Share

Eksekusi

"Enak saja kau bicara! Kenapa baru sekarang mengakuiku sebagai putrimu, kemarin kemana saja? Setelah keadaanmu seperti ini baru sadar. Kau tak lebih dari sampah yang pantas dihina!" Diandra tidak bisa mengendalikan kemarahannya. Kedua bola matanya memerah terbakar emosinya yang memuncak.

"Sudah berapa banyak wanita seperti ibuku yang menjadi korban kebejatanmu, biadab?" sambungnya. 

Kodratnya sebagai wanita pun muncul. Jika sedang marah, tidak akan mungkin mengomel dalam waktu singkat. 

Aji mengulum senyum melihat kemarahan Diandra yang terlampiaskan. Dia merasa beruntung karena istrinya selama ini tidak pernah marah sampai sebegitunya. Paling hanya ngambek, itupun cuma sesaat saja karena dia pasti bisa mencairkan kemarahan istrinya.

Pandangan lelaki tampan itupun tertuju kepada pengerjaan tiang gantungan yang letaknya tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Para penduduk laki-laki tampak begitu bersemangat dalam mengerjakannya. Mereka berpiki

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status