Beranda / Romansa / Misteri Bulan / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Misteri Bulan: Bab 91 - Bab 100

101 Bab

Chapter 91. Dia Bukan Anakku

            Agil mendongak, dia terkesiap melihat sosok hitam berbulu dan tinggi besar telah berada di sampingnya. Kepalanya bergoyang ke kiri dan kanan. Matanya bulat sebesar donat, meski tampak menakutkan dia tampak ramah. Agil mengira-gira sosok mahluk itu tingginya sekitar 3 meter. “Tolong selamatkan kekasih saya,” pinta Agil memohon dengan mata berkaca-kaca.            Sosok hitam itu diam hanya suara dengusan napasnya yang terdengar berat.            GRRRRRRR… GRRRRRRKemudian tanpa berbicara sosok hitam itu membungkuk tangannya yang besar membawa Agil, Chandra serta tas mereka ke dalam pelukannya. Tubuh Agil hangat, dia merasa seperti bayi yang meringkuk di dalam selimut berbulu tebal. Beberapa saat kemudian dirinya seperti di bawa terbang melayang, hembusan a
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-09
Baca selengkapnya

Chapter 92. Kegelapan

            Sudah 3 hari Chandra belum sadar dari koma. Selama itu Agil setia menemaninya. Ia hanya beranjak ketika waktu sholat dan makan. Meski lelah dan kurang tidur, Agil tabah menghadapinya.            “Bangunlah Chandra, aku kangen mendengar suaramu.” Agil membelai lembut pipi Chandra, lalu dia merapikan rambut panjang gadis itu. “Aku makan dulu ya, tunggu aku,” pamit Agil.            “Istirahatlah Gil, Tante sudah memesan kamar di hotel untukmu, biar Tante dan Ibu Muji yang menjaga Chandra,” kata Mirna. Dia kasihan melihat Agil yang terlihat capek. Hari itu dia datang dengan Ibu Muji. Tanpa diduga, kecelakaan yang Chandra alami membuat hubungan mereka akrab.Mirna seperti menemukan saudara kandung. Sikap Ibu Muji bertolak belakang dari Mirna, Pemikirannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-10
Baca selengkapnya

Chapter 93. Kawini Aku Saja Mas

            Seminggu berlalu dengan lambat. Setelah urusan kantor selesai, Agil bergegas pergi menemui Chandra di apartemen Tante Mirna. Rasa kangennya pada gadis itu membuncah.            Agil mampir ke toko bunga yang berdampingan dengan toko coklat membelikan Chandra bunga lavender serta sekotak coklat kesukaannya. Pria itu berjalan riang naik lift menuju tempat tinggal Tante Mirna. Imajinasinya melayang Chandra akan menyambutnya hangat.            Tante Mirna membuka pintu, apron yang dipakainya belepotan tepung, dia mengajak Agil masuk. Rupanya Tante Mirna sedang membuat. Aroma harum menyebar membuat pria itu penasaran apa yang dibuat oleh Tante Mirna. Penampilan perempuan itu kini berubah drastis. Yang dulunya suka pake baju ketat, kini lebih suka memakai daster bila di rumah. Ia juga amat sabar mer
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-10
Baca selengkapnya

Chapter 94. Kembalinya Arwah Bulan

            Jam 4 sore Agil menemui Frans di rumahnya yang asri. Di sana sudah ada AKP Ajun yang hari itu memakai kaos polo warna tosca dan jeans hitam. Dia kelihatan santai sambil menikmati wine dan kue keju. Menilik dari bentuk dan aromanya, Agil bisa menebak kue keju itu kiriman dari Tante Mirna.            Frans baru selesai mandi ketika Agil datang. Rambutnya masih basah dan wangi sabun menyeruak dari badannya. “Duduklah dulu, kamu minum apa? Kopi atau wine?            “Air putih saja, Om,” jawab Agil. Dia tidak terbiasa minum wine.            AKP Ajun tertawa, “Ayolah man, apa salahnya mencicipi sedikit wine, supaya badan hangat dikit.” Dia menepuk bahu Agil.       
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-11
Baca selengkapnya

Chapter 95. Berpura-Pura Gila

            Atas persetujuan Dokter Runi, Agil membawa Bik Eha berlibur. Pagi-pagi sekali dia sudah berada di RSJ Kenanga.            Dari jauh Agil melihat Bik Eha duduk di depan kamarnya, dia memakai celana kulot hitam dan kaos warna ungu. Rambutnya diikat satu. “Pagi, Bibik apa sudah sarapan?”“Sudah.” Bik Eha kelihatan senang sekali, matanya berpendar indah saat melihat Agil datang.“Hari ini Agil mau mengajak Bik Eha bersenang-senang. Kita ke salon, beli baju, makan dan jalan-jalan sepuasnya. Bik Eha sudah siap kan?” tanya Agil.“He-eh.” Bik Eha girang, dia langsung mengamit tangan Agil.Agil membukakan pintu mobil untuk Bik Eha, dan membantu mengenakan seat belt untuknya. Perempuan itu duduk anteng di sebelah Agil.Pemuda itu mengetik pesan di messanger sebelum naik ke mobil. &ld
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-12
Baca selengkapnya

