Semua Bab Cinta di Bumi Turky: Bab 1 - Bab 10

86 Bab

BAGIAN SATU

Ana POV      Ini pagi yang amat sangat dingin di kota Istanbul, sinar matahari dari arah timur terbit seperti malu malu. Membawa rasa hangat untuk mencairkan salju yang sangat tipis itu. Panas sudah mulai memudar memang dari beberapa minggu lalu. Lihatlah pohon-pohon didepan sana sudah mulai basah dan berwarna putih meskipun tipis, musim panas akan segera berlalu.     Aku berlari cepat setelah turun dari angkutan umum tua ini. Suara decitanya yang khas membuat ia berhenti tepat didepan halte tujuan. 'ini kasus pertamaku dimagangku kali ini, kenapa aku begitu ceroboh?' Rutukku pada diriku sendiri.    Aku berlari agar cepat sampai pada tujuan. Aku berharap jam sedikit mundur agar aku tidak terlambat. Tapi sayang waktu akan terus berlari bukan dan tidak akan kembali. Aku terengah-engah begitu sampai didepan gedung besar bergaya Roma klasik ini. Warna catnya kuning pastel terang.     "Günaydın,
Baca selengkapnya

BAGIAN DUA

Liana POV "Akh Jawa, perempuan terlembut dan paling cantik yang ku temui, dalam artian mereka cantik secara hati maupun tata kramanya". pak Serge menekankan dengan wajah berbinar binar. Sungguh ia ingin menampakkan ia sangat jatuh cinta dengan istrinya. Aku tersenyum."istri bapak pasti orang yang sangat spesial" aku tersenyum antusias mendengarkan. Pak Serge tersenyum sumringah. "Istriku adalah wanita tercantik dan terbaik yang ku temui, tapi yang saya pelajari semua wanita Jawa adalah sosok yang sangat luar bi
Baca selengkapnya

BAGIAN TIGA

   Liana POV  Jaket- jaket tebal itu menghiasi setiap pandangan, warna-warna gelap menjadi dominan. Di musim dingin suhu udara bisa minus beberapa derajat meskipun tidak seekstrim di Turki bagian Eropa. dibagian istanbul lain mungkin tidak begini. Langkah kakiku pagi ini membawaku pada tempat yang sama seperti kemarin. Apa lagi kalau bukan mengunjungi hakim Serge. Jaket tebalku membuatku terbantu, kalau tidak aku akan membeku ditengah-tengah kota ini. Aku berharap beliau tidak akan bosan bertemu dengan mukaku. "Günaydın..." Aku mengucapkanya pada orang yang berpapasan denganku, orang ini yang kemarin secara tak sengaja ku lihat. Dia disamping pak Serge saat aku ik
Baca selengkapnya

BAGIAN EMPAT

 Liana POV  Didepan memang disekat dengan pintu pagar besi, hanya orang orang tertentu yang dapat masuk untuk kepentingan tertentu. Disebelah kanan pintu masuk ini adalah ruangan besar terdapat penjaga disana. Azfer dengan lihainya berbicara. Bernegosiasi dengan sipir penjara itu. Aku hanya diam melihat cara dia bicara. secara keseluruhan cara bicara Azfer ini tegas, tidak banyak lelucon, lugas dan langsung pada intinya. Sorot matanya yang tajam kadang membuat lawan bicara seolah diintimidasi yang sangat dalam. Dia manggut-manggut setelah mendengarkan penjelasan sifir penjara, beberapa negoisasi dilakukanya dengan sang sipir, termasuk memberikanku ijin bertemu dengan tahanan saat Azfer tidak ada, jadi mereka membuat kartu akses khusus yang bisa digunakan untuk kepentingan lawyer, itulah tadi intinya negoisasi Azfer.
Baca selengkapnya

BAGIAN LIMA

 Liana POV "Aku akan kembali saja pak Azfer..." Katanya kemudian setelah tidak menyambut tanganku. Dia bangkit tapi Azfer lebih cepat mencegahnya. "Tunggu pak, kita akan berusaha mengeluarkan anda" Azfer mencoba mencegah Emir. "Biarlah saya disini saja pak, percuma hasilnya akan tetap sama" yang punya diri terlihat sekali putus asa. Aku berdiri mematung melihat mereka berdebat. "Kita harus berusaha setidaknya" Azfer menyemangati dengan tegas. Sepertinya karena Azfer sering membawa lawyer untuk dia, dua orang ini jadi akrab.
Baca selengkapnya

