Home / Romansa / Pungguk Merindukan Bulan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pungguk Merindukan Bulan: Chapter 11 - Chapter 20

115 Chapters

Kalang Kabut

"Derya, saya ada tugas untuk kamu sore ini!" cakap Menir Hank dengan ketegasan yang mencapai puncaknya. "Bisa, kamu ke rumah sebentar?" Mendengar percakapan malaikat kecilnya di telepon tadi, beberapa menit yang lalu membuat kesabaran Menir Hank tergerus habis. Meskipun suara Kama tak begitu jelas terdengar tapi Menir Hank bukanlah seorang ayah yang bodoh. Dia tahu, kalau sebentar lagi Seika akan berangkat ke Green Garden Resto untuk bertemu dengan Kama, tentu saja. "Baik Menir, saya segera ke sana." sahut Derya sambil terus memikirkan kemungkinan yang akan terjadi. Meraba-raba dia seperti seseorang yang membeli kucing dalam karung. Bukan apa-apa. Suara Menir Hank terdengar seperti orang murka, cukup membuat gentar. "Bagus, saya tunggu di rumah ya Derya?" "Baik, Menir. Tapi maaf sebelumnya Menir, kira-kura tugas apa yang akan Menir berikan kepada saya?" "Ah Derya … Seperti itu saja kamu tak tahu? Ck, yang jelas ini ada kaitannya dengan Kama. Sampai di sini kamu paham?" "Oh ba
Read more

Mata-mata Papa

"Derya, bagaimana bisa dia ada di sini?" tanya Seika begitu turun dari mobil dan melihat Derya sedang berjalan cepat menuju meja nomor empat yang berarti meja yang sudah dia pesan untuknya dan Kama. "Apa jangan-jangan selama ini Derya memata-matai kami? Oh, apakah dia bekerja untuk Papa? Ugh, sial!" Secepat kilat, Seika menutup pintu mobil lalu menguncinya. Meninggalkan area parkir dengan meminjam kecepatan cahaya. Prinsipnya, dia harus lebih dulu sampai di meja nomor empat. Titik. Oleh karena itu, dia melepas sepatu high heels cantik yang dipakai demi bisa berlari ke sana. Bukan apa-apa. Masalahnya, untuk apa Derya menemui Kama? Pertanyaan itulah yang mendesak masuk ke dalam benaknya. "Kama emh selamat malam, apa kabar?" Beruntung Seika sampai di tempat Kama menunggunya terlebih dahulu dari pada Derya. Tidak sia-sia dia sampai melepaskan sepatu, menyingkapkan gaun malam berwarna merah maroon polos dengan renda merah jambu di bagian bawah, pinggang, depan dada dan pergelangan tang
Read more

Trik Licik Menir Hank

Message From: Hiranur [Bang Derya, maaf Hira ganggu] [Abang sudah istirahat?] Secepat kilat Derya membalas pesan Hiranur, berharap penuh semoga dia benar-benar bisa dijadikan rangkaian bom untuk menghancurkan hubungan Seika dan Kama. Boleh saja Hiranur menolak dengan alasan kemanusiaan dan perasaan cinta tapi Derya yakin, lama kelamaan Hiranur akan luluh juga. Cinta akan selalu berjuang demi mendapatkan kerajaannya, bukan begitu? Message to: Hiranur [Belum] [Ada apa, Hira?] [Ada yang bisa Abang bantu?] Untuk beberapa saat lamanya, ponselnya senyap. Tak ada lagi balasan pesan dari Hiranur. Jadi, Derya memutuskan untuk pulang. Siapa tahu setelah tiba di rumah nanti, ada banyak pesan penting dari Hiranur. Intinya dia takkan pernah menyerah. Terlepas dari kemungkinan besar Menir Hank akan memberhentikan pekerjaannya di Real Publishing atau hal yang lebih mengerikan dari pada itu tapi semangat Derya masih hangat. Masih ada baranya meski tak banyak. Tinggal disiramkan bensin lalu
Read more

