Home / Fantasi / Legenda Kitab Surgawi / Chapter 301 - Chapter 310

All Chapters of Legenda Kitab Surgawi: Chapter 301 - Chapter 310

343 Chapters

Bab 301: Jalan yang Tak Terduga

Setelah pertempuran yang mendebarkan melawan naga kegelapan, Ling dan teman-temannya mengambil waktu sejenak untuk merenung. Hutan Siluman yang sebelumnya menakutkan kini terlihat lebih tenang, namun mereka semua tahu bahwa bahaya belum sepenuhnya pergi. Ling merasakan berat di dalam hatinya, menyadari bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai."Kita harus pergi dari sini," En Jio mengusulkan, suaranya terdengar lelah tetapi tegas. "Kita perlu mencari tempat yang aman dan merencanakan langkah berikutnya."Ling mengangguk setuju. "Kau benar. Kita tidak bisa membiarkan ancaman ini muncul kembali. Kita harus menemukan informasi lebih lanjut tentang Kitab Dewa Naga dan kekuatan yang berusaha menguasai dunia ini."Lengkukup melihat ke arah Ling, menilai ekspresi serius di wajahnya. "Aku merasakan ada sesuatu yang aneh tentang Kitab itu. Seolah-olah ada kekuatan yang ingin kita temukan."Ling menghela napas, mengingat momen saat ia membuka kitab tersebut. "Aku juga merasakannya. Setiap kali
Read more

Bab 302: Perjalanan Menuju Pegunungan Utara

Setelah meninggalkan desa dengan peta kuno di tangan, Ling, En Jio, dan Lengkukup memulai perjalanan menuju pegunungan utara. Udara segar dan dingin menyambut mereka saat mereka melangkah ke jalan berbatu yang mengarah ke puncak gunung. Dalam hati Ling, semangat untuk menemukan kekuatan Dewa Naga semakin membara."Kau yakin kita harus melalui rute ini?" tanya En Jio, mengamati peta dengan hati-hati. "Sepertinya ada jalan yang lebih cepat, tetapi mungkin lebih berbahaya.""Kita harus berhati-hati," jawab Ling. "Tetua itu mengatakan bahwa jalan menuju tempat suci akan dipenuhi dengan makhluk-makhluk berbahaya. Mungkin rute ini lebih aman."Lengkukup menambahkan, "Setiap langkah yang kita ambil adalah bagian dari pelajaran. Semakin banyak rintangan yang kita hadapi, semakin kuat kita menjadi."Mereka melanjutkan perjalanan, menapaki jalan setapak yang dikelilingi oleh pepohonan lebat dan batu-batu besar. Suasana di sekeliling mereka tenang, tetapi Ling merasakan ketegangan yang menggantu
Read more

Bab 303: Jejak Dewa Naga

Meninggalkan gua di belakang, Ling dan rekan-rekannya melanjutkan perjalanan mereka menuju puncak pegunungan utara. Udara semakin dingin, dan kabut tebal mulai menyelimuti jalan di depan mereka, menciptakan suasana misterius yang penuh dengan keajaiban. Ling merasa semakin terhubung dengan kekuatan Kitab Dewa Naga, dan keyakinan dalam dirinya tumbuh seiring dengan setiap langkah yang diambil."Ling," En Jio memecah keheningan, "kira-kira seberapa jauh kita harus pergi untuk menemukan sumber kekuatan Dewa Naga?"Ling memandangi peta yang masih dipegang En Jio. "Menurut peta ini, kita harus mencapai puncak dalam dua hari perjalanan lagi. Namun, kita harus tetap waspada terhadap makhluk-makhluk yang mungkin kita hadapi.""Semoga kita tidak bertemu dengan makhluk seperti penjaga gua itu lagi," Lengkukup menambahkan sambil melangkah hati-hati, memastikan bahwa kakinya tidak menginjak batu tajam.Ketika mereka melanjutkan perjalanan, Ling merasakan adanya sesuatu yang aneh di udara. Suara g
Read more

