Home / Romansa / Istri Badas VS Pelakor Keji / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri Badas VS Pelakor Keji: Chapter 31 - Chapter 40

124 Chapters

31

Aku duduk di meja makan sendirian, menikmati kopi yang mulai mendingin. Aiden sudah pergi bekerja, tanpa sepatah kata pun. Itu udah jadi kebiasaannya diam, pergi, dan hanya pulang saat hari sudah larut. Aku juga tidak berusaha mengurangi jarak di antara kami. Tidak ada gunanya, karena pada akhirnya dia tetap bersikap dingin.Aku lega dengan ketidakpeduliannya. Aku tidak harus acting jadi istri yang peduli, karena kenyataannya aku juga tidak memiliki perasaan padanya. Hatiku masih untuk Kak Aeros, pria yang selalu aku cintai meskipun takdir memisahkan kita dengan tragis. Mengingat selembut apa dia memperlakukanku, rasanya tak rela melepaskan dia begitu saja. Aku masih bertanya-tanya ap itu memang takdir yang dibuat tuhan? Namun setiap aku berusaha menanyakan ketika dia menemuiku, meskipun hanya jiwanya, tak ada jawaban. Kak Aeros hanya tersenyum simpul dan menghilang.Aku menatap kosong ke luar jendela, memikirkan betapa kosongnya hidupku sekarang. Pernikahan ini membuatku terperangkap
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

32

Bujungbuneng akhirnya Ghiselle, istri Andre, Kakak iparku, datang berkunjung ke rumah. Sejak awal, aku sudah merasakan aura tidak nyaman kalau Mama Mertua dan Oma membicarakannya. Nahas sekali, dugaanku tidak melesat.Pagi ini, aku sedang berada di dapur, menyiapkan sarapan untuk diriku sendiri. Aku sangat bosan di treatment layaknya Tuan Putri jompo. Sayangnya ketika beraktivitas layaknya pembantu, Ghiselle tiba. Dia datang dengan gaya berani, menampilkan pesona yang berhasil menarik perhatian orang di sekitarnya. Namun, di dalam hatiku, aku tahu bahwa pesonanya adalah topeng dari sifat manipulatifnya. Apalagi kulirik Titik tampak melebar dengan mata menyala saat mendapati wanita itu masuk rumah.“Selamat pagi, Dea!” sapa Ghiselle dengan suara manis saat dia memasuki dapur. “Bagaimana hidup sebagai istri Aiden? Harusnya menyenangkan, ya?”Aku tersenyum tipis. “Pagi, Ghiselle. Ya, begitulah,” jawabku sambil terus mengaduk adonan pancake di dalam mangkuk.Ghiselle melangkah lebih dekat
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

33

Setelah kunjungan Ghiselle kemarin, suasana rumah masih terasa canggung. Kehadiran Ghiselle yang penuh perhitungan tetap membekas di benakku. Ia terus berusaha menjadikan Wendy, adik semata wayangnya, sebagai alternatif yang lebih baik untuk Aiden. Huft… padahal kalau dia tau aku akan bercerai dengan Aiden, dia tidak perlu membuat rencana licik yang gampang terbaca itu. Aku jadi malu sendiri lihatnya.Hari ini Bik Asih yang membuka pintu setelah mendengar bel berbunyi. Wendy melangkah masuk dengan penuh percaya diri. Sejujurnya, aku tidak tahu harus merasa senang atau malah sebal. Wendy memiliki cara yang unik untuk membuat orang merasa tidak nyaman, dan aku sudah tidak asing lagi dengan aura berani yang dia pancarkan. “Dea! Ayo kita bersenang-senang!” serunya dengan nada ceria. “Aku baru beli beberapa snack baru. Pasti kamu mau coba, kan?”Aku tersenyum paksa. “Tentu, Wendy. Apa yang kamu bawa?” Wendy membuka tasnya dan mengeluarkan berbagai snack yang menarik perhatian. “Lihat in
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