Terusir

"Bedank je, Kama!" (Terima kasih, Kama!) ungkap Seika malu-malu tapi bahagia sekaligus tersanjung, saat Kama membukakan pintu mobil untuknya, "Tot ziens!" (Sampai jumpa!) Kama mengangguk kecil. Menyibakkan poni ke belakang, melepaskan senyum paling manis dari yang dia miliki. "Tot ziens, Seika!" Penuh perasaan cinta, Kama menutup pintu mobil. Legalah sudah seluruh perasaan karena semua permasalahan dengan Seika sudah selesai. Kesalahpahaman itu sudah sirna, berganti dengan kebahagiaan yang baru. Mereka sudah sama-sama berjanji, ke depan akan lebih hati-hati dan waspada lagi. Jangan sampai lengah sehingga mudah luluh lantak oleh emosi. "Janji ya Seika, kalau ada apa-apa sama kamu langsung kasih tahu aku, ya? Nggak perlu malu, sungkan atau apa. Ya? Aku nggak akan marah kok, sungguh." pinta Kama setelah Seika mengungkapkan dengan terbuka dan jujur tentang masalah yang sempat terjadi. "Seika ingat ya, kita kan sudah berkomitmen untuk jangan ada rahasia di antara kita. No secret between
Read more

Terus Mencari Celah

"Papa jahat!" jerit Seika tertahan. Air matanya meleleh hangat di pipi. Napas terengah-engah oleh karena amarah yang berdesakan di rongga dada. Bingung, kecewa sekaligus sakit hati oleh karena sikap Menir Hank yang semakin aneh. Tempo hari, meminta bantuannya untuk menerima William bekerja di Seikamara Publishing. Kenapa tidak dipekerjakan di Real Publishing saja? Nah, malam ini? Tidak ada isyarat apa pun tahu-tahu menugaskan Pak Raka untuk memeriksa mobilnya. Apa itu, apa? Belum lagi tentang keberadaan Derya di Green Garden Resto tadi. Itu sungguh memeras otak sekaligus menggerus segenap perasaan Seika. "Mama, Papa jahat!" bisik Seika lirih di antara air mata yang terus melinang. "Papa sudah berubah, Mama. Apa salah Kama? Bahkan sekarang ini Kama sudah menjadi orang yang sukses. Bukan hanya di Seikamara Publishing tetapi juga di usaha kuliner yang dibangunnya sendiri. Mungkin Papa belum tahu tapi kenapa harus seperti ini, Mama? Serendah itu berpikir tentang kami. Papa pikir, Seik
Read more

Kencangkan Tali Kekang

"Emh Derya, aku turun di sini saja, ya?" Welas meminta dengan segenap konflik melanda jiwa. "Ini sudah malam, Papa sudah pulang dari rumah sakit. Aku takut." Jelas Welas berbohong, karena alibi yang sebenarnya adalah keberadaan Seika di rumahnya. Tak perlu takut dengan Papa. Dia pasti bangga, akhirnya anak gadis introvert-nya ini bisa berteman baik dengan anak manusia berjenis kelamin pria. Satu hal yang selama ini dikhawatirkannya, tentu saja. Berbeda dengan Sekar yang bisa dengan mudah bergaul dengan siapa saja. "Ha, serius nih Las?" Derya memasang wajah terkejut, bingung sekaligus khawatir. Dia sampai menelisik wajah Welas yang mendadak bersemburat merah muda. "Kalaupun kamu serius, aku yang nggak bisa dong Las. Ya ampun, ini kan sudah malam? Nanti kalau ada apa-apa sama kamu, gimana? Apa papamu nggak tambah ngamuk sama aku nanti? Kan, aku yang udah ngajakin kamu makan malam sampai pulang kemalaman? Aduh Las, Las. Jangan gitu lah, aku anterin sampai rumah saja, ya?" Jauh di das
Read more

Memilih Pergi

"Tapi, Papa?" jelas, tegas dan dengan sikap berani Seika mengajukan protes keras. Menir Hank baru saja memberi tahu kalau mulai hari ini dia akan dikawal oleh Pak Raka, ke mana pun dia pergi. "Seika bisa jaga diri sendiri, Papa. Apa selama ini Papa pernah mendengar Seika celaka atau sejenisnya? Tidak kan, Papa?" Menir Hank tidak melontarkan secuil kecil kata pun sebagai jawaban. Hanya memandang wajah pucat Seika yang sudah basah oleh air mata. Sebenarnya dia tak sampai hati untuk melakukan semua ini tetapi harus. Derya sudah gagal menjalankan misinya jadi inilah cara paling sederhana yang bisa ditempuh sekarang. Setidaknya, sampai William tiba di rumah ini. Baru setelah itu Menir Hank akan menyusun langkah selanjutnya. "Seika juga bisa menyetir sendiri kan, Papa?" Seika terus berusaha membela diri. Dia tak mau terjebak, terkurung dalam kebijakan papanya yang dirasa kejam. Tentu saja. "Jadi jelas, Seika tidak membutuhkan Pak Raka!" Jumawa, Menir Hank memelintir kumis tipisnya. Memic
Read more

