Beranda / Fantasi / Legenda Kitab Surgawi / Bab 286: Pertarungan Dalam Kegelapan

Share

Bab 286: Pertarungan Dalam Kegelapan

Penulis: ACANKUN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ling dan En Jio berdiri berhadapan dengan sosok berjubah hitam yang menghalangi jalan mereka. Suasana di sekitar mereka mendadak hening, hanya suara angin yang berbisik seakan menyaksikan ketegangan yang menghangat di udara. Ling merasakan detak jantungnya semakin cepat, ketakutan dan keberanian berbaur dalam dirinya.

"Kau ingin kekuatan Manggala? Kau harus melalui kami terlebih dahulu!" teriak En Jio dengan tegas, mengangkat pedangnya dan menyiapkannya untuk bertarung. Ling merasakan semangat gurunya, dan itu memberi sedikit kekuatan dalam hatinya.

"Kau tidak paham betapa kuatnya Manggala," sosok berjubah itu menjawab, suaranya serak dan penuh penekanan. "Dengan kekuatannya, kau bisa menguasai dunia. Berikan dirimu kepadaku, dan aku akan membantumu mengendalikan kekuatan itu."

Ling menatap sosok itu dengan tajam. "Aku tidak akan pernah menyerahkan diri kepada kegelapan!" Dia mengangkat kedua tangan, bersiap untuk mengeluarkan jurusnya. "Tebasan Tujuh Bintang!" Dia memfokuskan energin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Chandra Achan
ada banyak kejanggalan ceritanya, kapan Guru nya Ling muncul koq tiba tiba sdh bersama dengan Ling
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 287: Jalan Menuju Kebenaran

    Ling dan En Jio berlari cepat, berusaha menjauh dari kumpulan sosok berjubah yang semakin mendekat. Suara langkah kaki mereka membahana di sepanjang jalan setapak hutan, seakan-akan setiap langkah mereka menggema dalam keheningan malam. Di tengah ketegangan itu, Ling merasakan semangatnya kembali membara. "Kita tidak boleh menyerah sekarang!" katanya, berusaha memberi semangat kepada En Jio yang berjalan di sampingnya."Kita harus menemukan tempat yang aman untuk bersembunyi," jawab En Jio dengan napas tersengal-sengal. "Ada sebuah gua di sebelah utara, mungkin kita bisa bersembunyi di sana."Ling mengangguk dan mempercepat langkahnya. Dalam pikirannya, gua itu menjadi simbol harapan, tempat di mana mereka bisa bersembunyi dan memulihkan diri dari kejaran musuh. Namun, saat mereka berlari, Ling terus merasakan getaran dari Kitab Dewa Naga di dalam dirinya, seakan memanggilnya untuk mendengarkan pesan yang lebih dalam."Ling, ada sesuatu yang tidak beres di sini!" En Jio berseru. Dia m

  • Legenda Kitab Surgawi    Bab 288: Pertarungan di Ujung Malam

    Suasana di dalam gua menjadi semakin tegang saat Ling melancarkan jurus Tebasan Tujuh Bintang. Angin berputar hebat, menyapu debu dan serpihan batu, menciptakan aura magis yang memenuhi ruangan. Dengan tujuh tebasan yang menggelegar, Ling berharap dapat mengejutkan musuh-musuhnya dan menciptakan celah untuk melarikan diri.Namun, sosok berjubah hitam itu tampak tak tergoyahkan. Dengan cepat, mereka bergerak beriringan, menghindari serangan Ling dengan kelincahan yang mengejutkan. Salah satu dari mereka mengangkat tangannya, menciptakan perisai energi yang memantulkan serangan Ling kembali ke arah mereka."Hati-hati, Ling!" teriak En Jio, segera menarik Ling ke samping saat serangan balik itu meluncur ke arah mereka.Ling terjatuh, tetapi segera bangkit dan melangkah maju, mengabaikan rasa sakit yang mengalir di tubuhnya. "Kita tidak bisa mundur!" katanya dengan semangat, merasa terpicu oleh semangat juangnya. "Kita harus melawan!"Musuh-musuh mereka tidak memberi kesempatan untuk bern

