Home / Romansa / Penguasa Negeri Jin / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Penguasa Negeri Jin: Chapter 171 - Chapter 180

571 Chapters

Akhir Derita – 17

Walau tidak memahami akan ucapan si gadis namun Maithatarun jadi terdiam. “Tidak mengerti aku sifat gadis cantik ini. Sudah dua kali orang hendak mencelakainya. Masih saja dia unjukkan sikap sabar. Setiap ucapan dan tindakannya berdasarkan kasih. Tidak percuma dia bernama Ruhcinta!”Semua orang tak ada yang bicara. Mereka seolah menunggu dan ingin melihat apa yang hendak dilakukan Ruhcinta. Gadis ini melangkah melewati Jin Patilandak, Bintang, Bayu dan Arya. Di hadapan Maithatarun dia berhenti sebentar dan berkata. “Aku tidak mau orang itu dibunuh karena aku ingin mengorek keterangan lebih dulu darinya. Apa artinya kematian tak berguna dibanding keterangan penting yang bisa kudapat.”Maithatarun hanya anggukkan kepala. Bintang melirik pada Bayu serta Arya. Sebelum melangkah mendekati Jin Tutul Seribu yang sampai saat ini masih tergelimpang di lantai rumah, Ruhcinta lebih dulu mendatangi Panglima Yudha. Tanpa rasa takut diusapnya tengkuk binatang
last updateLast Updated : 2022-02-12
Read more

Akhir Derita – 18

Ketika semua orang memandang ke tengah rumah, termasuk Bintang, mereka jadi merinding. Sosok Jin Tutul Seribu hanya tinggal tulang belulang. Kulit dan daging tubuhnya terkelupas mengerikan!“Pukulan Mengelupas Puncak Langit Mengeruk Kerak Bumi!” seru Maithatarun yang mengenali pukulan yang telah menamatkan riwayat Jin Tutul Seribu.“Pukulan itu hanya dimiliki Jin Muka Seribu” berucap Bintang. “Berarti dia barusan ada di sini. Membunuh Jin Tutul Seribu karena tidak mau rahasianya terbuka.”“Tunggu dulu. Menduga boleh saja. Tapi bersikap penuh selidik harus diutamakan,” Ruhcinta ikut bicara. “Mungkin juga bukan kakek ini yang jadi sasaran. Tapi salah satu dari kita.” berkata Ruhcinta. “Atau mungkin penyerang gelap memang inginkan nyawa Jin Tutul Seribu, tapi sekaligus juga mengincar nyawa sahabatku bernama Bintang itu!” Sesaat semua orang jadi terdiam.“Sebaiknya kita tinggalkan t
last updateLast Updated : 2022-02-12
Read more

Akhir Derita – 19

Panglima Yudha mengaum. Semua orang tergagau kaget. Pada saat sosok harimau putih itu lenyap Bintang dan Ruhcinta yang kini hanya memeluk angin sama-sama terjerembab dan pipi mereka saling bergeseran!“Sialan si Bintang itu! Dia pasti berpura-pura jatuh!” kata Bayu berbisik pada Arya.“Anak itu rejekinya memang lebih besar. Kalau saja sosoknya sama besar dengan si gadis, lebih keenakan lagi dia! Lalu kita mau bilang apa?!” Arya mencibir lalu tertawa perlahan.Dengan wajah agak kemerahan Ruhcinta memandang berkeliling lalu berkata. “Kita belum lama berkenalan. Tapi begitu banyak saling menanam budi. Aku percaya pada kalian semua sahabatku. Kalau memang kalian mau tahu, aku akan ceritakan riwayat diriku. Aku mulai sejak diriku yang masih berusia dua bulan ditemukan seorang nenek sakti di dalam hutan. Di dalam satu kantong yang tergantung di badan seorang perempuan muda yang mati menggantung diri.”Selagi semua orang terke
last updateLast Updated : 2022-02-12
Read more

