Home / All / Ms. Manager And Her Brother / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Ms. Manager And Her Brother: Chapter 51 - Chapter 60

130 Chapters

Gagal Diet

    Langit kota G sudah mulai menggelap. Titik bintang berpendar di langi pun mulai bermunculan. Ethan berjalan di bawah sana sambil memanggul tas selempangnya. Hari pertama bekerja tidak terlalu melelahkan baginya karena tidak ada pekerjaan lain selain stok opname obat dan menangani luka kecil pada anak-anak akibat hiperaktifnya.     Sesaat kemudian, langkahnya terhenti lalu memandang ke langit cerah penuh bintang. Mengembuskan napasnya perlahan. Indah. Hanya itu kesan yang Ethan dapatkan melalui matanya pada benda langit itu. Puas dengan langit, Ethan lantas mengalihkan pandangannya ke depan. Terlihan mobil van yang dia kenal masih buka. Kebetulan sekali, perutnya lapar dan menurut permintaan bagian tubuhnya itu yang meminta untuk dipenuhi. Ethan mendekat ke van burger langganannya itu. Hanya ada Tirta di balik konter yang sedang melayani seorang pria berpakaian f
Read more

Kesepakatan Rosie Dengan Dicky

Padahal belum masuk musim penghujan, tapi langit Kota G diselimuti awan yang agak mendung. Sore yang seharusnya masih sedikit menyengat pun jadi teduh. Jalanan kota G yang agak ramai oleh sebagai besar pejalan kaki dengan tujuan kemanapun mereka ingin. Dari balik kaca cafe, Rosie sedang menunggu seseorang masih dengan pakaian formalnya. Manajer pemasaran Absolute Beauty Chemical itu dengan sabar menunggu Dicky sambil sesekali menyeruput cappucino panas yang sudah mulai dingin karena paparan udara di dalam ruangan itu. “Maaf menunggu lama,” sapa seorang pria yang tiba-tiba saja datang. “Ah, tidak. Saya juga belum lama. Silakan!” Rosie mempersilakan pria itu duduk di kursi yang berseberangan dengannya. “Mau pesan apa?” tawar Rosie. “Tidak usah repot-repot, Manajer Rosie.” Dicky menolak halus. “Baiklah kalau begitu. Langsung saja ke intinya. Ada apa ingin ketemu saya?” tanya Rosie. “Anu … tentang masalah Youth Serum.” Dicky menelan salivanya, mengambil jeda sesaat. “Apa P
Read more

Pertemuan Rosie dengan Lee

Lampu ruangan privat di sebuah restoran keluarga sedikit remang. Restoran yang dipilih oleh Lee untuk mengadakan pertemuannya dengan Rosie malam itu setelah sempat tertunda karena berbenturan dengan jadwal Rosie. Hanya mereka berdua. Rosie menempatkan dirinya sebagai perwakilan Absolute Beauty Chemical sengaja tidak mengajak rekan lainnya. Bukan tanpa alasan Rosie melakukan itu, melainkan dia ingin membuktikan kecurigaannya pasca penuturan Dicky tempo hari. Apakah Lee benar-benar ingin menghancurkan dirinya atau benar akan menanam modal. “Senang bisa bertemu lagi, Manajer Rosie,” sapa Lee. Tangan pria itu menuangkan bir ke dalam gelas untuk Rosie. “Iya. Saya pun masih gak nyangka kalau kita akan bekerja sama dalam hubungan bisnis nantinya." Rosie tersenyum tipis. “Silakan!” Lee menyodorkan bir dalam gelas ke dekat Rosie. “Terima kasih. Seharusnya saya yang menuangkannya.” “Tidak masalah. Kedepannya kita akan bekerja sama, kan?” Lee mendekatkan gelas ke depan bibirnya.
Read more

