Tanpa diduga keempat sosok yang mengepung Aji, ledakan energi yang begitu kuat dan juga panas menghempaskan tubuh mereka. Beruntung mereka masih sempat mengerahkan tenaga dalam untuk menahan hawa panas yang bisa membuat tubuh mereka mengering dalam hitungan detik.
Hanya saja mereka harus merelakan tubuh satu-satunya yang mereka miliki menghajar pepohonan.
"Sialan! Ternyata dia masih punya kekuatan begitu besar," gumam seorang dari mereka. Darah mengalir keluar dari sudut bibirnya akibat luka dalam yang diterimanya. Tubuhnya menggeliat menahan rasa nyeri di punggungnya yang menghantam pohon besar.
Ketiga temannya segera bergabung bersamanya. Raut wajah mereka menunjukkan rasa heran dan juga terkejut dengan apa yang baru saja ditunjukkan lawannya.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya lelaki yang memiliki postur tubuh agak pendek tapi kekar.
"Kalau kalian mau bicara, sebaiknya nanti saja setelah arwah kalian berkumpul
Aji menyipitkan mata untuk melihat lebih jelas sosok hitam yang berdiri 7 meter di depannya. Setelah beberapa detik dia baru menyadari jika sosok hitam itu memakai topeng yang bentuknya menyeramkan."Sepertinya kau perlu memeriksakan matamu, Kisanak," jawabnya dengan nada mengejek."Bangsat, mataku baik-baik saja!" hardik Karman. Bukannya terkejut atau takut, Aji malah tersenyum geli mendengar bentakan Karman. "Kalau matamu masih sehat, kenapa kau masih bertanya apa yang aku lakukan kepada anggotamu?"Karman mendengus geram. Kehormatannya sebagai wakil ketua perguruan Tengkorak Hitam, seperti begitu diremehkan oleh lelaki yang sudah membunuh 4 anggotanya yang bertugas menjaga puncak bukit."Bajingan tengik! Kau harus harus membayar atas apa yang sudah kau lakukan kepada anggotaku!" Kembali Karman membentak dengan suara keras.Aji menghela napas berat. "Kenapa kalian selalu berbicara dengan suara yan
"Apakah alasanku penting bagimu?" Aji terkekeh pelan. Sesekali matanya melirik ke arah Ratih yang sedang bersembunyi di balik sebuah pohon besar.Beruntung kondisi di atas bukit itu begitu gelap sehingga Karman tidak melihat lirikan yang dilakukan Aji."Aku bertanya sekali lagi kepadamu, Bedebah! Katakan apa alasanmu membunuh keempat anggotaku!?" bentak Karman.Aji menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Karman, "Keempat orang itu sudah menghalangi perjalananku, jadi aku terpaksa membunuh mereka.""Bukit ini sampai ke arah sana memang tempat terlarang, jadi wajar jika mereka menghalangimu. Karena tugas mereka memang untuk menjaga agar tidak ada orang yang melewati puncak bukit ini," sahut Karman cepat."Hehehehe ... sejak kapan bukit ini sampai ke sana dikuasai perseorangan? Apakah bukit ini milik nenek moyangmu?" Aji terkekeh sambil membalas ucapan Karman."Atau karena di sana ada perguruan aliran hitam ya
Karman menyambut serangan Aji. Dia bergerak lebih cepat dan menekan lelaki tampan itu, beberapa serangan Aji berhasil dipatahkannya dengan mudah.Setelah bertukar beberapa belas kali serangan, terlihat Aji kembali terpukul mundur. Gerakan Karman semakin lama semakin cepat, dan itu membuat kerepotan."Aku tidak tahu bagaimana caranya keempat anggotaku itubisa mati di tanganmu, tapi saat ini aku akan membalaskan kematian mereka berempat!" Karman muncul tepat di depan Aji dan menyerang dengan pukulannya yang mengandung tenaga dalam besar."Pukulan Arwah Tengkorak!"Aji kembali terdorong ke belakang akibat salah satu pukulan lawan mengenai tubuhnya. Untung saja dia kembali menggunakan perisai api terbalik meski sedikit terlambat.Raut wajah Karman berubah seketika. Dia merasa pukulannya tepat mengenai tubuh lawan, tapi dia merasa pukulannya kembali terkena perisai yang tadi sudah menghisap energinya."Sebenarnya perisai apa yang meli
Karman menatap bekas titik ledakan yang meninggalkan lubang yang cukup lebar. Tanah yang tak bersalah berhamburan ke segala arah dan menimbulkan debu pekat hingga menutupi pandangan.Di lain sisi, Aji merasakan matanya semakin perih dan darah yang keluar dari sudut matanya mulai mengalir perlahan.Dia kembali menarik tenaga dalamnya dan kali ini lelaki tampan itu tidak tanggung-tanggung melakukannya. Bahkan bukan hanya pedangnya saja yang mengeluarkan aura kemerahan, melainkan setiap bagian tubuhnyaWalaupun masih merasakan nyeri di tangannya, mau tak mau Karman harus kembali bersiap untuk menahan serangan lawannya.Matanya terkesiap aura merah terang berbentuk manusia sedang bergerak cepat ke arahnya. Dengan sisa-sisa tenaga dalamnya, lelaki tua itupun mengarahkan ujung pedangnya ke depan seraya bergerak maju menyongsong serangan lawannya.Di saat ujung pedang Naga Bumi hampir ditangkis oleh pedang Karman, Aji menarik serangannya dan melakukan lom