34

Ghiselle masih terus berusaha merusak posisiku sebagai istri Aiden. Aku sedikit bingung, apa Wendy tidak menceritakan soal Mama Mertua yang menyuruh Aiden untuk menjauhinya. Ditambah semalam, suamiku dengan tegas mengatakan pada Wendy untuk bersabar dan tidak seenaknya sendiri. Aku jadi risih melihat kakak beradik itu. Namun, ada satu hal yang membuatku merasa sedikit tenang di tengah kekacauan ini, Titik, kuntilanak yang menjadi pelindungku.Pada malam setelah kepulangan Wendy, dan acara makan malam di tunda karena Mama dan Papa Mertua harus menghadiri acara penting. Aku kembali merenung di kamar. Namun, sosoknya muncul dengan lembut di sudut ruangan. Dia memakai gaun putih panjang yang berkibar lembut, wajahnya lembut dan menenangkan. Meski dia terlihat menyeramkan bagi orang lain, bagiku, dia makhluk yang baik.“Dea,” Titik memanggil dengan suara yang halus. “Jangan khawatir, aku ada di sini.”Sejak kedatangan Ghiselle dan Wendy ke rumah ini, dia jadi sering muncul. Tanpa banyak bi
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

35

Hari ini adalah perayaan pernikahan kami yang ke-6 bulan. Rumah besar yang megah dipenuhi oleh tamu undangan, keluarga, dan kolega bisnis Aiden. Selain itu, banyak kolega Papa mertua dan Kakaki par yang hadir dalam acara ini. Pilar-pilar tinggi, lampu kristal yang berkilauan, dan dekorasi mewah menghiasi seluruh ruangan. Suasana ini diciptakan seanggun dan seelegan.By the Way, aku baru tau jika kakak suamiku, Andre melepaskan diri dari hak waris karena menikah dengan Ghiselle. Kedua orang itu dimabuk asmara hingga tak mengidahkan larangan orangtua. Dari informasi itu, aku bisa menilai jika keluarga mertuaku memang tak menyukai Ghiselle dan Wendy. Jadi ya… seperti itulah. Sejujurnya aku salut dengan kakak ipar. Dia bisa survive, meskipun sudah lepas dari andil bantuan keluarga. Andre memiliki perusahan di bidang IT, ia sangat suka menciptakan game yang digandrungi banyak kalangan.Aku berdiri di samping Aiden, dengan keluarga Aiden yang menyayangiku, terutama Oma, Mama Rita, dan Papa
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

36

Setelah meninggalkan perayaan pernikahan, aku dan Bik Asih memasuki kamar Aiden. Sedangkan kamar pribadiku di tempati Mama dan Papa Mertua. Sangat nahas karena kami tidak nyaman satu sama lain.“Bik, apa tidak ada pakaian yang lain?” tanyaku pada Bik Asih yang tampak gembira melihatku memakai gaun merah berenda yang sangat terbuka.“Maaf, Non. Tidak ada pakaian lain.” Aku bisa melihat wanita paruh baya itu sedikit terkekeh. Tak berselang lama, lelaki tampan yang minus nyebelin masuk ke dalam kamar dengan ekspresi datar. Bik Asih yang baru selesai menyisir rambutku segera undur diri.“Jangan melihatku,” ujarku datar pada Aiden. Lelaki itu terlihat berusaha menyembunyikan dehamannya. Tanpa berlama-lama, ia memasuki kamar mandi dan terdengar gemericik air dari dalam.Aku memilih merebahkan tubuhku di bawah selimut tebal. Sengaja ku besarkan AC yang ada di ruang ini agar tidak keluar dari balik selimut.Aiden yang selesai membersihkan diri, tanpa banyak bicara, melirik ke arahku dan berj
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

37

Aku bisa merasakan suamiku berubah menjadi lebih pendiam. Aku pun paham jika situasi yang dihadapi tidaklah mudah. Ia harus menahan diri agar tidak menemui Wendy, supaya Mama Mertua berhenti menganggu pujaan hatinya. Ditambah tujuannya belum juga terlihat ujungnya. Ini sudah satu bulan lebih aku tidur sekamar dengannya.Tak ada kontak fisik berarti, karena yang dilakukan pria itu hanya berangkat sepagi mungkin dan pulang selarut mungkin.“Apa kamu tidak capek berangkat pagi pulang malam?” tanyaku sedikit terusik melihat penampilannya yang tampak lelah.“Tidak. Hasil yang aku dapat dengan menambah jam kerja sangat efektif menambah laba perusahaan.”Aku menghela napas. “Se-work holic itu kah, kamu?”“Bisa dibilang begitu. Aku tidak bisa menemui kekasihku, jadi aku harap kamu bisa mempercepat belas kasih keluarga untuk segera menurunkan warisan.”“Sebenarnya, warisan apa yang ingin diberikan keluargamu?”Aiden bergumam sejenak, matanya menerawang jauh ke ufuk timur. “Semacam jimat, dan b
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

