Ling dan En Jio berlari cepat, berusaha menjauh dari kumpulan sosok berjubah yang semakin mendekat. Suara langkah kaki mereka membahana di sepanjang jalan setapak hutan, seakan-akan setiap langkah mereka menggema dalam keheningan malam. Di tengah ketegangan itu, Ling merasakan semangatnya kembali membara. "Kita tidak boleh menyerah sekarang!" katanya, berusaha memberi semangat kepada En Jio yang berjalan di sampingnya."Kita harus menemukan tempat yang aman untuk bersembunyi," jawab En Jio dengan napas tersengal-sengal. "Ada sebuah gua di sebelah utara, mungkin kita bisa bersembunyi di sana."Ling mengangguk dan mempercepat langkahnya. Dalam pikirannya, gua itu menjadi simbol harapan, tempat di mana mereka bisa bersembunyi dan memulihkan diri dari kejaran musuh. Namun, saat mereka berlari, Ling terus merasakan getaran dari Kitab Dewa Naga di dalam dirinya, seakan memanggilnya untuk mendengarkan pesan yang lebih dalam."Ling, ada sesuatu yang tidak beres di sini!" En Jio berseru. Dia m
Suasana di dalam gua menjadi semakin tegang saat Ling melancarkan jurus Tebasan Tujuh Bintang. Angin berputar hebat, menyapu debu dan serpihan batu, menciptakan aura magis yang memenuhi ruangan. Dengan tujuh tebasan yang menggelegar, Ling berharap dapat mengejutkan musuh-musuhnya dan menciptakan celah untuk melarikan diri.Namun, sosok berjubah hitam itu tampak tak tergoyahkan. Dengan cepat, mereka bergerak beriringan, menghindari serangan Ling dengan kelincahan yang mengejutkan. Salah satu dari mereka mengangkat tangannya, menciptakan perisai energi yang memantulkan serangan Ling kembali ke arah mereka."Hati-hati, Ling!" teriak En Jio, segera menarik Ling ke samping saat serangan balik itu meluncur ke arah mereka.Ling terjatuh, tetapi segera bangkit dan melangkah maju, mengabaikan rasa sakit yang mengalir di tubuhnya. "Kita tidak bisa mundur!" katanya dengan semangat, merasa terpicu oleh semangat juangnya. "Kita harus melawan!"Musuh-musuh mereka tidak memberi kesempatan untuk bern
Ketika Ling dan En Jio mendekati cahaya yang samar itu, mereka merasakan kehangatan yang menyelimuti tubuh mereka, seolah-olah cahaya itu adalah harapan yang telah lama hilang. Ling mempercepat langkahnya, tidak sabar untuk menemukan sumber cahaya tersebut. Di dalam hatinya, ia merasakan getaran energi yang luar biasa, seakan-akan ada sesuatu yang luar biasa menunggu mereka di depan."Ling, hati-hati!" kata En Jio, suaranya penuh dengan kewaspadaan. Mereka telah menghadapi banyak bahaya dalam perjalanan ini, dan kecerobohan bisa berakibat fatal.Ling mengangguk, menahan semangatnya. "Aku tahu. Kita harus bersiap menghadapi apa pun." Ia memperlambat langkahnya dan mulai merasakan energi di sekitarnya. Sebuah aura magis memenuhi udara, membangkitkan semangatnya dan membuatnya merasa lebih kuat.Saat mereka akhirnya keluar dari area gelap, mereka terkejut melihat pemandangan yang menakjubkan. Di depan mereka terhampar sebuah lembah yang dikelilingi oleh tebing-tebing tinggi. Cahaya yang
Ling dan En Jio melanjutkan perjalanan mereka, menyusuri jalan setapak yang mengarah keluar dari lembah yang mereka tinggalkan. Setiap langkah yang mereka ambil terasa lebih ringan, seolah-olah mereka membawa harapan baru yang diberikan oleh cahaya di kolam. Namun, Ling tidak bisa sepenuhnya melupakan ancaman Manggala yang masih mengintai di dalam dirinya. Setiap kali ia menggunakan kekuatan baru itu, bayangan sosok iblis jahat itu selalu mengikutinya, menunggu saat yang tepat untuk mengambil alih."Ling, kita harus lebih berhati-hati sekarang," kata En Jio, melihat wajah Ling yang terlihat serius. "Kekuatan yang kau dapatkan mungkin menarik perhatian musuh-musuh kita."Ling mengangguk, merasakan ketegangan di udara. "Aku tahu. Kita harus tetap waspada." Meskipun ia merasa lebih kuat, ia juga menyadari bahwa kekuatan besar datang dengan risiko yang lebih besar.Mereka melewati hutan lebat yang dipenuhi dengan pepohonan besar dan rimbun. Suara burung-burung yang berkicau dan hewan-hewa