Akhir Derita – 20

“Lihat, lagi-lagi dia memperhatikan Bintang,” bisik Bayu.“Sudah, biar saja dia mau melihat pada siapa,” jawab Arya. “Yang penting kalau dia mau ikut bersama kita pasti asyik jadinya perjalanan kita.”“Hai Maithatarun dan semua sahabatku! Beruntung aku bertemu dengan kalian. Terus terang saja Negeri Kota Jin ini sangat luas dan serba asing bagiku. Apalagi guru telah memberi ingat banyaknya hal yang bisa membahayakan diriku. Jika kalian tidak keberatan, aku mau ikut bersama kalian.”Bayu berseru gembira. Arya berjingkrak-jingkrak Bintang hanya tersenyum melihat kelakuan dua temannya itu. Ruhcinta tersenyum-senyum. Maithatarun melangkah mendekati kuda hitamnya. Ketika semua orang bersiap hendak pergi tiba-tiba mengumandang satu seruan disertai menghamparnya bau seperti rempah-rempah direbus.“Ruhcinta sahabatku gadis tercantik di seluruh jagat! Jangan pergi dulu sebelum aku membayar hutang budi baikmu! J
last updateLast Updated : 2022-02-12
Read more

Akhir Derita – 21

“Kurcaci bernama Bayu, ini obat untukmu. Jangan minum sebelum kuberi tahu saatnya!”“Terima kasih Kek. Eh Bapak.” kata Bayu.“Aku bukan kakek apalagi bapakmu!” kata Jin Obat Seribu tapi sambil tersenyum dan kedipkan mata. Dari dalam jubahnya Jin Obat Seribu keluarkan gelas tanah kedua. Seperti tadi diiringi rupakan mantera dia terangkan cairan dalam belanga ke gelas tanah, lalu gelas tanah diletakkannya di depan Arya.“Ini obatmu! Jangan minum sebelum kuberi tahu saatnya!”“Jin Obat Seribu, aku Arya mengucapkan ribuan terima kasih,” kata Arya seraya menjura.Jin Obat Seribu tertawa lebar. Lalu dia keluarkan gelas tanah ketiga. Sebelum menerangkan cairan godokan rempah-rempah yang harum ke dalam gelas tanah itu dia perhatikan dulu wajah Bintang. Lalu orang ini tersenyum. “Anak muda, aku melihat seribu akal seribu rencana dalam benakmu. Tapi aku gembira akal dan rencana itu semua menuj
last updateLast Updated : 2022-02-13
Read more

Akhir Derita – 22

“Kakiku mulai membesar!” berseru Bayu seraya pegang kaki kanannya yang saat itu memang berubah menjadi besar, tambah besar dan akhirnya mencapai ukuran kaki orang di Negeri Kota Jin. Namun bocah ini kembali berteriak. “Ya Tuhan! Mengapa cuma kaki kananku saja yang membesar. Bagian lain tubuhku tetap tidak berubah!” Bayu jadi kelabakan dan pegangi kepala, tubuh serta kaki kirinya. Memandang ke samping dia tambah terkejut menyaksikan Arya. Arya ini tak kalah kaget dan bingungnya. Ternyata dari keseluruhan auratnya hanya kaki kirinya saja yang besar!“Kau kaki kanan! Aku kaki kiri!” teriak Arya. “Aduh! Bagaimana ini. Kaki kiriku membesar! Celaka! Kalau begini jadinya menyesal aku minum obat itu!”Tiba-tiba terdengar suara tawa bergelak. Sesaat kemudian muncullah Jin Obat Seribu ditempat itu. Maithatarun dan Jin Patilandak telah terbangun. Mereka kaget melihat apa yang terjadi atas diri Bayu dan Arya. Ruhcinta merasa bersalah
last updateLast Updated : 2022-02-13
Read more

Akhir Derita – 23

DI BALIK curahan air terjun Air Pajatuh tampak dua sosok mendekam tak bergerak. Mereka telah berada di tempat itu sebelum sang surya muncul menerangi Negeri Jin. Dari sikap keduanya dapat diduga kalau mereka tengah menunggu sesuatu. Di langit awan pagi berarak biru. Dari arah timur serombongan burung melayang ke jurusan barat.Sosok di sebelah kanan mengusap wajahnya. Orang ini bertubuh besar kekar. Di pertengahan keningnya menempel sebuah benda menyerupai kaca sebesar kuku ibu jari kaki.“Pagandrung, sejak dini hari kita berada di sini. Saat ini matahari sudah mulai tinggi. Orang yang kita tunggu belum juga muncul. Apa kau yakin dia akan datang ke sini?”“Hai adikku Pagandring! Jangan kau ragukan apa yang kuketahui dan kukerjakan. Sejak puluhan tahun, setiap pertengahan bulan ganjil Jin Tangan Seribu selalu datang ke tempat ini untuk membersihkan diri, berlangir bersiram air bunga. Sabarkan hatimu, kita tunggu saja. Dia pasti datang.” me
last updateLast Updated : 2022-02-13
Read more