Sebuah pukulan yang dilepaskan Karman dari jarak jauh membuat lelaki tampan itu terlempar ke belakang belasan langkah. Tubuhnya terbanting keras ke tanah dan menciptakan siring panjang lumayan dalam."Apa aku harus mati di sini?" tanyanya dalam hati. Rasa putus asa benar-benar dirasakan Aji. Sudah berbagai cara dia gunakan untuk bisa menghabisi wakil ketua perguruan Tengkorak Hitam tersebut, tapi semua usahanya sia-sia belaka dan seolah-olah lawannya itu memiliki seribu nyawa."Kenapa kau bingung dengan lawanmu itu?"Suara kakek moyangnya tiba-tiba kembali muncul dan terdengar di pikirannya."Kakek ... aku bingung dengan ajian yang dipakai dia. Berulang kali aku memotong lehernya, tapi selalu saja tersambung lagi," jawab Aji"Kenapa kau tidak bertanya padaku? Aku sangat paham segala jenis ilmu hitam dan bagaimana kelemahannya.""Bukannya aku tidak mau bertanya kepada Kakek, tapi aku merasa belum mencoba sampai titik maksimal kema
Selepas mengikat tubuh Karman di batang pohon, Aji tidak langsung turun dari atas pohon. Untuk memastikan tubuh wakil ketua perguruan Tengkorak hitam itu tidak hidup lagi dalam waktu yang akan datang, Aji mencabut pedangnya dan menancapkan di tubuh Karman hingga mengering seperti mumi. Dengan begitu, dia tidak perlu kuatir jika suatu saat nanti pohon besar itu tumbang termakan usia ataupun akibat campur tangan manusia.Hembusan napas panjang keluar dari bibir lelaki tampan itu untuk melegakan pikirannya. Meski dia tahu jika tugasnya untuk menghancurkan perguruan Tengkorak Hitam belum usai, setidaknya satu lagi dedengkot aliran hitam berhasil dikirimnya ke alam akhirat.Satu lompatan membawa tubuh Aji mendarat ringan di atas tanah. Tubuhnya terasa begitu letih dan tulang belulangnya nyeri nyeri akibat dua pertarungan yang begitu panjang. Terutama melawan Karman yang berhasil membuatnya jungkir balik berulang kali terkena pukulan maupun tendangan.Melihat Aj
Malam itu dilalui mereka berdua di atas pohon besar yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari kompleks perguruan Tengkorak hitam. Bahkan jika matahari sudah menunjukkan kegagahannya menyinari bumi, maka bangunan perguruan aliran hitam biru akan terlihat jelas dari atas pohon tempat Aji dan Ratnasari beristirahat.Di saat bersamaan, anggota yang menyisir puncak bukit menemukan 4 jasad teman mereka yang sudah mengering. Mereka segera kembali ke perguruan untuk melaporkan hasil temuan kepada lelaki berjubah dan bertudung kepala hitam yang merupakan ketua perguruan Tengkorak Hitam.Di dalam dunia persilatan, ketua Perguruan Tengkorak Hitam itu dikenal dengan julukan Pendekar Tengkorak Hidup. Selain itu dia juga memiliki nama panggilan khas yang disematkan para pendekar sealiran dengannya, Baramuli.Julukan itu didasarkan dari tubuhnya yang kurus kering dan bahkan tulang wajahnya sampai terlihat menyembul saking kurusnya. Kedua bola matanya begitu masuk ke dalam
Setelah menunggu sampai keempat orang itu pergi, mereka berdua akhirnya melompat turun dan mendarat di tanah tanpa menimbulkan suara sedikitpun.Aji mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mengamati situasi. Setelah dirasa aman, dia mengajak Ratih untuk bergerak mendekati perguruan Tengkorak Hitam."Terus bersikap waspada dan jangan sampai lengah. Kita tidak tahu situasinya seperti apa di depan," ucap Aji pelan.Pandangannya menelisik setiap tempat yang dirasanya berpotensi dijadikan tempat persembunyian teliksandi. Semak yang lebat maupun pohon yang rindang tak luput dari pengamatannya.Setelah hanya berjarak sekitar 30 meter dari pintu gerbang, mereka berdua berhenti dan berlindung di balik sebatang pohon besar.Aji mengamati dan menghitung jumlah anggota Perguruan Tengkorak Hitam yang berjaga di pintu gerbang. Selain itu dia juga melihat beberapa orang lainnya yang berada di sebuah pos pantau dan letaknya