Home / Fantasi / Legenda Kitab Surgawi / Chapter 281 - Chapter 290

All Chapters of Legenda Kitab Surgawi: Chapter 281 - Chapter 290

343 Chapters

Bab 281 Bayangan di Balik Kabut

Suasana kembali tegang setelah serangan mendadak itu, meskipun lawan mereka telah terpojok, tetapi gelombang ancaman masih terasa di udara. Ling berdiri, menatap pria yang terluka di depan mereka dengan kebencian yang tersirat dalam tatapannya. Pria itu memegang bahunya yang terkena panah dari Ailin, darah menetes dari sela-sela jarinya."Kami tidak datang untuk membuat kekacauan," kata Ling tegas. "Tetapi jika kalian memaksa, aku tidak akan mundur!"Pria itu tersenyum sinis meski dalam kesakitan. "Kau mungkin kuat, bocah. Tapi kau tidak tahu siapa yang kau hadapi."Sebelum Ling sempat bereaksi, kabut tebal tiba-tiba menyelimuti sekeliling mereka. Kabut itu begitu pekat sehingga dalam sekejap, jarak pandang mereka terhalang, hanya menyisakan siluet samar di sekitar mereka.Pang Zhi mendekat ke Ling, matanya waspada. "Ini bukan kabut biasa. Mereka mencoba sesuatu."Ailin mengencangkan genggamannya pada busurnya, matanya terus mencari pergerakan dalam kabut. "Siapkan diri. Mereka bisa m
Read more

Bab 282 Kilauan Pedang di Pegunungan Timur

Pemandangan di depan mereka berubah drastis ketika rombongan Ling memasuki wilayah Pegunungan Timur. Kabut perlahan menghilang, digantikan oleh langit yang cerah dengan pemandangan gunung-gunung menjulang tinggi. Di kejauhan, pepohonan hijau lebat membentang hingga ke lereng-lereng bukit, sementara batu-batu karang besar menghiasi jalur yang akan mereka lalui.Namun, meskipun keindahan alam tersebut memikat, Ling dan kawan-kawannya tetap merasakan ancaman yang tersembunyi. Pegunungan ini bukanlah tempat yang biasa; mereka tahu bahwa bahaya mengintai di balik setiap sudut."Kita harus waspada di sini," ujar Pang Zhi, suaranya penuh peringatan. "Pegunungan Timur terkenal sebagai tempat persembunyian para siluman, dan juga markas bagi banyak sekte sesat."Ling mengangguk sambil terus memegang erat pedangnya. Meski telah mengalahkan dua makhluk penjaga yang menakutkan di hutan sebelumnya, dia tahu bahwa perjalanan mereka masih jauh dari kata aman. Energi di tempat ini terasa berbeda, sepe
Read more

Bab 283 Duel di Kuil Tua

Angin dingin berhembus lembut, menelusup masuk melalui celah-celah dinding kuil yang usang. Ling berdiri tegap, matanya tak lepas dari sosok Tong Guan yang menantang. Pedang di tangannya terasa bergetar, seakan merasakan ketegangan yang menyelimuti udara. Tong Guan, dengan senyum sinisnya, perlahan melangkah maju. Di tangannya ada pedang hitam besar yang tampak memancarkan aura gelap, senjata yang sama yang digunakan saat pertemuan mereka sebelumnya."Kau masih bocah, Ling," kata Tong Guan dingin, suaranya menggema di ruangan yang sunyi. "Kau tak tahu apa-apa tentang kekuatan sejati. Bahkan kekuatan Manggala di dalam tubuhmu bukan apa-apa di hadapan kekuatanku."Ling mengepalkan pedangnya lebih erat. "Kekuatanmu mungkin besar, Tong Guan, tapi aku tak akan pernah membiarkanmu mendapatkan Kitab Dewa Naga. Kitab ini takdirku, bukan milikmu!" suaranya penuh tekad, menggema di antara patung-patung dewa yang hancur.Tanpa peringatan lebih lanjut, Tong Guan menyerang. Gerakannya cepat, nyari
Read more