  • Legenda Kitab Surgawi    Bab 289: Cahaya yang Menuntun

    Ketika Ling dan En Jio mendekati cahaya yang samar itu, mereka merasakan kehangatan yang menyelimuti tubuh mereka, seolah-olah cahaya itu adalah harapan yang telah lama hilang. Ling mempercepat langkahnya, tidak sabar untuk menemukan sumber cahaya tersebut. Di dalam hatinya, ia merasakan getaran energi yang luar biasa, seakan-akan ada sesuatu yang luar biasa menunggu mereka di depan."Ling, hati-hati!" kata En Jio, suaranya penuh dengan kewaspadaan. Mereka telah menghadapi banyak bahaya dalam perjalanan ini, dan kecerobohan bisa berakibat fatal.Ling mengangguk, menahan semangatnya. "Aku tahu. Kita harus bersiap menghadapi apa pun." Ia memperlambat langkahnya dan mulai merasakan energi di sekitarnya. Sebuah aura magis memenuhi udara, membangkitkan semangatnya dan membuatnya merasa lebih kuat.Saat mereka akhirnya keluar dari area gelap, mereka terkejut melihat pemandangan yang menakjubkan. Di depan mereka terhampar sebuah lembah yang dikelilingi oleh tebing-tebing tinggi. Cahaya yang

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 290: Bayangan yang Mengintai

    Ling dan En Jio melanjutkan perjalanan mereka, menyusuri jalan setapak yang mengarah keluar dari lembah yang mereka tinggalkan. Setiap langkah yang mereka ambil terasa lebih ringan, seolah-olah mereka membawa harapan baru yang diberikan oleh cahaya di kolam. Namun, Ling tidak bisa sepenuhnya melupakan ancaman Manggala yang masih mengintai di dalam dirinya. Setiap kali ia menggunakan kekuatan baru itu, bayangan sosok iblis jahat itu selalu mengikutinya, menunggu saat yang tepat untuk mengambil alih."Ling, kita harus lebih berhati-hati sekarang," kata En Jio, melihat wajah Ling yang terlihat serius. "Kekuatan yang kau dapatkan mungkin menarik perhatian musuh-musuh kita."Ling mengangguk, merasakan ketegangan di udara. "Aku tahu. Kita harus tetap waspada." Meskipun ia merasa lebih kuat, ia juga menyadari bahwa kekuatan besar datang dengan risiko yang lebih besar.Mereka melewati hutan lebat yang dipenuhi dengan pepohonan besar dan rimbun. Suara burung-burung yang berkicau dan hewan-hewa

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 291: Jejak yang Tertinggal

    Ling dan En Jio melanjutkan perjalanan mereka, menembus hutan yang semakin gelap seiring berjalannya waktu. Keberhasilan mereka mengalahkan Siluman Hutan memberikan dorongan semangat, tetapi bayangan kekuatan Manggala masih menghantui pikiran Ling. Setiap kali ia menggunakan kekuatan baru yang diperolehnya dari Kitab Dewa Naga, ia merasakan dorongan dari dalam dirinya yang mencoba menguasainya."Ling, kita perlu berhenti sejenak," kata En Jio, menghentikan langkahnya. "Aku perlu mengatur napasku."Ling mengangguk, memahami kelelahan yang dirasakan oleh temannya. Mereka mencari sebuah tempat di mana mereka bisa duduk dan beristirahat sejenak, jauh dari kemungkinan ancaman. Sinar matahari yang merembes dari celah-celah pepohonan menciptakan pola indah di tanah, tetapi Ling tidak bisa menikmati keindahan itu sepenuhnya. Semua ini terasa seperti perangkap, dan dia tahu bahwa mereka harus terus bergerak.Mereka duduk di atas akar pohon besar, mengambil napas dalam-dalam. "Ling, kau masih m

  • Legenda Kitab Surgawi    Bab 292: Peluang di Ujung Jalan

    Setelah melanjutkan perjalanan mereka, Ling dan En Jio melangkah lebih hati-hati. Mereka memasuki area hutan yang lebih padat, dengan pepohonan tinggi menjulang dan semak belukar yang rapat. Suasana di sekitar mereka semakin sunyi, hanya terdengar suara gemerisik dedaunan dan sesekali bunyi burung yang terbang tinggi di langit."Ling, menurutku kita harus lebih berhati-hati. Hutan ini terasa aneh," En Jio berkomentar, memperhatikan suasana sekitar yang semakin tidak nyaman.Ling mengangguk, merasakan ketegangan yang sama. "Aku merasakannya juga. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres di sini."Mereka berdua berusaha untuk tetap waspada. Ling membuka indera spiritualnya, mencoba merasakan gelombang energi di sekelilingnya. Tiba-tiba, dia mendengar suara aneh, seolah ada bisikan lembut yang datang dari arah dalam hutan."Apa kau mendengar itu?" tanya Ling, berhenti sejenak.En Jio mengernyitkan dahi. "Tidak, tapi aku merasakannya. Suara itu terdengar dekat."Ling mengikuti arah suara t