38

Setelah pembicaraan semalam, pagi hari aku mendapat telepon dari Mama Mertua untuk berkunjung di rumahnya. Aiden yang terlanjur berangkat kerja dipaksa izin, karena ada hal penting yang ingin mereka sampaikan di kumpulan keluarga inti. Entah apa yang akan dibicarakan dalam pertemuan ini, aku tidak bisa merabanya. Semoga saja informasi yang baik, sehingga tidak akan merugikanku sebagai pendatang dalam keluarga ini.Aku berangkat terpisah dengan suamiku. Mama Mertua sengaja menyiapkan supir tersendiri untukku. Keluarga Aiden sangat perhatian dan pengertian. Ini adalah satu-satunya yang membuat aku merasa nyaman. Semoga saja menjadi salah satunya, dan ada hal lain yang lebih membuatku aman.“Sayang, Mama sengaja ngasih taunya mendadak. Maaf ya, jadi kesannya Mama sembunyikan kamu dari keluarga. Ada Sesuatu penting yang memang harus Mama dan Oma jaga.”Aku semakin penasaran dengan apa yang akan disampaikan mertuaku. Apalagi, keberadaanku dirahasiakan dari keluarga lain. Saat memasuki ruma
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

39

Dari arah ruang makan, bisa kudengar suara Mama Rita yang menggelegar. “Dea, Aiden, Mama tau kalian pengantin baru dan ingin menghabis banyak waktu bersama. Tapi sekarang berkompromilah dengan kami, Sayang. Ayo, ke sini dan nikmati makanan yang Mama siapkan,” teriaknya membuat aku dan Aiden tertohok.“Ups. Sepertinya kita terlalu lama bersama,” ujarku segera menemui keluarga suamiku. Ekspresi Aiden masih datar, tetapi saat duduk di meja makan ia sedikit memaksakan senyum agar suasana semakin melunak dan hangat.Oma duduk di ujung meja, seperti biasa, dengan sikap tenangnya yang penuh wibawa. Di sebelahnya, Mama Rita tampak sibuk mengarahkan pelayan untuk menambahkan makanan di piring anggota keluarga. Suara gemerincing peralatan makan yang sesekali terdengar terasa menenangkan.Setelah beberapa saat makan dalam keheningan, Oma membuka percakapan dengan senyum lembut di wajahnya. “Dea, sayang, bagaimana kehidupanmu bersama Aiden akhir-akhir ini? Kalian terlihat lebih tenang belakangan
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

40

Setelah makan siang selesai. Aku dan Aiden pamit pulang. Sedari tadi, Mama Rita dan Oma menyindir kita untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama.“Aiden, kurangi lembur di kantor. Mama dengar, kamu sering lembur sampai membuat pegawai dan sekretarismu mengeluh.”“Ma, aku lembur juga demi perusahaan kita. Mama bisa lihat laporan bulanan beberapa perusahaanku, kan? Progress kita meningkat pesat, Papa saja senang melihat hasil kerjaku,” jawab Aiden yang diselipin kesombongan diri akan keberhasilannya memperbesar perusahaan.“Iya, Mama tau itu, Nak. Tapi work balance itu perlu, apalagi ada Dea di rumah. Masa kamu tinggalin terus.” Mama mertuaku semakin gencar memprotes putra bungsunya.“Ma, kita sudah menghabiskan waktu yang cukup. Apalagi kita tidur bersama, di kamar yang sama.”“Itu kan baru-baru ini! Bisa dihitung, kamu ini keras kepala banget.” Emosi Mama Rita tersulut mendengar jawaban Aiden.“Iya, iya. Habis ini aku mau cuti beberapa hari, dan menghabiskan waktu bersama istriku.
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status