Mencari Rumah Baru

"Welas, bisa bantu aku sekarang?" Seika menyebarkan pandangan ke sekeliling, memastikan kalau semuanya dalam keadaan baik-baik saja. Terutama keputusan yang diambilnya ini adalah yang terbaik. Bukan hanya untuk dirinya sendiri dan Kama tetapi juga semua. Untuk apa terus bertahan di atas bara api? Jelas, dia tak mau terbakar. Masa depannya masih sangat panjang. "Aku butuh rumah kontrakan hari ini juga, Welas. OK, mungkin hari ini sampai beberapa hari ke depan aku bisa tinggal di ho---" "Sei … Ada apa, kamu kenapa?" kepanikan Welas sudah benar-benar mencapai puncaknya. "Kamu, perlu rumah kontrakan … Kamu pergi dari rumah? Ya ampun, kamu ada di mana sekarang, Sei? Aku susul kamu ya, sekarang?" Seika membenarkan letak ponsel yang terapit di antara telinga dan pundak kiri, takut terjatuh. "Oh ya, Welas. Aku di Titik 0 KM Jigja. Di tempat biasa." Untung Seika bisa cepat menguasai diri kembali, sehingga suaranya pun tak tersendat-sendat lagi. Gesture tubuh pun mulai terlihat tenang dan it
Read more

Sahabat Selalu Ada

Di tempatnya berdiri, tak terlalu jauh dari bangku Seika, Welas menahan napas. Hampir saja terpekik, menyadari siapa yang bersama sahabat dekatnya tadi. Antara takjub, bingung dan tak percaya dia menyebut nama milik teman sekelas mereka waktu SMA dulu. "Jendra … Kok, bisa ada di sini? Bukannya dia di Bali, ya?" "Wow, dunia memang penuh misteri, ya?" bisik kagum Welas pada diri sendiri. "Penuh dengan teka-teka. Emh … Wah, bakalan ada cinta lama bersemi kembali, nih? Jendra kan cinta berat sama Seika? Ups! Mikir apa sih, aku? Mana mungkin bersemi kalau nggak dapat media tanam yang tepat dan subur?" Secepat mungkin Welas mengatur diri, jangan sampai menumbuhkan kecurigaan dalam diri Seika. Bagaimanapun dia tahu, cinta Seika hanya untuk Kama. Ya, walaupun berarti pedih di hatinya tetapi jelas itu bukan kesalahan Seika. Bukan pula kesalahan Kama. Begitulah adanya alur kehidupan yang harus dijalaninya. Rasa cinta memang tak bisa dipaksakan, bukan? "Yang paling penting kan, sekarang sudah
Read more

Penyesalan Menir Hank

Seika menggeleng lemah. Sengaja dia tak memberitahu Kama tentang masalah ini. Bukan apa-apa. Baru saja mereka berbaikan semalam, setelah hampir tiga kali dua puluh empat jam dalam kesalahpahaman. Tentu saja, Seika tidak mau hal itu terjadi lagi, cukup yang itu saja. Walaupun dia yakin kalau Kama bukan tipikal orang yang mudah salah paham. Tetapi baginya mencegah selalu lebih baik dari pada mengobati. "Oh, sorry Sei …?" gumam Welas penuh dengan perasaan bersalah. Seharusnya dia berpikir lebih panjang lagi tadi sebelum akhirnya bertanya. Ingin rasanya menguncir bibir dengan ikat rambut, supaya tidak asal bunyi lagi. Oh, Welas benar-benar menyesal sekarang terlebih setelah Seika semakin tenggelam dalam sikap diam. Padahal diamnya Seika bukan karena pertanyaan Welas sama sekali, melainkan Menir Hank. Tak pernah menyangka sebelumnya kalau akan seperti ini kejadiannya. Selama ini dia berpikir, lama-kelamaan Menir Hank akan luluh dengan kesuksesan karir Kama di Seikamara Publishing. Bukank
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status