Chapter 96. Kejutan-Kejutan Seru Yang Mendebarkan

            Kejutan luar biasa!            “Tapi… bagaimana bisa dan kenapa Silvia ingin membunuh Bik Eha?” tanya Agil tak mengerti. Tak mudah bagi Agil untuk mempercayai penjelasan Bik Eha. Semua terlihat tak masuk akal. Bagaimana mungkin Bik Eha dapat memerankan aktingnya, berpura-pura gila begitu sempurna selama belasan tahun?            Bik Eha tertawa kecil. “Bisa saja Mas, karena tidak ada yang peduli dengan orang gila.”            Penyamaran jenius! Agil manggut-manggut mengagumi Bik Eha dalam mempertahankan hidupnya. Bik Ehan benar. Siapa yang perduli dengan orang gila. Sebagian besar masyarakat menganggap orang gila negatif, bukan hanya dikucilkan mereka juga dijauhi. Agil menelan kekecewaan sekaligus ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-13
Baca selengkapnya

Chapter 97. Cinta Yang Menyakitkan

            Siang yang begitu terik, matahari semakin garang memancarkan panasnya.Mirna pasrah, saat dirinya diikat dengan rantai dan diseret seperti sebuah mainan. Seluruh badannya lebam dan luka terkena batu-batu kerikil yang tajam. Kemudian tanpa ampun perempuan bercadar itu melemparkan tubuh Mirna di atas bantalan rel kereta api dan menindih pahanya dengan sebuah batu besar. Dia tak bisa bergerak dan membiarkan kulitnya melepuh terkena panasnya landasan besi kereta api.            Perempuan bercadar itu berjongkok di samping Mirna, tangannya memegang wajah Mirna dengan kasar. “Kali ini kamu pasti mampus. Sebentar lagi kereta api datang dan mencincang tubuh seksimu!” Perempuan itu tertawa terbahak-bahak lalu menangis pilu. “Sudah lama sekali aku ingin membunuhmu, tapi baru kali aku berani.” Dia mengambil jeda. “Aku sangat benc
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-14
Baca selengkapnya

Chapter 98. Ketegangan Yang Makin Meningkat

            “Tidak!” Jawaban singkat yang terucap dari bibir Mirna yang menyilet hati Arif.            Lelaki itu mendorong pelan tubuh Mirna ke dinding. Tatapan kecewa tampak jelas dari sorot matanya. “Bukankah dulu kita saling mencintai sayang? Aku tahu kamu masih menungguku. Jika tidak kamu pasti sudah merubah password apartemen ini,” tuduh laki-laki itu membela diri. Suara Arif mulai meninggi, wajahnya menegang. Dia tetap teguh dengan keputusan ingin menikahi perempuan pujaannya itu.            Mirna memejamkan mata, dan mengeluarkan napas perlahan. “Maafkan aku. Sayangnya kamu salah! Cintaku kepadamu tak sebesar cintaku pada papamu, selama ini aku hanya memanfaatkan kamu untuk mengobati rasa rinduku padanya,” kata Mirna dengan suara serak. Sepahit apap
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-15
Baca selengkapnya

Chapter 99. Nyaris Terbunuh

        “Kenapa tak kau tanyakan saja pada Silvia!” bentak Agil. “Sekarang aku bertanya kepadamu? Untuk apa kamu membakar rumahku, Dil?!! Untuk apa juga kamu membayar orang untuk membunuhku dan Chandra!!” dengusnya kesal.            Mata Fadil terbelalak. Dia tak menyangka Agil mengetahui apa yang dia lakukan. Pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Agil. Giginya gemeretuk menahan marah.            “Aku ingin melenyapkanmu karena kamu tahu terlalu banyak. Bukankah sudah kukatakan jangan turut campur dengan kematian Bulan. Sayangnya kamu mengabaikan nasehatku.” Matanya menatap penuh kebencian pada Agil.            “Bukankan tugas kamu sebagai penegak hukum? Kenapa kamu justru melarangku? Aku hanya mau membantunya mencari keadilan!”
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-16
Baca selengkapnya

Chapter 100. Villa Berdarah

            Pagi yang dingin, kabut masih menyelimuti pondok. Titik-titik embun yang menempel di daun kersen sesekali jatuh membasahi sepasang anak manusia yang bersenda gurau di bawahnya.            Mereka duduk di amben.            “Kita main tebak-tebakkan, yuk,” kata Agil dengan hati senang melihat Chandra ada bersamanya.            Chandra menelengkan mukanya, beberapa hari tinggal di pondok membuat mukanya kian cantik berseri. “Mmmm… sepertinya menyenangkan. Kita main tebak-tebakan apa?”            “Dalam permainan tebak-tebakan ini, aku ingin menguji indra penciuman dan pengecapmu. Setelah itu kamu mengatakannya kepadaku apa rasa makanan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status