku lembut, suaranya mengalir seperti aliran sungai yang jernih di depan kami, menenangkan sekaligus menghangatkan.Kami duduk di pinggir sungai yang indah, airnya yang jernih mengalir begitu tenang. Suasana ini begitu damai, dan aku merasa seolah dunia ini hanya milik kami berdua. Di sini, aku tidak merasa terbebani oleh keterbatasan penglihatanku. Alam Pusaka, dengan segala keajaibannya, memberiku kebebasan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku bisa merasakan udara yang lebih segar, aroma bunga yang jarang ditemukan di dunia manusia, dan setiap detik terasa begitu b

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   137

    Pagi itu, di ruang tamu yang hangat, suasana terasa berbeda. Aiden, suamiku duduk di depan keluarga besarnya, seakan hendak mengungkapkan sesuatu yang penting. Aku berada di sampingnya dengan tenang, meski tampak sedikit cemas. Keluarga sudah berkumpul, mendengar dengan penuh perhatian."Aiden, kamu tampaknya tidak seperti biasanya," kata Oma menyelidik situasi. "Ada apa? Kamu biasanya lebih ceria kalau bicara soal perusahaan."Aiden menarik napas dalam-dalam. "Aku dan Dea akan pergi berbulan madu," ucapnya dengan nada yang mantap, tetapi ada keraguan yang samar terbersit. Semalam kami sudah mengobrol, dan ia sempat mengungkapkan keresahan. Takut kalau tempat itu akan menstimulus traumaku. Namun, aku meyakinkannya. karena di sana aku bisa melihat pemandangan banyak hal karena diselimuti alam gaib. "Ke mana?" tanya Mama Rita, tertarik. "Ada tujuan spesial, Nak?""Alam Pusaka," jawab suamiku, membuat suasana hening seketika. Dea menundukkan kepala, berusaha menahan perasaan yang datang

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   136

    Malam itu, suasana ruang makan sudah penuh kehangatan. Aroma makanan khas keluarga memenuhi udara, membuat perutku yang tadinya gelisah kini mulai terasa lapar. Semua orang sudah duduk di tempatnya masing-masing, berbincang dengan riang. Aku dan Aiden datang terakhir, menambahkan kursi di sisi meja untuk kami berdua. Mama Rita langsung tersenyum hangat melihat kami. “Akhirnya kalian datang. Kami sudah hampir mulai, loh.” Aiden membantu menarik kursiku dengan lembut, memastikan aku duduk dengan nyaman sebelum ia duduk di sebelahku. “Maaf, kami agak terlambat,” katanya dengan nada santai. “Dea tadi masih butuh waktu untuk bersiap.” Andre yang duduk di ujung meja, bercanda sambil tertawa kecil. “Ah, Aiden. Kamu makin romantis saja.” Semua orang di meja tertawa, kecuali aku yang hanya bisa tersenyum gugup. Rasanya sulit menyesuaikan diri dengan perhatian sebanyak ini. Namun, Aiden, yang sejak tadi menggenggam tanganku di bawah meja, memberiku rasa percaya diri. Setelah semua mak

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   135

    Aku terdiam sejenak, merasakan pipiku mulai memanas mendengar ajakan Aiden. Suaranya begitu lembut dan menggoda, tetapi ada sesuatu di dalamnya yang membuat jantungku berdebar lebih cepat.“Aiden,” panggilku pelan, berusaha menyembunyikan rasa gugupku. “Kamu tahu aku tidak terlalu suka dengan ide itu. Lagipula, aku belum terbiasa dengan semua ini.”Aiden tertawa kecil, lalu duduk di sampingku. “Sayang, aku tidak memaksamu. Aku hanya ingin membuatmu nyaman. Setelah semua yang kita lalui, aku merasa kita pantas menikmati momen yang tenang bersama.”Aku merasakan tangannya menggenggam jemariku dengan lembut, seakan memberikan kehangatan yang menenangkan. “Kita tidak harus buru-buru, Dea. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini, sepenuhnya untukmu.”Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk merespons. “Kamu terlalu manis, Aiden. Kamu bisa gendong aku?”Aiden terdiam sejenak, lalu aku mendengar tawanya yang lembut dan penuh kehangatan. “Tentu saja, Sayang