Ling dan En Jio melanjutkan perjalanan mereka, menembus hutan yang semakin gelap seiring berjalannya waktu. Keberhasilan mereka mengalahkan Siluman Hutan memberikan dorongan semangat, tetapi bayangan kekuatan Manggala masih menghantui pikiran Ling. Setiap kali ia menggunakan kekuatan baru yang diperolehnya dari Kitab Dewa Naga, ia merasakan dorongan dari dalam dirinya yang mencoba menguasainya."Ling, kita perlu berhenti sejenak," kata En Jio, menghentikan langkahnya. "Aku perlu mengatur napasku."Ling mengangguk, memahami kelelahan yang dirasakan oleh temannya. Mereka mencari sebuah tempat di mana mereka bisa duduk dan beristirahat sejenak, jauh dari kemungkinan ancaman. Sinar matahari yang merembes dari celah-celah pepohonan menciptakan pola indah di tanah, tetapi Ling tidak bisa menikmati keindahan itu sepenuhnya. Semua ini terasa seperti perangkap, dan dia tahu bahwa mereka harus terus bergerak.Mereka duduk di atas akar pohon besar, mengambil napas dalam-dalam. "Ling, kau masih m
Setelah melanjutkan perjalanan mereka, Ling dan En Jio melangkah lebih hati-hati. Mereka memasuki area hutan yang lebih padat, dengan pepohonan tinggi menjulang dan semak belukar yang rapat. Suasana di sekitar mereka semakin sunyi, hanya terdengar suara gemerisik dedaunan dan sesekali bunyi burung yang terbang tinggi di langit."Ling, menurutku kita harus lebih berhati-hati. Hutan ini terasa aneh," En Jio berkomentar, memperhatikan suasana sekitar yang semakin tidak nyaman.Ling mengangguk, merasakan ketegangan yang sama. "Aku merasakannya juga. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres di sini."Mereka berdua berusaha untuk tetap waspada. Ling membuka indera spiritualnya, mencoba merasakan gelombang energi di sekelilingnya. Tiba-tiba, dia mendengar suara aneh, seolah ada bisikan lembut yang datang dari arah dalam hutan."Apa kau mendengar itu?" tanya Ling, berhenti sejenak.En Jio mengernyitkan dahi. "Tidak, tapi aku merasakannya. Suara itu terdengar dekat."Ling mengikuti arah suara t
Setelah melewati Ujian Keberanian, Ling dan En Jio merasa semangat mereka semakin membara. Mereka telah berhasil menghadapi ketakutan terdalam mereka, dan kini mereka bersiap untuk Ujian Ketulusan yang dijelaskan oleh Yara. Ling tahu bahwa ujian ini akan menjadi tantangan yang berbeda, tetapi tekadnya untuk melindungi orang-orang yang dicintainya memberinya kekuatan."Apa yang harus kami lakukan untuk Ujian Ketulusan ini?" tanya Ling dengan penuh rasa ingin tahu, sambil menatap Yara yang berdiri di depan mereka dengan tatapan penuh arti.Yara tersenyum lebar, matanya bersinar dengan kebijaksanaan. "Ujian Ketulusan akan menguji niat dan hati kalian. Kau harus bersedia menghadapi kenyataan pahit dan menyampaikan niatmu yang sebenarnya. Dalam proses ini, kau akan dihadapkan pada pilihan sulit."En Jio mengangguk, tampak lebih serius. "Apa yang akan terjadi jika kami gagal?""Jika kalian gagal, niat buruk akan terungkap, dan kekuatan kalian akan diambil," Yara menjelaskan. "Tetapi jika ka
Setelah mendengar penjelasan Yara tentang Ujian Ketahanan, Ling dan En Jio merasakan ketegangan di antara mereka. Mereka tahu bahwa ujian ini akan menjadi tantangan terberat yang pernah mereka hadapi, dan kegagalan bukanlah pilihan. Ling meremas tangan Pedang Pemabalik Surga yang terjuntai di sampingnya, merasakan getaran energinya yang memanggil."Kita tidak bisa kalah," kata En Jio, wajahnya serius. "Kita harus melakukan apapun untuk mendapatkan kekuatan yang kita butuhkan.""Ya," jawab Ling, berusaha menenangkan pikirannya. "Kita sudah terlalu jauh untuk menyerah sekarang."Yara melangkah lebih dekat, tatapan matanya menembus ke dalam jiwa mereka. "Ingat, Ujian Ketahanan ini bukan hanya tentang fisik, tetapi juga mental dan emosional. Kalian akan dihadapkan pada berbagai rintangan yang akan menguji tekad kalian. Kalian harus bersatu dan saling mendukung, karena tanpa itu, kalian tidak akan berhasil."Ling mengangguk, menyadari betapa pentingnya dukungan satu sama lain dalam menghad