Home / Romansa / Cinta di Bumi Turky / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Cinta di Bumi Turky: Chapter 11 - Chapter 20

86 Chapters

BAGIAN SEBELAS

Azfer pov  Aku benar-benar lupa kalau pada jam ini aku ada janji dengan Canzu, ku harap dia tidak terlalu merajuk, karena aku sudah on the way kesana. Aku sudah berjalan ke dalam, Tapi tunggu. aku harus memriksa gadis satu ini, oh my god, dia sedang berdiri seperti patung memandangi restoran ini. apakah dia tidak pernah ke tempat seperti ini? apakah di Indonesia tidak ada tempat begini? Ingatkan aku untuk mengeceknya nanti.  "Ayo....!!" Aku meneriakki-nya sehingga membuat Ana sedikit kaget mendengar teriakanku. Aku berjalan cepat, ketika sampai ditempat resto aku edarkan pandanganku mencari Canzu. Teryata dia sudah melambai lambaikan tanganya padaku, dengan segera aku menghampirinya.  "Ini temanmu?" Perkataan Canzu terlihat sangat dia
Read more

BAGIAN DUA BELAS

   Azfer POV Dengan tergesa gesa aku melangkahkan kaki, menuju ruang internet Telekomunikasi    "Tünaydın" (selamat sore) kataku setelah mengetuk pintunya. Aku dapati beberapa rekan Ismet memandangiku sekilas, mereka langsung bekerja kembali begitu aku masuk didepan pintu.   "Tünaydın abi (abi : panggilan untuk orang terdekat yang sopan)" jawab Ismet, aku menghampiri Ismet. Dia tersenyum melihatku.   "Bagaimana abi?"    "Lancar, sesuai alamat?"    "Ismet, aku ingin kamu mengecekkan alamat yang kau berikan dulu padaku" 
Read more

BAGIAN TIGA BELAS

Ana pov    "Apa itu indomie?" Azfer bertanya dengan mukanya yang penasaran. "Indomie mie instan dari Indonesia, produk yang peling murah dan enak banget, kamu wajib coba" kataku pada Azfer, dengan bersungguh-sungghh, ia mengangguk angukan pertanda mengerti. "Gimana rasanya?"  "Enak, apa bapak tidak pernah mencoba ramen?"  "Belum"  "Akh sayang sekali hidup bapak terlalu mononton" aku terkikik geli,  cittttt  Deg! Pak Azfer tidak akan marah dengan selera humorku kan, pikirku sejenak mataku melebar. 
Read more

BAGIAN EMPAT BELAS

Azfer PoVAku langsung pulang ke apartemenku setelah mengantarkan liana, entah kenapa selera humornya membuatku sedikit lebih banyak tersenyum dan tertawa, ternyata dia tidak seperti yg ku pikirkan saat kami bertemu pada awalnya aku mengira dia akan sangat sopan, pendiam dan bayangkan es bertemu es jadinya pasti gunung es, tapi ya aku menyadari aku salah besar,  mungkin waktu itu kami belum terlalu nengenal satu dengan yang lain, budaya orang timur sangat sopan. semoga dia tidak mundur seperti banyak advokat yg telah menangani kasus ini sebelum sebelumnya. Ku hempaskan tubuhku pada primadani empuk, aku benar benar masih memikirkan Xavi, kami bersahabat lama tentu saja, tapi ternyata bersahabat lama itu tidak menjamin bisa mengenal seseorang luar dalam, kenyataan yg baru baru saja terungkap membuat hatiku sedikit tercubit, aku tidak mengenal orang ter
Read more

BAGIAN LIMA BELAS

Author PoV  "Boleh aku masuk?" Kepala Xavi menyembul dibalik pintu kerja Cansu, sedangkan yang ditanya tidak mau repot-repot menoleh pada orang yang barusan saja datang.  "Masuk saja" ucap Canzu tenang, pandanganya tidak beralih dari dokumen yg bertumpuk di mejanya, tanganya masih sangat sibuk mencoret-coret beberapa lembar, sebelum akhirnya dia berhenti dan memandangi orang yang barusan saja datang secara tidak sopan itu. "ada waktu sekarang?" Dengan muka agak badmood Xavi mengehempaskan pantatnya di kursi, dia menghembuskan nafas penat. ”ada yg penting?" Canzu memandangi Xavi dengan seksama di mejanya. "Mengenai?" Dahinya agak berkerut, Xavi langsung memandang Canzu tajam. 
Read more

