Angin dingin berhembus lembut, menelusup masuk melalui celah-celah dinding kuil yang usang. Ling berdiri tegap, matanya tak lepas dari sosok Tong Guan yang menantang. Pedang di tangannya terasa bergetar, seakan merasakan ketegangan yang menyelimuti udara. Tong Guan, dengan senyum sinisnya, perlahan melangkah maju. Di tangannya ada pedang hitam besar yang tampak memancarkan aura gelap, senjata yang sama yang digunakan saat pertemuan mereka sebelumnya."Kau masih bocah, Ling," kata Tong Guan dingin, suaranya menggema di ruangan yang sunyi. "Kau tak tahu apa-apa tentang kekuatan sejati. Bahkan kekuatan Manggala di dalam tubuhmu bukan apa-apa di hadapan kekuatanku."Ling mengepalkan pedangnya lebih erat. "Kekuatanmu mungkin besar, Tong Guan, tapi aku tak akan pernah membiarkanmu mendapatkan Kitab Dewa Naga. Kitab ini takdirku, bukan milikmu!" suaranya penuh tekad, menggema di antara patung-patung dewa yang hancur.Tanpa peringatan lebih lanjut, Tong Guan menyerang. Gerakannya cepat, nyari
Read more