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 293: Ujian Ketulusan

    Setelah melewati Ujian Keberanian, Ling dan En Jio merasa semangat mereka semakin membara. Mereka telah berhasil menghadapi ketakutan terdalam mereka, dan kini mereka bersiap untuk Ujian Ketulusan yang dijelaskan oleh Yara. Ling tahu bahwa ujian ini akan menjadi tantangan yang berbeda, tetapi tekadnya untuk melindungi orang-orang yang dicintainya memberinya kekuatan."Apa yang harus kami lakukan untuk Ujian Ketulusan ini?" tanya Ling dengan penuh rasa ingin tahu, sambil menatap Yara yang berdiri di depan mereka dengan tatapan penuh arti.Yara tersenyum lebar, matanya bersinar dengan kebijaksanaan. "Ujian Ketulusan akan menguji niat dan hati kalian. Kau harus bersedia menghadapi kenyataan pahit dan menyampaikan niatmu yang sebenarnya. Dalam proses ini, kau akan dihadapkan pada pilihan sulit."En Jio mengangguk, tampak lebih serius. "Apa yang akan terjadi jika kami gagal?""Jika kalian gagal, niat buruk akan terungkap, dan kekuatan kalian akan diambil," Yara menjelaskan. "Tetapi jika ka

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 294: Ujian Terakhir

    Setelah mendengar penjelasan Yara tentang Ujian Ketahanan, Ling dan En Jio merasakan ketegangan di antara mereka. Mereka tahu bahwa ujian ini akan menjadi tantangan terberat yang pernah mereka hadapi, dan kegagalan bukanlah pilihan. Ling meremas tangan Pedang Pemabalik Surga yang terjuntai di sampingnya, merasakan getaran energinya yang memanggil."Kita tidak bisa kalah," kata En Jio, wajahnya serius. "Kita harus melakukan apapun untuk mendapatkan kekuatan yang kita butuhkan.""Ya," jawab Ling, berusaha menenangkan pikirannya. "Kita sudah terlalu jauh untuk menyerah sekarang."Yara melangkah lebih dekat, tatapan matanya menembus ke dalam jiwa mereka. "Ingat, Ujian Ketahanan ini bukan hanya tentang fisik, tetapi juga mental dan emosional. Kalian akan dihadapkan pada berbagai rintangan yang akan menguji tekad kalian. Kalian harus bersatu dan saling mendukung, karena tanpa itu, kalian tidak akan berhasil."Ling mengangguk, menyadari betapa pentingnya dukungan satu sama lain dalam menghad

Bab terbaru

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 344: Cahaya di Tengah Kegelapan

    Ling terdiam dalam keheningan, tatapannya masih terpaku pada tempat di mana sosok berjubah putih itu menghilang. Lengkukup dan En Jio berdiri di sisinya, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Namun, pertanyaan yang menggantung di udara tidak segera menemukan jawaban."Siapa dia?" En Jio akhirnya memecah kesunyian, suaranya bergetar lemah. "Penjaga Kuil Tianlong? Aku tidak pernah mendengar tentang sosok seperti itu..."Lengkukup, yang biasanya tenang dan penuh perhitungan, hanya menggelengkan kepala. "Dia muncul tepat saat kita membutuhkannya. Entah siapa atau apa tujuannya, kita sebaiknya bersyukur."Ling menghela napas panjang, tubuhnya masih lelah setelah serangan besar yang hampir menghabisi kekuatannya. "Kita harus segera pergi dari sini. Tempat ini penuh dengan kegelapan, dan aku merasakan sesuatu yang tidak beres."Mereka bertiga mengangkat diri, meskipun tubuh mereka masih t