Akhir Derita – 24

“Apa kataku!” ujar Pagandrung. “Yang datang memang bukan orang yang kita tunggu. Orang itu bukan Jin Tangan Seribu!”“Mungkin dia sengaja muncul dengan merubah wajah?” ujar Pagandring.“Aku tahu wajah asli Jin Tangan Seribu. Menurut penguasa Istana Surga Dunia, Jin Tangan Seribu memang bisa merubah wajah, tapi jelas bukan wajah seperti orang yang berdiri di atas batu itu. Orang itu bertubuh kekar. Masih muda. Kau lihat sikapnya yang aneh. Sambil bersiul dia cengar-cengir...”“Cuma seorang pemuda tolol. Mengapa ambil peduli!” kata Pagandring.“Kehadiran pemuda itu bisa merusak urusan kita! Adikku Pagandring lekas kau usir pemuda itu dari tempat ini!”Walau agak malas-malasan tapi Pagandring lakukan juga perintah kakaknya itu. Sekali lompat saja dia menembus air terjun. Demikian cepat gerakannya hingga dia tidak sampai basah kuyup oleh jatuhan air. Sesaat kemudian dia sudah berad
last updateLast Updated : 2022-02-13
Read more

Akhir Derita – 25

Angin sedahsyat topan prahara melabrak. Pemuda gagah berseru keras. Dia berjumpalitan di udara. Lalu turun dan berusaha jejakkan dua kaki di atas batu di tepian telaga. Dia tidak menduga batu yang satu itu demikian licinnya karena terselimut lumut. Walau dia berusaha imbangi diri namun tak urung tubuhnya limbung dan mencebur masuk ke dalam air telaga. Untungnya telaga itu hanya sedalam dada. Dengan cepat pemuda gagah bergerak menuju tepian. Pagandring tidak memberi kesempatan. Kepalanya digoyangkan. Selarik sinar merah menyembur keluar dari kaca merah yang melekat di keningnya.Melihat datangnya sambaran sinar merah yang pasti sangat berbahaya pemuda gagah hantamkan kaki kanannya ke dasar telaga. Tubuhnya melesat miring, jatuh tiga tombak dari tempatnya semula. Walau dia bisa menyelamatkan diri, namun saat itu terjadilah satu hal yang luar biasa. Sinar merah yang gagal menghantam pemuda gagah, mendarat di permukaan telaga. Air telaga serta merta berubah menjadi merah dan berg
last updateLast Updated : 2022-02-13
Read more

90. Hati Yang Terlarang - 1

TIBA-TIBA Pagandring berdiri. Matanya menyala laksana api. Tangan kanannya bergerak mencabut kaca merah yang ada di keningnya. Mulutnya berkomat-kamit seperti membaca mantera. Kaca merah yang ada dalam genggamannya mengepulkan asap. Di saat yang sama tubuhnya berubah menjadi besar dan tinggi.“Astaga! Dia berubah menjadi dua kali lebih besar!” Ksatria Pengembara tercekat. Kalau tadi dia masih mengerahkan setengah saja dari tenaga dalamnya, kini dia alirkan seluruh cakra petir yang ada dalam tubuhnya ke tangan kanan. “Akan kuhantam selangkangannya! Masakan tidak amblas!” kata Bintang dalam hati. Tangan kanannya segera diangkat ke atas. Ditarik ke belakang. Pada saat dia siap menghantam tiba-tiba dari balik air terjun berkelebat sesosok tubuh. Menyusul suara orang berseru.“Pagandring! Tinggalkan pemuda itu! Orang yang kita tunggu sudah datang!”Pagandring menyeringai buruk. “Kau masih untung anak muda! Kalau tidak ada uru
last updateLast Updated : 2022-02-14
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
58
DMCA.com Protection Status