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   134

    "Titik!" pekikku tak sadar. Makhluk halus yang hendak pergi itu langsung berbalik ke arahku."Raden Ayu!" kagetnya. Dia kemudian berteriak. "Woy! Dalbo! Raden Ayu bisa melihatku!"Dalam hitungan sekejap sosok yang panggil pun datang. "Benar Raden bisa melihat kami?""Benar, Dalbo. Bagaimana kabar kalian.""Kami semua baik, Raden Ayu," jawab Dalbo. "Yang dikatakan Kanjeng Ratu benar-benar terjadi," ujar Titik. Aku bisa melihat bagaimana ekspresinya. Namun tiba-tiba seseorang keluar dari kamar mandi."Aiden?""Iya, Sayang?" ia mendekat ke arahku. "Kenapa masih memanggilku dengan nama? Panggil Sayang dong." Kemudian hendak menciumku, tetapi segera kutahan."Apa kamu tidak malu dilihat mereka?" cegahku karena Dalbo dan Titik terperangah melihat kami."Mereka?""Titik dan Dalbo. Mereka sedang di sini kan? Bahkan mereka terkejut melihat kamu mau menciumku."Aiden bergeming. "Kamu bisa melihat mereka? Bukannya Ayah bilang kalau kamu bahkan tidak bisa melihat apapun termasuk dunia gaib?""Se

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   133

    Aku menenggak salivaku dengan paksa. Saling mencintai? Waktu seakan berhenti saat tebakan tersebut terlontar padaku. Sedangkan Aiden tampak enteng menjawab pertanyaan tersebut."Aku memang cinta sama De, Oma. Tapi belum tentu dengan Dea." Pria itu melepaskan keluhan hatinya yang kukira tak akan dibahas lagi.Ruangan mendadak hening setelah pengakuan Aiden. Nahasnya aku pun gugup, "A-aku..." Kalimat itu menggantung, rasa bingung menderai kepalaku."Kalau begitu, kamu harus berjuang lebih cerdas lagi Aiden," sahut Oma. "Begitu ya, Oma?""Iya dong, Aiden. Zaman sekarang kerja keras doang kan nggak cukup," kekeh Oma."Siap, Oma!" ucap Aiden yang langsung berdiri. Entah apa yang dia lakukan, tetapi semua orang tergelak karea dia. Saat gemuruh tawa mulai mereda, Oma bertanya padaku dengan lembut."Dea," panggilnya lembut penuh kasih."Iya, Oma?""Apa kamu nyaman bersama Aiden?" Aku terdiam sesaat. Pertanyaan tersebut terasa tak membebankan dibandingkan sebelumnya. "Nyaman, Oma.""Syukurla

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   132

    "Gausah pegang-pegang istriku. Pegang istrimu sendiri sana!" nyolot Aiden. "Yaelah. Jabat tangan doang," balas Andre. Sayangnya aku cukup terkejut saat orang lain memanggil namaku. "Hai, Dea. Sudah lama tidak bertemu." Kali ini suaranya terdengar lembut. Itu adalah Ghiselle. Perempuan yang sebelumnya memusuhi dengan terang-terangan. Namun, hari ini aku merasakan frekuensi yang cukup nyaman daripada pertemuan terakhir kami."Iya. Ghiselle." Baru saja menjawab, "Iya Dea. Ak-" ucapan wanita itu terputus karena Mama Rita memanggil kami untuk segera bergabung ke ruang makan."Ayo, De," ajak Aiden kembali membawaku berjalan tanpa tongkat. Langkah kakinya yang lebar sudah ia kontrol mengikuti langkah kakiku. Aku bisa merasakan perubahannya yang sebelumnya kikuk menjadi sangat santai hari ini. Sepertinya ia sudah sangat cocok menjadi relawan untuk orang tuna netra sepertiku. Dia bahkan bisa mengingat detail kecil keperluan sehari-hari. Banyak hal yang ia rubah agar menjadi tempat inklusi ba

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status