BAGIAN ENAM

"Kamu lihatkan, beginilah kejadianya sehingga kita tidak bisa menolongnya bertahun tahun." "Ada trauma mendalam di hatinya" aku mengatakan kemudian. "Kamu pintar menginterogasi, bagaimana jika kamu masuk kepolisian saja" Azfer tersenyum setelah memujiku. Jenis senyuman yang membuatku membeku beberapa detik. Tuhan tolong jauhkan orang tampan ini dari hidupku, bagaimana aku bisa bertahan jika setiap hari diberikan senyuman begini, sadar ana sadar, kamu ini orang Indonesia dia turki, batinku meronta. "Sekarang kamu tau sendiri pengakuanya, berarti memang Emir tidak ada salah, opsi kedua kita harus mencari pembunuh itu siapa" kataku kemudian. "Tunggu sebentar"
Baca selengkapnya

BAGIAN TUJUH

Liana POV  Hari sudah mulai sore pukul 18.00. Aku berjalan menuju tempat pakir taxi, Sebuah kedai pinggir jalan membuatku ingin mampir, perutku sedikit begegejolak. Sekarang, aku harus mengisinya. Sedikit teh dan seporsi kebab lumayan untuk menganjal perutku. "Pak kebab satu porsi" pesanku lalu membayar dan duduk di meja yang disediakan. Hanya ada beberapa orang sekarang dikedai ini. Tiba-tiba seorang perempuan paruh baya melewatiku dan dompetnya terjatuh persis disebelahku. Dengan segera aku mengambilnya dan berteriak memangil. "Nyonya tunggu!" Seruku. Aku berjalan cepat karena wanita paruh baya itu berjalan cepat. "Nyonya tunggu..." Aku akhirnya sedikit berlari ke arah orang tersebut, akhirnya yang ku panggil berhenti dan menoleh. "Nyonya..." Aku sampai didepan orang itu. "Anda memangil saya?" "Iya,,, dom..pet anda terjatuh" kataku akhirnya sambil mengambil nafas. "Oh... Terima kasih banyak anak muda, sun
Baca selengkapnya

BAGIAN DELAPAN

Azver Pov     Aku melihat Mantanku di instagramnya, kekasihku yang tiba tiba saja menghilang dariku dua tahun yang lalu, dan kabar terakhir yang ku dengar dia menikah dengan pengusaha asal Yunani.      Beberapa foto ipek membuatku sedikit nyeri, aku masih sedikit mencintainya, alasan tidak jelas kami berpisah membuat aku sulit untuk menerima kenyataan.        Ku hembuskan nafas kasar lalu menutup istagramku.  "Aku harus cepat move on" kataku pada diri sendiri, aku mengelap mukaku dengan tangan kananku, ku harap rasa gundahku segera hilang, aku pria yang sulit untuk jatuh cinta memang tapi bukan berarti aku pria yang tidak bisa move on.         Aku langsung pergi meninggalkan apartemen **      ku rasa aku perlu menghubungi hakim serge, aku berjalan menuju ruang hakim, semoga beliau ti
Baca selengkapnya

BAGIAN SEMBILAN

Author POV Wajah tampan Azfer terlihat sudah menunggu tidak sabar didepan sebuah flat. Dia sudah berdiri dari lima belas menit yang lalu dengan memainkan kunci mobilnya. Ana terlihat berlari dengan tergesa gesa. "Aduh!" Lenguhnya ketika ia tidak sengaja menabrak pot bunga didepan pagar, tapi itu tidak menyurutkan niatnya berlari. "Hahhh hahhhh hahhh" nafasnya memburu akibat lari maraton. Wajah Azfer yang melihat Ana, sedikit mengernyit tidak sabar. "Sorry sorry aku telat" lirihnya  "Dasar orang Indonesia" Kata Azfer malas lalu berputar dan masuk ke kemudi mobil.  "Hhhhh hahhh" Ana membuang nafas terakhir dia memandangi Azfer yang barusan menghinanya itu dengan wajah sebal, jantungnya sudah normal sekarang. "Sabar Ana, sabar ini ujian" katanya pada diri sendiri, lalu membuka pintu mobil dan masuk disamping Azfer. "Kamu biasa bangun dan lari lari seperti ini?"  "Hmmm" dia malas menangga
Baca selengkapnya

BAGIAN SEPULUH

Author POV    "Ayo, kamu mau disini terus?" Azfer mengatakanya sambil berjalan meninggalkan Liana. Ana lalu mencebikkan bibirnya. begitu masuk kedalam yang dia jumpai adalah sebuah restoran berkonsep alam dengan tempat duduknya dibuat konsep pop warna-warni. Sehingga membuat kesan ceria dalam restoran. mata Liana menangkap lambaian seseorang berwajah sangat cantik. Azfer menuju orang tersebut tanpa berkata apapun pada Ana, apakah dia lupa bahwa dia kemari membawa liana?, Sampai dimeja gadis cantik itu, mereka disambut dengan senyuman yang merekah indah, sebuah senyuman untuk azfer tentu saja, tapi liana tidak yakin senyuman tersebut untuknya, lalu kemudian kening wanita itu mengerut menatap liana yang ada dibelakang Azfer.    "Ini temanmu?" Tanyanya tak menghilangkan senyuman manis di pipinya     "Cansu, em......, maaf ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status