Sebelum ketiga orang itu bergerak, Aji terlebih dahulu memajukan tangannya, "Sebentar, Kisanak! Biarkan istriku menyingkir terlebih dulu. Aku tahu kalian adalah pendekar sejati, jadi tidak akan menyakiti seorang wanita, bukan?" "Hahahaha ...! Tentu saja kami adalah pendekar sejati. Dia boleh menyingkir, tapi jika kau mati, istrimu yang cantik itu akan menjadi milik kami!" jawab seorang dari mereka, sambil menjilat bibirnya."Kau benar, Teman. Sayang sekali jika kulit mulus wanita itu tergores senjata kita," sahut orang lainnya.Meskipun geram mendengarnya, Aji berusaha menahannya. Diantahu jika keselamatan Ratih lebih utama dari pada mengikuti rasa geramnya.Begitu juga dengan hati dia merasa dilecehkan oleh ucapan dua orang lelaki tersebut tangannya sudah terkepal kuat, tapi Aji langsung memegang tangannya."Jangan turuti emosimu. Sebaiknya kau menyingkir dulu dan carilah tempat yang aman!" kata Aji pelan."Berhati-hatilah, Kakang," b
Baca selengkapnya