BAGIAN ENAM BELAS

Author POV Akhirnya Azfer harus kembali lagi kesini, ya ke tempat orang tua Hatice, tidak ada jalan lain, tidak mungkin ia menginterogasi Xavi langsung tampa bukti yang cukup kuat. "Selamat pagi, bisa saya bertemu pak Ahmet, bilang saja saya detektif Azfer" katanya ketika seseorang muncul dibalik lubang gerbang. Orang itu menganguk dan menbukakan pintu. "Mari saya antar anda tuan komisioner" lalu pembantu itu membawa Azfer ke ruang tamu.  "Tunggulah sebentar saya pangilkan tuan dulu" katanya menghilang dibalik tembok penyekat ruangan. Setelah beberapa menit seorang tua berjalan cepat ke arah Azfer, dia adalah ayah Hatice yang Azfer temui, beberapa hari yang lalu sebelum pergi ke Paris.  "Hai tuan komisioner, apa kabar?" Dia mengulurkan tangan pada Azfer. Azfer meyambut hangat uluran tangan Ahmet.  "Kabar baik pak, bagaimana keadaan bapak?"  "Baik baik, ada perlu apa? apakah ada perkembangan kasus Hat
Read more

BAGIAN TUJUH BELAS

Author POV Cansu telah selesai dengan semua ritual harianya. Kegiatanya hari ini memang tidak banyak, selain kekantor dan mengurus anak buahnya untuk perkembangan penyelidikan Azfer. Dreeettt dreeettt Ponsel di meja nakas nya bergetar. Dia menuju kesana dan melihatnya, salah satu orang yang dia punya, yang bertugas dikepolisin memberikan kabar. //Halo nona Canzu// "Ya halo, ada perkembangan?"  //Detektif Azfer menemukan bukti baru, anda harus berhati hati//  "Apa?" Desisnya tajam, matanya menjam dan pikiranya sekarang sedang mencari strategi baru. //Burak Demir, seorang saksi lain perdagangan ilegal anda// mata Cansu seolah ingin melompat dari persediaanya. "Ok, terima aksih dan informasinya" jawab Canzu kalut.  //Kalau ada perkambangan segera saya informasikan// jawab diseberang lalu telephonenya ditutup. Pikiran Canzu tergangu sekarang, semuanya jadi rumit saat kasus ini dipegang
Read more

BAGIAN DELAPAN BELAS

Author POV Pagi ini istanbul cerah, pohon-pohon meniupkan semilir angin sepoi sepoi nan dingin, wanita cantik berwajah indo itu terlihat berjalan cepat ke arah bangunan tua beraksen kuning pastel, banyak orang berlalu lalang disitu mengingat sekarang jam kerja.  Petugas-petugas penjaga sudah siap dengan semua detail seragam mereka, terlihat hakim Serge juga memasuki gedung yang sama. "Günaydın sir" sapa Liana cepat ke arah hakim. Yang disapa berhenti dan tersenyum lebar  "Günaydın An, ada perlu mendesak, pagi sekali kamu datang?"  Ana tersenyum pada hakim separuh baya itu. "Saya sedang ada perlu dengan detektif
Read more

BAGIAN SEMBILAN BELAS

Liana POV Pagi yang cerah sekali pagi ini. Aku jadi bersemangat untuk ke pengadilan Istanbul.  katanya Azfer ingin bercerita tentang perkembangan kasus Emir. Jadi kemarin setelah Azfer membentakku. Aku memang baper dengan satu orang itu. Hari ku habiskan ke perpustakaan karena memang tidak ada yang ku tunggu disana. Akhirnya Azfer meneleponku dulu. Dia tanpa berdosa memintaku untuk membahas kasus Emir kembali, sedikit telepon dari dia sudah membuat hatiku langsung melupakan semua salahnya. ajaib kan? Aku juga merasa sangat bingung dengan hatiku, tapi percuma sakit hati pada laki-laki. karena mereka spesies  yang tidak akan merasa bersalah ketika memang mereka tidak niat. Jadi salah paham bukan termasuk note untuk mereka. Akhirnya aku menyetujui hadir ke kantor Azfer, kenapa jadi aku sangat bersemangat? Akh tidak tau yang aku tau ini baik untuk kedepan. 
Read more

BAGIAN DUA PULUH

Author pov    Liana sudah sampai di depan halaman kantor polisi Istanbul ini. dia sudah janji kemarin dengan Azfer. tapi dia berniat sekalian ketemu dengan hakim Serge. Dilobi ia melihat Azfer sedang berjalan akan keluar atau entahlah, Liana langsung mengejar Azfer  "Komisioner Azfer,,, tunggu!!" Teriak Liana. Kemudian dia berlari menghampiri Azfer cepat.  Yang dipanggil berhenti dan menoleh, ia tersenyum, jenis senyuman yang sering Ana dapatkan dari komisioner tampan itu. Senyuman itu pula yang membuat Ana sampai mimpi, mimpi yang membuat Ana jadi malu sendiri ketika mengingatnya.  "Günaydın" saap Azfer ketika ana sampai didepanya. "
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status