Home / Romansa / Misteri Bulan / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Misteri Bulan: Chapter 71 - Chapter 80

101 Chapters

Chapter 71. Buah Kesabaran

            “Baik Pak, saya mau,” ucap Agil percaya diri. Hatinya langsung klik melihat lelaki berdasi biru itu. Dia merasa dekat, meski baru pertama kali bertemu.            “Oh ya perkenalkan nama saya Hasan.”            “Saya Agil, Pak,” jawabnya santun.            Setelah selesai sholat dhuhur. Hasan membawa Agil ke kantornya dengan mobil Alphard warna silvel metallic yang ia setir sendiri. Selama perjalanan ia aktif bertanya tentang kehidupan dan pekerjaan Agil. Pemuda itu menjawab dengan apa adanya tanpa embel-embel apapun.            “Bapak ingin tahu kenapa kamu malah memakai seluruh tabunganmu untuk melunasi seluruh tagihanmu pada
last updateLast Updated : 2022-01-21
Read more

Chapter 72. Siapakah Perempuan di Dalam Kamar itu?

            “Ibu habis ngelayat?” tanya Agil pada Ibu yang baru memasuki rumah bersama Bik Marsinah. Wajahnya kelihatan lelah. Semalam dia mendapat telepon dari Pak Mul, tengkulak pisang langganan mereka. Dia mengabarkan kalau mertuanya meninggal dunia.            “Iya, sekalian membawakan istri Pak Mul nangka dan papaya muda buat acara tahlilan,” kata Ibu. “Untung Bik Mar bisa naik motor dan akses menuju ke rumah kita sudah diperbaiki oleh desa, jadinya lebih gampang sekarang. Hidup Ibu gak merasa terisolasi lagi.” Dia tersenyum sambil menuangkan segelas air dari kendi. Air segar itu langsung meluncur di tenggorokan Ibu.            Setelah mendapatkan uang 200 juta dan bekerja di kantor Pak Hasan. Agil membeli 2 motor matic bekas. Satu dipakai Bik Marsinah dan satu dip
last updateLast Updated : 2022-01-22
Read more

Chapter 73. Hipotesa Bik Marsinah

            Mata Ibu langsung merah mendengar perkataan anak lelakinya. “Kamu jangan ngawur Gil! Perempuan yang di dalam itu Bik Eha! Apa kamu meragukan penglihatan ibumu sendiri!” katanya dengan suara ditekan. Ia tak habis pikir bagaimana orang yang masih segar bugar dikatakan sudah meninggal. Wanita itu menjadi gemas mendengarnya.            “Tenang Ibu, aku hanya menyampaikan apa yang dikatakan oleh Dokter Runi.” Agil lalu mengajak Ibu dan Bik Marsinah pulang dengan naik taksi online. Selama perjalanan mereka diam sibuk dengan pemikiran masing-masing.            Ibu sudah tak berselera makan saat Agil mengajaknya untuk mampir ke food court. Sebagai gantinya ia membeli roti favorit mereka. Setelah itu pemuda itu mengajak mereka ke toko emas. Dia ingin membelikan keduanya hadiah.
last updateLast Updated : 2022-01-23
Read more

Chapter 74. Pesan di F******k

            “Nah! Mungkin kamu bisa membantu kami mengurai benang kusut ini,” kata Agil sumringah ketika melihat Chandra berdiri di depan pintu. “Cepatlah duduk atau kalau mau makan langsung saja gak usah malu,” sambung Agil ketika melihat mata Chandra berbinar dengan nasi jagung dan sambal terasi dihadapannya.            Chandra cengar-cengir, ia sebenarnya sungkan, tapi nasi jagung amat menggoda seleranya. “Tante, Bik Mar, saya makan dulu ya?”            “Silahkan, silahkan Nak…” jawab Ibu, dia dari awal menyukai kepolosan gadis itu,            Bik Marsinah ke dapur mengambilkan Chandra gelas, lalu mengambil pisang susu untuk pencuci mulut.      &nbs
last updateLast Updated : 2022-01-24
Read more

Chapter 75. Rencana Yang Tak Disetujui Ibu

            “Ini gak masuk akal sama sekali! Bagaimana mungkin Bik Eha meninggal dunia diterkam buaya? Sementara rumah Silvia berada kawasan elit. Kelihatan sekali Eha mengada-ngada soal kematian ibunya! Jangan-jangan yang dia maksud buaya darat!” Agil langsung menggerutu di depan pondok.            “Ssst… jangan keras-keras bicaranya. Nanti didengar orang!” tegur Chandra mengingatkan.            Agil langsung sadar, dadanya naik turun menahan emosi. Pikirannya semakin kalut memikirkan Bik Eha.            Chandra mengambil minum dan memberikannya pada Agil. “Minumlah.” Dia lalu melihat ke langit. Hujan gerimisnya telah berhenti. “Sudah sore, aku mau pulang dulu.”   &
last updateLast Updated : 2022-01-25
Read more

