Home / Romansa / Misteri Bulan / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Misteri Bulan: Chapter 81 - Chapter 90

101 Chapters

Chapter 81. Rencana Yang Kandas

            Agil memutar otaknya, penjagaan di kamar Arif ketat, dia ragu bisa membebaskan Arif sendirian. Pikirannya melesat pada Umar, perawat RSJ. Tidak! Dia menggunakan Umar sebagai informan saja, lagipula Agil tak mau mengorbankan pekerjaan Umar, kasihan anak itu dia masih banyak tanggungan.            Dia memikirkan opsi lainnya. Cukup lama dia sibuk mengetik di ponselnya. Setelah urusannya selesai dia menoleh pada Chandra, tumben gadis itu pendiam tidak cerewet dan tidak banyak bercerita hal-ha lucu yang membuatnya tertawa. “Kamu sedang mikirin apa Nona cantik,” Agil menggerecokinya.            “Hiyaa… aku mah cantik dari dulu, kamu saja yang gak sadar,” jawab Chandra terkekeh. “Gil, apa kamu pernah memikirkan Bulan?” tanyanya serius.Agil memandang
last updateLast Updated : 2022-01-30
Read more

Chapter 82. Sangkaan Menyakitkan

            Hari sudah hampir larut malam ketika Agil dan Chandra tiba di apartemen Mirna. Agil langsung memberi tahu misi mereka gagal dan melaporkan apa yang mereka dapatkan pada Mirna.Wanita itu meremas tangannya, dia tampak terguncang setelah melihat video dan membaca hasil laboratorium yang dibawa Agil tentang Arif. Giginya gemeretuk menahan luapan amarah. “Wanita jahanam! Dia mau membunuh anaknya pelan-pelan!” rutuk Mirna.            Hati Mirna seperti diremas, bagaimanapun dia pernah berhubungan dengan Arif cukup lama. Setidaknya ada memori yang telah mereka rangkai bersama. Mata Mirna berpaling pada selendang biru yang tergeletak di sampingnya. Selendang itu adalah saksi cinta antara keduanya.            “Jadi apa rencana kamu selanjutnya?” tanyanya pada Agil. Sekua
last updateLast Updated : 2022-01-31
Read more

Chapter 83. Tante Mirna Menghilang

            Chandra mondar-mandir membuka laci di apartemen hingga tong sampah tuk mencari catatan Tante Mirna, tapi tak ada satupun jejak yang tertinggal yang mengarahkan kemana perginya wanita itu.  Gadis itu terduduk lesu di sofa sambil memegang kepala dengan kedua tangan, dia tak mengira otaknya bisa setumpul itu, tatapannya begitu keruh. Chandra menarik napas panjang.Kemudian dia menenggelamkan wajahnya ke bantal yang berada di sampingnya berharap ada secercah ide yang muncul di kepalanya.            Sudah berpuluh kali, Chandra memencet nomor Tante Mirna dan Agil, tapi ponsel keduanya tidak aktif. Ini sangat janggal! Setahunya Agil tak pernah mematikan telepon. Mungkinkah Tante Mirna pergi bersama Agil? Sepertinya tidak! Akalnya menelusuri kejadian semalam. Dia melihat bagaimana Agil sangat marah pada Tante Mirna sebelum dia pergi. Chandra berupaya
last updateLast Updated : 2022-02-01
Read more

Chapter 84. Dia yang Mencoba Mengambil Hati

            Chandra mencium tangan kedua perempuan itu dengan takzim. Tanpa disuruh, gadis itu langsung membantu membawakan belanjaan Bik Mar tetapi malah direbut oleh Farida.“Sini biar aku yang bawain, gak usah sok imut deh,” kata Farida ketus lalu dia mendorong tubuh Chandra hingga gadis itu terjatuh.Bik Marsinah yang melihat Farida memperlakukan Chandra dengan kasar langsung membentak Farida. “Taruh saja di situ, gak usah dibawa masuk.” Bik Marsinah membawa belanjaannya sendiri ke dalam pondok, mulutnya tak henti menggerutu.Sementara Ibu Agil melihat Farida sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Jadi perempuan jangan begar, bersikaplah manis biar disukai orang,” tegurnya pada Farida lembut.Dia lalu mendekati Chandra. “Apa kamu tidak apa apa cah ayu?” tanya Ibu Agil khawatir. “Ayo masuk, panas banget di luar,” ajaknya dengan sayang.
last updateLast Updated : 2022-02-02
Read more

Chapter 85. Kembali Ke Masa Lalu 1

            Mirna duduk di sebuah bar yang masih sepi. Bartender sekaligus pemiliknya, Frans sedang meramu minuman cocktail buat tamu spesialnya itu. Lelaki berbadan tegap dan berkepala plontos itu ekor matanya sesekali mencuri-curi pandang pada perempuan cantik yang duduk dengan anggun di depannya.Frans tak bisa menyembunyikan perasaan kagum dan cinta dalam tatapan matanya. Matanya berbinar bahagia.            “Aku selalu menunggumu duduk di sini,” katanya. Dia memperhatikan Mirna yang tampak gelisah dari tadi. “Ada masalah apa cantik?” tanya Frans lembut sambil menyodorkan cocktail classy ke Mirna.            Mirna mencicipinya. “Mmm negroni… enak! Sweet dan strong,” kata Mirna memuji. Dia menyesapnya lagi dan termenung sambil memainkan gelas di tangann
last updateLast Updated : 2022-02-03
Read more

