All Chapters of Pembantu Kaya Tuan Tampan: Chapter 111 - Chapter 120

134 Chapters

PART 111 KEBENARAN

Lala terbangun cukup pagi. Gadis itu mencari keberadaan ponselnya. Dia masih mengingat dengan baik, semalam video call dengan Glenn sampai ketiduran. Gadis itu mengecek pesan di ponselnya. Herannya tidak ada satu pun pesan dari Alan. Biasanya dia tidak pernah lupa mengirim pesan, sekedar mengingatkan selamat pagi atau bertanya tentang agenda setiap harinya.Kecewa?! Tentu saja tidak. Lala hanya sedikit heran saja.Kepalanya sedikit pusing mungkin karena terlalu banyak menangis semalam. Entah apa yang membuatnya bisa menangis sejadi-jadinya di depan Glenn.Setelah rutinitas dari kamar mandi Lala menuju dapur. Tentu saja mencari Bi Narti.“Non Lala sudah bangun?” Pertanyaan yang tidak perlu sebenarnya. Jelas-jelas Lala sudah bangun mengapa harus ditanyakan lagi? Tetapi entahlah kebiasaan berbasa-basi tampaknya masih menjadi budaya.Lala mengangguk dan duduk di samping Narti.“Mau masak apa, Bi? Biar Lala bantu.”
Read more

PART 112. PENGKHIANAT

Lala terpaku demi melihat pemandangan menyedihkan ini. Bahkan sedikit pun tidak terpikirkan olehnya, jika dua orang yang begitu dekat dengannya itu tega menikamnya dari belakang. Lidahnya terasa kelu untuk berucap. Tubuhnya mendadak lemas dan gemetar. Air mata datang secara sukarela tanpa harus diundang, dalam sekejap saja pipi itu sudah basah. Lala tidak bisa menjaga dirinya untuk tegar.“La, aku bisa menjelaskan!” Alan berucap sambil memungut bokser hitam yang tergeletak di ujung ranjang, kemudian mengenakan secepatnya.Sementara Dewi memilih membungkus tubuhnya dengan gulungan selimut. Dia juga kelihatan shock hingga bingung harus berbuat apa lagi selain menyembunyikan rasa malunya.Kamar Alan tampak kacau, baju Dewi berserakan di lantai bahkan perangkat dalamnya pun terpampang di sana. Bersanding dengan singlet Alan. Pemandangan yang begitu menyakitkan buat Lala.Sementara Daniel cukup peka untuk mendampingi Lala dan secepatny
Read more

PART 113. BERHENTILAH MENANGIS

Berhati-hatilah dengan seseorang yang kamu percayai. Pengkhianatan selalu datang dari orang yang kita percayai. Jika bukan dari orang yang kamu percayai itu bukan pegkhianatan namanya. Pisau ditancapkan secara perlahan dari belakang, supaya sempurna luka yang dihasilkan. Saat kamu menoleh lalu tersadar dan tetap bertahan seakan kamu baik-baik saja, agar pisau tak menggores lawan. Karena dia adalah orang yang kamu kenal adalah hal yang menyakitkan.Seperti itulah gambaran hati Lala. Rasa sakit hati dan kecewa lebih besar dan menguasai dirinya. Bahkan hatinya menolak memaafkan mereka untuk saat ini.“Berhentilah menangis, air matamu terlalu berharga dikeluarkan demi pengkhianat itu,” hibur Daniel sambil terus menyetir mobilnya, dan sesekali menoleh ke arah Lala. “Jika kamu bersedih, maka mereka akan tertawa!” imbuhnya lagi.“Apa aku terlalu bodoh ya, Niel,” tanya Lala pelan masih di antara isaknya.“Bukan kamu yang
Read more