Bab 304: Pertempuran di Puncak

Perjalanan Ling dan kawan-kawannya semakin mendebarkan. Setelah memperoleh kekuatan baru dari Dewa Naga, rasa percaya diri Ling memuncak. Namun, ada sesuatu yang lebih besar menanti mereka di puncak gunung.Saat mereka melanjutkan perjalanan, kabut mulai menyelimuti jalan, menciptakan suasana mistis yang sekaligus menakutkan. Tiba-tiba, angin kencang bertiup, membawa suara gemuruh yang menggetarkan tanah. Ling dan teman-temannya saling berpandangan, menyadari bahwa sesuatu yang mengerikan sedang mendekat."Kita harus bersiap!" seru Ling. "Ini mungkin Dewa Kegelapan yang datang!"Dengan cepat, mereka mengambil posisi bertarung, mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman yang tidak terduga. Dari kejauhan, sosok besar muncul, dengan bayangan gelap menutupi langit. Itu adalah Dewa Kegelapan, makhluk menakutkan yang selama ini mereka dengar dalam legenda."Ling!" En Jio berteriak, "Apakah kau siap?"Ling mengangguk, merasakan aliran kekuatan baru di dalam dirinya. "Aku sudah siap. Kita ti
Read more

Bab 305: Menatap Masa Depan

Setelah mengalahkan Dewa Kegelapan, Ling dan teman-temannya berdiri di puncak gunung. Angin dingin berhembus lembut, membawa aroma segar dari hutan yang baru saja mereka lewati. Di hadapan mereka, hamparan tanah yang luas terbentang, dengan langit biru yang cerah menghiasi panorama. Namun, rasa lega yang menyelimuti mereka tidak bertahan lama."Ling, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Lengkukup, matanya masih terpaku pada sosok Dewa Kegelapan yang tergeletak di tanah. "Apakah kita harus memusnahkannya?"Ling menggelengkan kepala. "Dia sudah kalah. Mungkin lebih baik kita membiarkannya hidup sebagai peringatan bagi yang lain.""Kau benar," En Jio menyetujui. "Kita tidak bisa membiarkan kekuatan seperti itu kembali bangkit. Tapi kita juga harus memastikan tidak ada ancaman lain yang mengintai."Dengan keputusan yang bulat, mereka meninggalkan Dewa Kegelapan di sana. Ling merasakan energi yang mengalir dalam dirinya, semakin yakin bahwa kekuatan yang dia terima dari Kitab Dewa
Read more

Bab 306: Bayangan yang Mengintai

Pagi yang tenang di desa itu seolah menjadi isyarat bahwa badai besar akan datang. Ling terbangun dari tidurnya dengan perasaan tidak nyaman. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya, seolah-olah dia bisa merasakan bahaya yang mendekat.Di luar tenda, desa sudah mulai bangun. Penduduk memulai kegiatan mereka dengan ceria, tak sadar akan ancaman yang mungkin datang. Ling menatap sekeliling, memperhatikan bagaimana ketenangan ini mungkin hanya sementara."Ling, kau baik-baik saja?" tanya Lengkukup, yang baru saja keluar dari tenda di sampingnya. "Kau terlihat seperti tidak tidur semalaman."Ling menggelengkan kepalanya, mencoba menyingkirkan rasa gelisah itu. "Aku hanya merasa ada sesuatu yang salah. Aku tidak bisa menjelaskannya, tapi ada yang mendekat... sesuatu yang gelap."Lengkukup menatapnya dengan serius. "Kau mungkin benar. Tidak ada salahnya untuk tetap waspada."Di sisi lain desa, En Jio sudah bersiap dengan senjatanya. Dia juga merasakan ketegangan di udara. "Aku merasa aneh seja
Read more

Bab 307: Di Ambang Badai

Desa itu terasa lebih tenang setelah pertempuran melawan bayangan misterius. Namun, ketenangan itu hanya sementara, seperti nafas yang ditarik sebelum teriakan panjang. Penduduk desa mulai kembali ke rutinitas mereka, namun di dalam hati mereka, rasa khawatir dan ketidakpastian masih menggantung.Ling berdiri di pinggir desa, matanya menatap ke arah cakrawala. Ada sesuatu yang mengusik batinnya, perasaan bahwa ancaman yang baru saja mereka hadapi hanyalah sebagian kecil dari kegelapan yang lebih besar."Apakah kau masih memikirkan pertarungan tadi?" tanya Lengkukup, yang tiba-tiba muncul di sampingnya.Ling mengangguk pelan. "Aku merasa bayangan itu bukanlah musuh sesungguhnya. Ada sesuatu yang lebih kuat, lebih gelap, yang sedang mengintai di luar sana."Lengkukup menatap langit yang mulai menggelap. "Mungkin kau benar, Ling. Tapi kita tidak bisa terus-terusan hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Yang bisa kita lakukan adalah bersiap, tak peduli apa pun yang datang."Ling menghela na
Read more