Mimpi

  Rosie langsung merebahkan tubuhnya di atas king size. Bukan hanya kepalanya yang terasa berat, tapi juga seluruh badannya pegal. Perlakuan Lee tadi masih tergambar segar di kepalanya itu. Tok! Tok! Tok!       Ketukan di pintu membuyar dirinya dari lamunan. “Kak, aku masuk ya!” Suara Ethan terdengar dari luar pintu kamarnya.“Ini sudah jam malam. Kamu gak boleh masuk.” Rosie menyahut.“Ayolah, sekali saja Kak!” Ethan memaksa seraya terus mengetuk pintu.     Rosie bangkit dengan malas melangkah ke pintu. Soso
Read more

Kabar Dari Dicky

Cahaya matahari masuk melalui ventilasi kamar. Perlahan kelopak mata itu bergerak-gerak lantas perlahan terbuka. Rosie bangkit dari posisinya lantas mengusap wajahnya, menguap melepaskan sisa rasa kantuk. “Kyaaaa!” sontak dia berteriak lantas refleks menendang pantat Ethan hingga adiknya itu terjungkal ke lantai. “Aduh!” lenguh Ethan seraya manahan sakit di badannya yang seakan mengambalikan alam bawah sadar dari kelananya. “Apaan sih, Kak!” protes Ethan. “Ke-kenapa kamu telanjang dada begitu?” Rosie menutup wajahnya. “Semalam gerah, tahu.” Ethan juga tidak ingat bagaimana dia bisa bertelanjang dada. Memori terakhir yang bisa dia tangkap atas kejadian semalam hanyalah sedang menenangkan kakaknya lalu ketiduran di atas king size. “Cepat pakai bajumu!” ucap Rosie seraya melemparkan baju kaos Ethan yang tepat mengenai dadanya. “Jam? Ini jam berapa?” Rosie panik buru-buru meraih smartphonenya. Matanya mendelik sebentar lantas melompat dari atas king size setelah menyadari d
Read more

Dua Lembar Foto

[Saya Dicky] Rosie memperbaiki posisi duduknya. Memasang telinga menanti kabar apa yang akan diberikan Dicky hari ini. "Ya, ada apa?" [Saya sudah tahu siapa orang yang kemarin datang kepada saya] “Siapa?” [Setelah saya cari tahu, pria berparas Korea itu adalah] Dicky tidak melanjutkan kata-katanya. Membiarkan Rosie penasaran untuk beberapa saat. [Lee Jung Gi] Pupil mata Rosie membeliak mendengar nama yang tak asing baginya. Kecurigaannya hari ini terbayar oleh informasi yang dibawa Dicky. “Apa lagi yang kamu ketahui tentangnya?” Rosie menggali lebih dalam tentang Lee. [Putra tunggal seorang pengusaha kosmetik juga, tapi mereka masih menjual produk di seputar Korea Selatan saja] Sesuatu seakan menghujam dada Rosie. Pria mengaku ingin menanam modal di perusahaan tempatnya bekerja itu ternyata juga anak pebisnis di bidang yang sama ternyata sedang berusaha masuk untuk menghancurkan dirinya. “Kalau begitu, tentang formula apa ada yang Pak Dicky ketahui?” [An
Read more

Mario vs Rosie

"Bisa saja di balik ini semua Minoru san sedang merencanakan sesuatu." Rosie mulai memasang kecurigaannya pada Mario. Matanya tidak teralihkan dari lembar foto di atas meja kerjanya itu."Ya, bisa jadi begitu, tapi Manajer Rosie ..." Bu Diar perlu jeda sebelum melanjutkan kalimatnya. "Kalau Pak Mario merencanakan ini semua, bukankah itu malah jadi skandal perusahaan?""Benar!" Rosie menjawab singkat."Apa kita bilang ke Pak Harwan saja?" Bu Diar menyarankan. Rosie kembali menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi hidrolik. Tempat ternyaman bersandar dari semua masalah pekerjaan. Rosie mengembuskan napasnya setelah itu. "Sebaiknya jangan dulu. Pak Harwan adalah ayah Minoru san. Bukan tidak mungkin beliau akan membela Minoru san." Rosie berkomentar. Sebagai mantan calon menantu, Rosie hapal betul bagaimana sifat Pak Harwan dalam membela Mario jika putra presdir itu salah. Salah satu alasan Mario tidak bisa menjadi seorang pemimpin."Tapi, bukannya Pak Harwan itu adalah orang yang
Read more