Bab 284 Tekanan Kegelapan

Ling berdiri terpaku di tengah kuil yang hampir hancur, napasnya berat dan pandangannya buram. Tubuhnya bergetar, dan kekuatan Manggala di dalam dirinya terus mengalir, mencoba menguasai dirinya sepenuhnya. Dia tahu dia tidak bisa bertahan lama dalam kondisi ini.Di depannya, Tong Guan masih terkapar di tanah, tubuhnya penuh luka dan napasnya tersengal-sengal. Serangan terakhir Ling telah berhasil menghentikan lawannya, tetapi rasa kemenangan tidak pernah benar-benar datang. Malah, rasa takut yang semakin besar mulai tumbuh di dalam dirinya—takut akan kekuatan yang sekarang mengancam untuk mengambil alih."Kau tidak bisa lari dariku selamanya, Ling," suara Manggala berbisik dalam pikirannya, begitu jelas dan mendalam seakan berasal dari kedalaman neraka. "Cepat atau lambat, kau akan menyerah. Kekuatan ini akan menjadi milikku sepenuhnya."Ling mengepalkan tinjunya, menahan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya. "Aku tidak akan menyerah!" desisnya pelan, tetapi mantap. Dia berus
Read more

Bab 285 Langkah Menuju Kegelapan

Ling dan En Jio melangkah keluar dari kuil yang hancur, menghirup udara segar hutan Siluman. Meskipun terasa menenangkan, mereka berdua tahu bahwa bahaya masih mengintai. Kekuatan Manggala terus membayangi Ling, dan semakin lama mereka tinggal, semakin besar kemungkinan mereka diserang oleh musuh-musuh yang mengincar Kitab Dewa Naga.Setelah berjalan beberapa langkah, En Jio berhenti sejenak untuk melihat ke arah Ling. "Kau baik-baik saja, Ling?" tanyanya, mencemaskan kondisi mental muridnya. Ling mengangguk, meskipun rasa lelah dan ketidakpastian masih menyelimuti pikirannya."Aku akan baik-baik saja, Guru," jawabnya, berusaha terdengar yakin. "Tetapi aku perlu mengendalikan Manggala. Jika tidak, kekuatan itu bisa menguasai diriku kapan saja."En Jio mengangguk. "Kau tidak sendirian dalam perjuangan ini. Kita akan mencari cara untuk mengalahkan Manggala dan menemukan jalan untuk mengendalikan kekuatan itu."Ling merasa sedikit lega mendengar kata-kata gurunya. Dalam perjalanan mereka
Read more

Bab 286: Pertarungan Dalam Kegelapan

Ling dan En Jio berdiri berhadapan dengan sosok berjubah hitam yang menghalangi jalan mereka. Suasana di sekitar mereka mendadak hening, hanya suara angin yang berbisik seakan menyaksikan ketegangan yang menghangat di udara. Ling merasakan detak jantungnya semakin cepat, ketakutan dan keberanian berbaur dalam dirinya."Kau ingin kekuatan Manggala? Kau harus melalui kami terlebih dahulu!" teriak En Jio dengan tegas, mengangkat pedangnya dan menyiapkannya untuk bertarung. Ling merasakan semangat gurunya, dan itu memberi sedikit kekuatan dalam hatinya."Kau tidak paham betapa kuatnya Manggala," sosok berjubah itu menjawab, suaranya serak dan penuh penekanan. "Dengan kekuatannya, kau bisa menguasai dunia. Berikan dirimu kepadaku, dan aku akan membantumu mengendalikan kekuatan itu."Ling menatap sosok itu dengan tajam. "Aku tidak akan pernah menyerahkan diri kepada kegelapan!" Dia mengangkat kedua tangan, bersiap untuk mengeluarkan jurusnya. "Tebasan Tujuh Bintang!" Dia memfokuskan energin
Read more

Bab 287: Jalan Menuju Kebenaran

Ling dan En Jio berlari cepat, berusaha menjauh dari kumpulan sosok berjubah yang semakin mendekat. Suara langkah kaki mereka membahana di sepanjang jalan setapak hutan, seakan-akan setiap langkah mereka menggema dalam keheningan malam. Di tengah ketegangan itu, Ling merasakan semangatnya kembali membara. "Kita tidak boleh menyerah sekarang!" katanya, berusaha memberi semangat kepada En Jio yang berjalan di sampingnya."Kita harus menemukan tempat yang aman untuk bersembunyi," jawab En Jio dengan napas tersengal-sengal. "Ada sebuah gua di sebelah utara, mungkin kita bisa bersembunyi di sana."Ling mengangguk dan mempercepat langkahnya. Dalam pikirannya, gua itu menjadi simbol harapan, tempat di mana mereka bisa bersembunyi dan memulihkan diri dari kejaran musuh. Namun, saat mereka berlari, Ling terus merasakan getaran dari Kitab Dewa Naga di dalam dirinya, seakan memanggilnya untuk mendengarkan pesan yang lebih dalam."Ling, ada sesuatu yang tidak beres di sini!" En Jio berseru. Dia m
Read more