PART 114. MEREPOTKAN

Lala mendongak demi bisa menatap mata hazel dari pria di depannya, “Glenn! Mengapa kamu ada di sini?” ucapnya heran. “Jangan biasakan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan! Aku tanya siapa dia?” “Itu bukan urusanmu! Mengapa selalu saja kamu ikut campur?” “Tentu saja aku ikut campur! Jika kamu di sakiti laki-laki lain ujung-ujungnya aku yang repot! Apa kamu lupa semalam kamu menangis, sampai tanganku pegal karena terus memegang hape demi memperhatikanmu!” “Oh jadi nyesel?!” “Iya dong kamu harus tanggung jawab!” “Maksudmu?” “Pijitin aku!” “Nggak mau!!” sahut Lala. Tiba-tiba Narti datang, dalam langkah tergesa menghampiri mereka. “Astaga! Mengapa ribut-ribut di luar! Ayo masuk dulu kita bicara di dalam!” ajak Narti. Kemudian menarik ke duanya untuk masuk. Sampai ruang tamu baru melepaskan tautan tangan mereka. “Sekarang kalian duduk bicara baik-baik, nggak pakai emosi nggak pakai teriak, bibi buatkan minuma
Read more

PART 115. JANGAN GANGGU DULU

Lala menatap laptopnya, menyusuri larik demi larik kalimat. Memeriksa kembali sebelum memutuskan mengunggahnya ke platform. Manik itu tampak fokus sesekali jemarinya menari di atas keyboard. Mengedit dan menambahi beberapa kata agar enak jika dibaca.Menulis bukan hanya pekerjaan baginya tetapi sudah seperti nafasnya. Ketika dirinya tidak sanggup menyampaikan apa pun maka tulisan adalah pelariannya.Pintu diketuk beberapa kali oleh seseorang. Siapa lagi kalau bukan Narti mengingat mereka hanya tinggal berdua. Berbeda dengan Kardi sang sopir. Dia tidak tinggal di rumah itu dan memilih tinggal dengan anak istrinya. Akan tetapi Kardi selalu datang tepat waktu sesuai jam kerjanya.“Masuk, Bi!” sahut Lala tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop di depannya.“Non Lala belum tidur?” tanya Narti. Seperti biasa pertanyaan basa-basi yang ia lontarkan.“Aku belum ngantuk BI, Bibi tidur duluan, gih!”“Bibi ju
Read more

PART 116. KITA KE MANA?

 “Katanya penting, Non. Mas Alan sampai memohon-mohon, aku nggak tega,” ucap Narti.Lala mendesah kasar, kemudian menutup laptopnya.“Baiklah, Bi. Tolong bilang Alan suruh tunggu sebentar, nanti aku turun,” ucap Lala.Setelah Narti keluar Lala beranjak memilih baju yang lebih pantas. Karena dirinya kali ini hanya menggunakan hotpant dan tangtop tipis. Tentu saja dia tidak mau tampil seperti itu di depan Alan.Lala memilih blouse oversize warna gading dipadu dengan legging hitam. Kemudian mengenakannya. Setelah itu menyisir rambutnya sebentar dan berkaca memeriksa kantung matanya. Masih banyak sisa bekas menangis di sana. Tetapi bukankah setiap masalah harus dihadapi? Ya. Lala harus menghadapinya meskipun rasa sakit masih terasa.Gadis itu turun dari tangga dan melihat Alan sudah duduk di sofa ruang tamu dengan tangan bertaut dan pandangan menunduk.“Hei, Al,” sapa Lala kemudian duduk di depan
Read more

PART 117. JEBAKAN

Alan membuka pintu mobilnya dan segera turun. Sementara Lala masih tampak bingung, Villa ini begitu sepi! Apakah benar di dalam sana ada Dewi yang sedang disandra penculik? Keadaan sudah gelap. Hanya ada beberapa lampu yang menerangi Villa tersebut.Lala bahkan tersentak, saat pintu mobil itu terbuka.“Kamu jangan turun dulu, La! Aku akan melihat keadaan jika aman nanti aku akan mengabarimu,” pesan Alan pada Lala dan tanpa menunggu jawaban Lala, Alan Kembali menutup pintu mobil dan pergi menuju Villa. Lala menutup wajah dengan kedua tangannya sesaat. Kemudian membukanya dan memberanikan diri memperhatikan Kondisi Villa. Cukup sepi, dan tidak ada mobil lain di depan Villa, namun nampak sebuah motor terparkir di sana.“Hah?! Apa mungkin penculiknya hanya memakai sepeda motor?” gumam Lala sedikit heran.Terlihat Alan berjalan mendekati pintu Villa. Pintu itu terbuka, kemudian Alan berbicara dengan seseorang. Dari kejauhan
Read more