Sentimental Yunri

"Lagi-lagi kamu hanya menganggur!" Yunri masuk ke klinik. Gadis itu mendapati Ethan sedang bersandar di kursi hidrolik."Aku gak nganggur.""Lantas itu namanya apa?" Yunri memiringkan kepala memerhatikan kegiatan Ethan yang daritadi terlihat santai."Kenapa sih kamu sensitif banget sama aku? Padahal aku lagi kerja juga, ini." Ethan berkilah. Dia memang tidak mengerjakan apapun selain menunggu kedatangan pasien hingga jam istirahat pertama ini. Kemungkinan akan seperti itu hari-harinya."Heran, apa sih kontribusimu buat yayasan ini. Bisa-bisanya Pak Clayton memperkerjakanmu." Yunri mendekat ke meja kerja Ethan."Baiklah. Kamu ingin lihat aku kerja, kan?" Ethan menantang. Sementara Yunri memasang ekspresi datar menantikan apa yang akan dikerjakan Ethan."Kalau begitu, apa sudah kamu selidiki tentanga anak itu... siapa? Le Regar." Ethan menyahut."Apa urusannya denganmu?" Yunri kali ini kembali terheran."Kalau gak bisa lihat aku nganggur, silakan lakukan itu." Ethan mendekat ke arah Yunr
Read more

Dyslexia

Yunri masih saja membolak-balik kertas itu, lantas seorang rekan kerjanya yang mendapati Yunri sedang kebingungan menghampiri.“Kenapa, Yun?” tanya rekan wanitanya itu.“Tidak apa-apa.” Yunri sebisa mungkin menyembunyikan ekspresinya.“Yakin?” tanya rekannya lagi.“Iya, jangan khawatir.” Yunri berkilah.“Ya sudah kalau begitu.” Rekannya pun kemudian berlalu. Jam ketiga sampai jam terakhir hari ini, Yunri tidak mengisi kelas. Pikirannya saat ini sedang bimbang. Sebagai seorang pendidik, tentu saja dia tidak ingin Le Regar terus ada titik ini. Bisa-bisa anak itu akan dibully habis-habisan jika dia tidak bisa membaca dan tulisannya kacau. Atau bahkan ini akan mempengaruhi masa depan Le Regar sendiri. Yunri memijat ujung alisnya, tentu saja kepalanya tidak sedang sakit. Dia menghembuskan napasnya perlahan dalam kebingungan yang tengah dia rasakan sekarang. Hanya Ethan yang bisa dia andalkan untuk masalah ini. Buru-buru dia mengambil buku tugas dan lembar ujian Le Regar. Suara
Read more

Yayasan Berkedok Bisnis

"A-apaan, sih Ethan? Jangan pegang-pegang!" Yunri menarik tangannya. Namun, dia tidak bisa menyembunyikan rasa malunya. Pipinya merona. Ethan lagi-lagi mengembangkan senyumnya. "Pokoknya, kita pasti bisa bantu Le." Ethan menjawab."Tapi, pihak yayasan mau bantu gak ya untuk biaya pemeriksaan Le?" Wajah merona Yunri berubah menjadi khawatir. "Memangnya tidak ada dana khusus untuk itu?" tanya Ethan."Setahuku hanya ada biaya untuk MCU. Itu pun untuk anak-anak baru yang tergolong dalam keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah." Yunri mengingat tentang biaya kesehatan untuk anak-anak di yayasan. Sepengetahuan dan sepengalaman selama dia bekerja di Yayasan Pundak Kanan."Yah, umumnya sih ditanggung keluarga, tapi kan di sini sebagian besar anak-anak yatim-piatu." Celotehan Ethan membuat Yunri mendelik ke arahnya. Menyadari dirinya telah salah bicara, Ethan lantas mengela napas pelan."Maaf, bukan maksud aku." Ethan berkilah."Kalau begitu, nanti kubicarakan dengan Pak Clayton. Siapa t
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status