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 343: Perlawanan Terakhir di Kaki Gunung Tianfeng

    Sima Yan berdiri tegak di hadapan Ling, Lengkukup, dan En Jio. Aura kegelapan yang memancar dari tubuhnya membuat udara di sekitar mereka terasa berat. Pedangnya yang besar dan hitam berkilauan dengan cahaya merah yang jahat, menandakan kekuatan yang luar biasa.Ling mengepalkan tangannya lebih kuat di sekitar gagang pedangnya. Napasnya terasa berat, dan dadanya bergemuruh dengan adrenalin. Dia tahu ini bukan hanya pertarungan melawan seorang musuh yang kuat, tapi juga perjuangan untuk tetap hidup."Kita tidak bisa membiarkan dia menang!" desis Ling dengan penuh semangat, meski dia tahu dalam hatinya bahwa mereka mungkin tidak akan bertahan dari pertarungan ini.Lengkukup berdiri di sampingnya, menatap dingin ke arah Sima Yan. "Kita bertarung sampai napas terakhir. Tidak ada pilihan lain."En Jio, yang masih terluka, mengangguk dengan susah payah. Meskipun kondisinya jauh dari ideal, dia tahu tidak ada waktu untuk mundur.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 342: Bayangan di Balik Gunung Tianfeng

    Ketika mereka keluar dari gua, lembah yang dulunya gelap sekarang diterangi cahaya redup matahari yang mulai tenggelam. Udara terasa lebih berat, seolah sesuatu yang jahat menyelimuti mereka dari kejauhan. Langit di atas Gunung Tianfeng mulai berubah menjadi merah darah, pertanda bahwa bahaya semakin dekat.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 341: Pertempuran di Lembah Kematian

    Suasana di dalam ruangan besar itu mendadak tegang. Pria berjubah hitam yang berdiri di hadapan mereka tampak mengintimidasi, dengan senyum penuh kebencian yang menyiratkan keyakinan mutlak pada kekuatannya. Cahaya dari kristal elemen hijau memantul di zirah hitamnya, mempertegas aura kegelapan yang menyelimuti tubuhnya."Aku adalah pengawal elemen ini," ucap pria itu dengan suara rendah yang bergetar. "Namaku Hei Long, dan kalian tak akan bisa melewati gerbang kehidupan ini."Ling menatap pria itu dengan tajam, mempersiapkan diri. "Kalau begitu, kita tak punya pilihan lain selain melawanmu."Lengkukup dan En Jio mengambil posisi di sebelah Ling. Meskipun mereka tahu bahwa Hei Long adalah lawan yang kuat, mereka tidak punya waktu untuk ragu. Kristal elemen hijau itu adalah kunci untuk melengkapi kekuatan Kitab Dewa Naga, dan mereka harus mendapatkannya, apa pun risikonya."Serahkan saja elemen itu

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 340: Perjalanan Menuju Lembah Kematian

    Malam mulai menyelimuti perbukitan, namun Ling, Lengkukup, dan En Jio terus melangkah. Suasana semakin mencekam saat kabut tipis mulai muncul, menyelimuti jalanan setapak yang semakin sempit. Hutan lebat di kiri dan kanan mereka seolah menjadi dinding kegelapan yang tak tertembus. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar di tengah keheningan itu."Kita semakin dekat," kata Lengkukup, matanya terus mengawasi setiap gerakan di sekitar. "Aku bisa merasakan kehadiran sesuatu yang tidak biasa di sini."Ling mengangguk setuju. Dari kitab Dewa Naga yang berada dalam genggamannya, ia bisa merasakan energi yang semakin kuat. "Lembah itu tak jauh lagi. Energi dari elemen berikutnya sangat jelas terpancar dari sana."En Jio, yang biasanya penuh semangat, kali ini tampak lebih tenang. "Apa kalian sudah siap? Kalau pasukan hitam benar-benar menunggu di sana, ini akan menjadi pertempuran yang sulit."