Chapter 86. Kembali Ke Masa Lalu 2

            “Tidakkah kamu ingin sembuh Lilian? Aku mau membawamu ke rumah sakit. Soal biaya jangan khawatir aku mau menanggung semua biayanya,” bujuk Mirna.            Berulang kali Lilian meremas-remas tangannya. Kegetiran jelas tersirat dari sorot matanya. Wajahnya tampak pasrah, ia menggeleng pelan. “Tidak, aku tidak mau ke mana-mana. Biarkan aku di sini dengan keadaanku sekarang. Aku tidak mau merepotkan kamu,” jawabnya. Ujung hidungnya mulai memerah dan genangan air mata sedikit lagi jebol.            Mirna menarik napas panjang. “Kamu sakit, kamu perlu perawatan dokter. Lagipula aku tak bisa membiarkan kamu menderita begini. Bukankah kita berteman lama? Ayolah Lilian, ini demi kesembuhan kamu,” ucap Mirna meyakinkan Lilian.     &n
last updateLast Updated : 2022-02-04
Read more

Chapter 87. Tewasnya Teman Masa Lalu

            Mirna mengamati dokter cantik berkulit bersih dan segar itu dengan mata menyelidik. Ia mencoba mengingat wajah Bidan Santi. Ada keraguan merayap di hatinya. Ia seorang wanita yang memiliki trust issue, tak mudah baginya untuk mempercayai perkataan seseorang sebelum ada bukti.            Rupanya, Dokter Kartika menangkap ketidakpercayaan di mata Mirna. “Apakah Anda meragukan kalau saya anaknya Bidan Santi?”            Mirna mengiyakan.            Mau tidak mau Dokter Kartika membuka galeri ponselnya, dia memperlihatkan foto keluarga pada Mirna. “Wajah saya mirip dengan Papa. Apakah Anda percaya sekarang kalau saya adalah putri Bidan Santi?”          &n
last updateLast Updated : 2022-02-05
Read more

Chapter 88. Rahasia Nomor 9

            Mirna menggigil menahan kemarahannya, hatinya hancur berkeping-keping mendengar pengakuan Lilian. Ribuan sumpah serapah hendak ia lontarkan tapi tercekat di ujung lidah.  Dia sadar percuma juga dia berteriak mencaci maki Lilian, karena temannya itu telah terbujur kaku dan takkan pernah meresponnya.            Frans memeluk erat seraya mengusap punggung Mirna. “Aku tahu ini sangat berat bagimu Mir. Akan tetapi memendam dendam pada orang yang sudah meninggal juga tak ada manfaatnya. Maafkanlah Lilian, supaya jalannya tenang, kamu juga tenang.”            “Bagaimana aku bisa memaafkan Lilian Frans, dia jahat! Dia telah mengambil anakku dan aku tidak tahu bagaimana keadaanya sekarang?” isak Mirna, benteng kokoh yang ia pertahankan rontok mengalir bersama dengan air mat
last updateLast Updated : 2022-02-06
Read more

Chapter 89. Tamu di Hari Minggu

            Wanita itu datang lagi. Pikir Agil, saat melihat Farida memarkir sepeda motor di depan pondok. Agil tak bisa menghindar, sebab gadis itu sudah melihantnya. Maka ia meletakkan laptopnya di meja dan tersenyum tipis pada Farida yang melambaikan tangan kepadanya.            “Pagi Mas Agil, Farida apa gak ganggu nih?” ucapnya kenes. Dia hari ini memakai kaos katun warna pink dengan belahan dada agak turun serta legging ketat warna senada. Sementara rambutnya dibiarkan terurai. Farida mengecat rambutnya pastel pink, kontras sekali dengan kulitnya yang gelap.Penampilan Farida semakin lama semakin seksi tiap datang ke pondok. Lelaki itu paham Farida sedang ingin menarik perhatiannya, akan tetapi Agil tidak terpengaruh. Sikapnya tetap dingin. Dia tak memberikan respon apapun dengan yang dilakukan Farida.Farida tanpa sungkan langsung dud
last updateLast Updated : 2022-02-07
Read more

Chapter 90. Bertahanlah Demi Aku Sayang

            “Serius kamu Le?” tanya Ibu senang. Ia menyeka setitik air bening di sudut matanya yang mulai mengeriput. Ada rasa bahagia yang mengalir di hatinya, saat anak semata wayang memberitahu tentang pernikahan.            Agil mengangguk. Keputusan untuk menikahi Chandra sebenarnya bukan keputusan mendadak. Ia telah memikirkannya selama beberapa hari, dan semakin bulat setelah melihat sikap Farida yang terlalu agresif kepadanya. Ia mau melindungi Ibu dan Chandra dari gossip.Tiba-tiba hujan membungkus Desa Curah Urip dan membawa suasana syahdu.Pemuda itu menoleh pada Chandra yang masih berdiri mematung, ia memegang jemari Chandra. “Maaf jika aku membuatmu terkejut. Maukah kamu menikah dengan lelaki yang telmi ini? Aku serius sebab aku mau membahagiakan kamu,” ucap Agil, hatinya berdebar tak karuan.Ibu dan
last updateLast Updated : 2022-02-08
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status