Chapter 76. Permintaan Janggal

            “Baru pulang?” tanya Mirna yang sedang menonton Netflix. Ia melihat Chandra membawa tas kain di tangannya. “Wah, bawa apa itu?”            “Owh ini pemberian ibunya Agil buat Tante. Ada pisang susu, nasi jagung, sayur, ikan asin dan sambel terasi. Kalau Tante mau, Chandra hangatkan dulu di microwave.”            Perut Mirna langsung keroncongan. Lidahnya rindu dengan masakan desa. “Boleh, boleh, Tante sudah bertahun-tahun gak makan itu.”            Chandra tersenyum. Dia langsung pergi ke dapur, menghangatkan makanan, menaruhnya di piring- piring lalu dia menata meja untuk Mirna. Tak lupa dia membuatkan teh hangat dan menaruh setoples besar krupuk untuknya. 10 menit kemudian dia sudah
last updateLast Updated : 2022-01-25
Read more

Chapter 77. Kejutan-Kejutan Baru

            Pandangan Agil masih terpaku pada amplop coklat dari Mirna. Dia ragu untuk membukanya. Permintaan wanita itu membuatnya didera perasaan dilematis. Ia tak bisa menampik ingin mengetahui siapa dalang pembakaran rumahnya dan ia mau membebaskan Arif dari rumah sakit jiwa.            Namun, perasaan takut menggerogoti sanubarinya. Dia tidak tahu berhadapan dengan siapa nanti di sana. Rasanya tak masuk akal kalau dia menumbalkan dirinya sendiri sementara masih banyak tanggung jawabnya sebagai anak manusia, menafkahi Ibu dan pekerja yang bekerja dengannya. Dia tak bisa gegabah memutuskan.            Lama pemuda itu mematung, memilah baik buruk langkah mana yang hendak ia lakukan. Dia memejamkan mata menimbang semua resiko. Setelah mantap, barulah dia berani membuka amplop coklat itu. &nb
last updateLast Updated : 2022-01-26
Read more

Chapter 78. Makan Siang Yang Gagal

            Agil mengendarai mobil HRV putih terbaru pemberian Pak Hasan menerobos padatnya jalan raya. Mobil itu berjalan mulus membelah jalanan. Sementarat itu sepeda motornya di bawa Kusno ke garasi mobil yang dia sewa bulanan. Pemuda itu tidak mau membawa mobilnya ke pondok. Dia enggan membuat kehebohan di Curah Urip.            Orang-orang Curah Urip tahu pekerjaan Agil sebagai petani dan cleaning service freelance. Apa jadinya bila dia membawa mobil keluaran baru ke pondoknya. Bukan hanya gunjingan yang ia dapatkan, kemungkinan besar gossip pesugihan seperti yang pernah ia alami sebelumnya akan terulang lagi.             Pria itu memang masih menyembunyikan identitasnya termasuk pekerjaannya sebagai seorang konsultan pajak di sebuah perusahaan ternama. Biarlah mereka tahu sebatas luarnya. Selai
last updateLast Updated : 2022-01-27
Read more

Chapter 79. Awal Kecurigaan

            Pada saat kaca mobil diturunkan, Farida langsung menyunggingkan seulas senyum pada Agil. “Mas Agil, apa boleh kami numpang sampai ke belokan depan?” katanya dengan lagak aleman.             Agil sebenarnya malas untuk menjawab, dia tahu Farida sedang melancarkan aksi untuk mendekatinya. “Mmm… bagaimana ya, soalnya saya sedang keburu-buru nih,” elaknya.             “Eh, bukankah kita lewat sana Gil, sekalian aja kita ajak Kakak ini?” Tanpa diduga, Chandra mencubit tangannya. Gerakannya sangat cepat tanpa sepengetahuan Farida. Pria itu meringis kesakitan.             Dengan perasaan dongkol yang disembunyikan, Agil turun dan membukakan pintu belakang mobil.             Du
last updateLast Updated : 2022-01-28
Read more

Chapter 80. Teka Teki Dari Bik Eha

            “Pekerjaan ini sepertinya menyenangkan,” celoteh Chandra sambil memasukkan sepotong besar roti ke dalam mulutnya. Ia dan Agil sedang mengamati rumah Silvia dari pukul 6 pagi. Selanjutnya tangannya menyuapkan roti pada mulut Agil. “Kamu harus makan juga.”            Agil manggut menelan roti dengan nikmat. Chandra memang sangat perhatian.            Pagi-pagi sekali Agil telah menjemput Chandra, dan anehnya dia tidak kesulitan mendapatkan ijin dari Tante Mirna. Justru Tante Mirna memberikan saran untuk menyamar. Wanita itu memberikan wig dengan model rambut keriting untuk Agil pakai dan pria itu menyukainya. Dia seperti orang berbeda.            “Sssttt… lihatlah ada mobil keluar. Apa kita buntut
last updateLast Updated : 2022-01-29
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status