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 339: Kabar di Balik Perbukitan

    Setelah berhasil mengalahkan Pengawal Bayangan dan mengamankan elemen es, Ling, Lengkukup, dan En Jio melanjutkan perjalanan mereka menuju perbukitan yang lebih rendah, meninggalkan puncak es yang mencekam di belakang. Udara di sini lebih hangat, tapi suasana tegang masih melingkupi mereka. Masing-masing terdiam, merenungkan pertempuran yang baru saja mereka lalui.“Kita sekarang memiliki dua elemen,” kata Lengkukup, memecah keheningan. “Tapi musuh kita pasti semakin sadar dengan keberadaan kita.”Ling mengangguk. “Kita harus bergerak cepat. Mereka tidak akan tinggal diam dan membiarkan kita mengambil semua elemen begitu saja.”En Jio, yang biasanya ceria, kali ini terlihat lebih serius. “Kalau mereka sudah mengirim Pengawal Bayangan, berarti kekuatan besar sedang memantau kita. Kita harus siap menghadapi mereka, kapan pun mereka menyerang.”

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 338: Bayangan di Balik Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen es dari Puncak Es, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak bisa beristirahat lama. Meski mereka baru saja mengalahkan serigala es yang menjaga elemen tersebut, perasaan cemas tidak pernah benar-benar pergi. Keheningan yang melingkupi pegunungan bersalju seolah menyembunyikan ancaman yang belum terungkap.“Ling,” kata Lengkukup tiba-tiba, matanya tajam menatap ke kejauhan. “Kita sedang diawasi.”Ling yang sedang mengatur napas setelah pertempuran, langsung siaga. Dia mengeluarkan pedangnya dengan gerakan cepat, memfokuskan seluruh indranya untuk mendeteksi ancaman yang disampaikan Lengkukup. Seiring angin dingin yang menusuk, bayangan mulai terlihat di balik kabut tebal.En Jio, yang sebelumnya sedang bercanda untuk menghilangkan ketegangan, kini mengalihkan pandangannya dengan wajah serius. “Sepertinya, penjaga elemen es bukan satu-satunya yang harus kita hadapi.”Dari kabut yang semakin pekat, muncul sosok-sosok berpakaian hitam. Mereka bergerak dengan k

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 337: Perjalanan ke Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen api dari Gunung Berapi Hitam, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak memiliki banyak waktu untuk merayakan keberhasilan mereka. Tantangan berikutnya, elemen es, menanti mereka di ujung dunia yang berlawanan, di Puncak Es yang dilapisi salju abadi.“Kita tidak bisa berlama-lama di sini,” ujar Ling, napasnya masih terengah-engah setelah pertarungan yang menegangkan. “Puncak Es jauh, dan kita tidak tahu apa yang menanti kita di sana.”Lengkukup menyetujui, mengangkat elemen api dengan hati-hati. Cahaya merah yang menyala dari elemen itu berdenyut lembut, memberikan rasa hangat yang kontras dengan suhu yang akan mereka hadapi di perjalanan berikutnya.“Kau benar, Ling,” katanya. “Kita harus segera bergerak. Semakin lama kita menunda, semakin besar kemungkinan musuh kita mengetahui keberadaan elemen ini.”En Jio, yang telah berhasil mengalihkan perhatian naga api, berjalan mendekat. Dia tersenyum puas, meskipun wajahnya dipenuhi keringat. “Aku tidak sabar unt

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 336: Menuju Gunung Berapi Hitam

    Dengan hati yang penuh semangat dan ketegangan yang meningkat, Ling, Lengkukup, dan En Jio meninggalkan pasar malam. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan menjadi salah satu yang paling menantang yang pernah mereka hadapi. Mereka harus mendapatkan dua elemen yang berlawanan, dan langkah pertama adalah menuju Gunung Berapi Hitam.Di jalan, Ling merenungkan kata-kata lelaki tua itu. Kekuatan tidak hanya datang dari kemampuan fisik, tetapi juga dari keputusan yang mereka buat. Perjalanan ini bukan hanya tentang mencari kunci, tetapi juga tentang menemukan diri mereka sendiri dan menguji batasan mereka.Sesampainya di tepi hutan, mereka berhenti sejenak. Ling bisa merasakan perubahan udara, dari segar menjadi panas dan berbau sulfur. “Kita sudah dekat dengan gunung,” ujarnya.“Kau yakin kita siap menghadapi makhluk yang menjaga elemen api?” Lengkukup bertanya, merasakan ketegangan di udara.“Kita harus percaya satu sama lain,” jawab Ling. “Kita sudah melalui banyak hal bersama. Ini hanya

DMCA.com Protection Status