PART. 118. HENTIKAN

“Hentikan atau kau akan menyesal!” teriak Lala, dengan memiringkan kepalanya menghindari serangan Alan. Kemudian entah dapat kekuatan dari mana Lala menendang pusat senjata laki-laki itu, hingga Alan mengaduh seraya melepaskan kedua tangan Lala.Kesempatan bagus digunakan Lala untuk melarikan diri, gadis itu bergegas menuju pintu dan hendak membukanya, tapi sungguh sayang pintu terkunci. Lala memukul pintu itu sekuat tenaga.“Tolong ...!! Tolong ...!!” teriak Lala dengan sisa-sia energinya. Tubuh Lala bergetar hebat disergap takut. Bahkan dirinya tidak menyangka jika Alan bisa selicik itu. Jiwanya merasa direndahkan dan harga dirinya merasa diinjak-injak. Lala berjanji jika bisa keluar dari tempat ini tidak akan memaafkannya.Gadis itu juga berjanji jika Alan Sampai merenggut mahkotanya, Lala tidak akan Sudi menjadi istrinya.“Tolong ...!!!” teriaknya sambil terus meggedor pintu itu. Tubuhnya semakin menggigil takut kal
Read more

PART. 119. PERTOLONGAN

Gleen menarik kembali Lala dalam pelukannya, berjanji dalam hati akan selalu melindunginya dan tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti walau seujung kuku pun.Dalam pelukan itu Glenn merasakan getaran masih begitu hebat. Terang saja Lala shock karena seumur hidupnya belum pernah diperlakukan sekasar itu. Glenn menciumi pucuk kepalanya dan terus mengelus punggung gadis itu. Tetapi sayangnya itu tidak meredakan tangis gadis itu bahkan terdengar semakin hebat.Glenn melepaskan pelukannya, mengangkat dagu Lala dengan lembut, kemudian bertanya. “Katakan di mana dia tadi menyentuhmu?” lirih Glenn. Bukan pertanyaan yang baik rupanya karena itu malah memicu air mata Lala kian menganak sungai.“Apa dia menyentuh ini,” ucap Glenn seraya mengusap bibir Lala lembut. Ditanya seperti itu kejadian beberapa saat yang lalu kembali berputar di otak Lala. Masih teringat jelas bagaimana Alan memaksanya, bahkan karena tidak mendapat balasan Alan bertambah k
Read more

PART. 120. LUPAKAN EGO

Pandangan semua yang ada di ruangan itu terfokus pada Rega. Mereka begitu kaget demi mendengar kalimat yang baru saja terlontar. Glenn mendorong Rega kasar hingga tubuh Rega mundur beberapa langkah, “Maksudmu apa, Ga?! Jangan ngomong sembarangan dengan menyebarkan berita bohong demi menyelamatkan pengecut itu!” “Dia memang adikmu! Aku tidak bohong!!” tegas Rega dengan pandangan tidak kalah tajamnya. “Drama apalagi yang mau kamu tampilkan, Ga?! Aku masih mengingat dengan baik! Mama hanya mengandung dua adik perempuanku, dan tidak ada adik yang lain! Jadi berita yang kamu bawa itu sungguh tidak lucu!” bantah Glenn. “Maksudku, kalian saudara satu Ayah! Maaf aku tadi salah bicara,” ucap Glenn dengan menurunkan nada suaranya. Glenn masih dalam mode tidak percaya dengan ucapan Rega, bahkan Glenn berpikir itu semua hanya akal-akalan Rega saja untuk membuatnya jatuh kasihan pada Alan dan menghentikan pukulannya. Rahang Glenn mengetat, tanggany
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status