Bab 308: Bayang-Bayang di Tengah Badai

Langit semakin gelap ketika Ling, Lengkukup, dan En Jio memulai perjalanan mereka. Hujan rintik-rintik mulai turun, seolah menandakan badai yang lebih besar akan datang. Suara derap kaki kuda mereka bergema di sepanjang jalan tanah yang basah, menambah suasana tegang dalam hati masing-masing.Ling duduk tegap di atas kudanya, matanya tetap fokus ke depan. Pikiran tentang pesan yang mereka terima terus berputar di kepalanya. "Aliran hitam... Mereka telah menyiapkan langkah besar. Kita harus mencegahnya sebelum terlambat," pikirnya.Lengkukup, yang menunggang kuda di sampingnya, melirik ke arah Ling. Wajah Ling tampak tegang, namun ada tekad kuat yang terpancar dari matanya. "Ling semakin dewasa," batin Lengkukup. "Dia telah melewati begitu banyak hal, namun di usianya yang masih muda, dia harus menghadapi tanggung jawab besar ini.""Apa menurutmu kita akan sampai tepat waktu?" tanya En Jio yang menunggang kuda di belakang mereka. Suaranya terdengar sedikit ragu."Kita harus," jawab Len
Read more

Bab 309: Tekad dalam Keheningan

Malam berlalu dengan cepat di dalam gua yang mereka jadikan tempat berteduh. Di luar, badai masih menggempur dengan derasnya, seakan menggambarkan kekacauan yang terjadi di dunia luar. Ling, Lengkukup, dan En Jio duduk mengelilingi api unggun kecil, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka.Ling menatap api yang berkobar-kobar, suaranya berderak lembut memecah kesunyian malam. Dia merasa berada di persimpangan. Kekuatan yang begitu besar ada dalam genggamannya, namun ancaman dari sosok Manggala di dalam dirinya semakin nyata. Pikiran tentang apa yang terjadi beberapa jam lalu terus menghantui pikirannya."Jika aku kehilangan kendali lagi, apa yang akan terjadi pada dunia ini? Pada orang-orang yang aku sayangi?" gumamnya dalam hati.Lengkukup, yang duduk di sebelah Ling, menyadari kegelisahan dalam diri anak muda itu. Dia menatap Ling dengan penuh keprihatinan, namun memilih untuk tetap diam. Dia tahu bahwa setiap perjalanan spiritual memiliki tantangan yang harus dihadapi sendiri.
Read more

Bab 310: Kuil Tersembunyi

Setelah memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju kuil yang terlihat dalam visi Ling, ketiga sahabat itu bersiap untuk berangkat. Lengkukup, dengan pengalamannya, memimpin jalan melalui hutan yang masih basah akibat hujan semalam. Setiap langkah mereka terasa penuh kehati-hatian, mengingat banyaknya ancaman yang bisa mengintai di balik pepohonan yang rimbun."Kita harus tetap waspada. Hutan ini penuh dengan makhluk gaib yang bisa jadi bersahabat atau mematikan," ujar Lengkukup, memecah keheningan yang menyelimuti mereka.Ling mengangguk. Sejak mendapatkan kekuatan baru dari Kitab Dewa Naga, dia merasa energinya meningkat, namun dia juga tahu bahwa kekuatan itu bukanlah jaminan. Dalam hatinya, dia masih merasakan tekanan dari Manggala yang berusaha mengambil alih kendali."Aku akan tetap fokus," janji Ling, berusaha menepis rasa khawatir yang menyelimuti pikirannya.Mereka melangkah lebih dalam ke dalam hutan, semakin jauh dari tempat yang telah mereka tinggalkan. Hutan yang sebel
Read more
PREV
1
...
2930313233
...
35
DMCA.com Protection Status