Bab 288: Pertarungan di Ujung Malam

Suasana di dalam gua menjadi semakin tegang saat Ling melancarkan jurus Tebasan Tujuh Bintang. Angin berputar hebat, menyapu debu dan serpihan batu, menciptakan aura magis yang memenuhi ruangan. Dengan tujuh tebasan yang menggelegar, Ling berharap dapat mengejutkan musuh-musuhnya dan menciptakan celah untuk melarikan diri.Namun, sosok berjubah hitam itu tampak tak tergoyahkan. Dengan cepat, mereka bergerak beriringan, menghindari serangan Ling dengan kelincahan yang mengejutkan. Salah satu dari mereka mengangkat tangannya, menciptakan perisai energi yang memantulkan serangan Ling kembali ke arah mereka."Hati-hati, Ling!" teriak En Jio, segera menarik Ling ke samping saat serangan balik itu meluncur ke arah mereka.Ling terjatuh, tetapi segera bangkit dan melangkah maju, mengabaikan rasa sakit yang mengalir di tubuhnya. "Kita tidak bisa mundur!" katanya dengan semangat, merasa terpicu oleh semangat juangnya. "Kita harus melawan!"Musuh-musuh mereka tidak memberi kesempatan untuk bern
Read more

Bab 289: Cahaya yang Menuntun

Ketika Ling dan En Jio mendekati cahaya yang samar itu, mereka merasakan kehangatan yang menyelimuti tubuh mereka, seolah-olah cahaya itu adalah harapan yang telah lama hilang. Ling mempercepat langkahnya, tidak sabar untuk menemukan sumber cahaya tersebut. Di dalam hatinya, ia merasakan getaran energi yang luar biasa, seakan-akan ada sesuatu yang luar biasa menunggu mereka di depan."Ling, hati-hati!" kata En Jio, suaranya penuh dengan kewaspadaan. Mereka telah menghadapi banyak bahaya dalam perjalanan ini, dan kecerobohan bisa berakibat fatal.Ling mengangguk, menahan semangatnya. "Aku tahu. Kita harus bersiap menghadapi apa pun." Ia memperlambat langkahnya dan mulai merasakan energi di sekitarnya. Sebuah aura magis memenuhi udara, membangkitkan semangatnya dan membuatnya merasa lebih kuat.Saat mereka akhirnya keluar dari area gelap, mereka terkejut melihat pemandangan yang menakjubkan. Di depan mereka terhampar sebuah lembah yang dikelilingi oleh tebing-tebing tinggi. Cahaya yang
Read more

Bab 290: Bayangan yang Mengintai

Ling dan En Jio melanjutkan perjalanan mereka, menyusuri jalan setapak yang mengarah keluar dari lembah yang mereka tinggalkan. Setiap langkah yang mereka ambil terasa lebih ringan, seolah-olah mereka membawa harapan baru yang diberikan oleh cahaya di kolam. Namun, Ling tidak bisa sepenuhnya melupakan ancaman Manggala yang masih mengintai di dalam dirinya. Setiap kali ia menggunakan kekuatan baru itu, bayangan sosok iblis jahat itu selalu mengikutinya, menunggu saat yang tepat untuk mengambil alih."Ling, kita harus lebih berhati-hati sekarang," kata En Jio, melihat wajah Ling yang terlihat serius. "Kekuatan yang kau dapatkan mungkin menarik perhatian musuh-musuh kita."Ling mengangguk, merasakan ketegangan di udara. "Aku tahu. Kita harus tetap waspada." Meskipun ia merasa lebih kuat, ia juga menyadari bahwa kekuatan besar datang dengan risiko yang lebih besar.Mereka melewati hutan lebat yang dipenuhi dengan pepohonan besar dan rimbun. Suara burung-burung yang berkicau dan hewan-hewa
Read more
PREV
1
...
2728293031
...
35
DMCA.com Protection Status