Selepas mengikat tubuh Karman di batang pohon, Aji tidak langsung turun dari atas pohon. Untuk memastikan tubuh wakil ketua perguruan Tengkorak hitam itu tidak hidup lagi dalam waktu yang akan datang, Aji mencabut pedangnya dan menancapkan di tubuh Karman hingga mengering seperti mumi. Dengan begitu, dia tidak perlu kuatir jika suatu saat nanti pohon besar itu tumbang termakan usia ataupun akibat campur tangan manusia.
Hembusan napas panjang keluar dari bibir lelaki tampan itu untuk melegakan pikirannya. Meski dia tahu jika tugasnya untuk menghancurkan perguruan Tengkorak Hitam belum usai, setidaknya satu lagi dedengkot aliran hitam berhasil dikirimnya ke alam akhirat.
Satu lompatan membawa tubuh Aji mendarat ringan di atas tanah. Tubuhnya terasa begitu letih dan tulang belulangnya nyeri nyeri akibat dua pertarungan yang begitu panjang. Terutama melawan Karman yang berhasil membuatnya jungkir balik berulang kali terkena pukulan maupun tendangan.
Melihat Aj
Malam itu dilalui mereka berdua di atas pohon besar yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari kompleks perguruan Tengkorak hitam. Bahkan jika matahari sudah menunjukkan kegagahannya menyinari bumi, maka bangunan perguruan aliran hitam biru akan terlihat jelas dari atas pohon tempat Aji dan Ratnasari beristirahat.Di saat bersamaan, anggota yang menyisir puncak bukit menemukan 4 jasad teman mereka yang sudah mengering. Mereka segera kembali ke perguruan untuk melaporkan hasil temuan kepada lelaki berjubah dan bertudung kepala hitam yang merupakan ketua perguruan Tengkorak Hitam.Di dalam dunia persilatan, ketua Perguruan Tengkorak Hitam itu dikenal dengan julukan Pendekar Tengkorak Hidup. Selain itu dia juga memiliki nama panggilan khas yang disematkan para pendekar sealiran dengannya, Baramuli.Julukan itu didasarkan dari tubuhnya yang kurus kering dan bahkan tulang wajahnya sampai terlihat menyembul saking kurusnya. Kedua bola matanya begitu masuk ke dalam
Setelah menunggu sampai keempat orang itu pergi, mereka berdua akhirnya melompat turun dan mendarat di tanah tanpa menimbulkan suara sedikitpun.Aji mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mengamati situasi. Setelah dirasa aman, dia mengajak Ratih untuk bergerak mendekati perguruan Tengkorak Hitam."Terus bersikap waspada dan jangan sampai lengah. Kita tidak tahu situasinya seperti apa di depan," ucap Aji pelan.Pandangannya menelisik setiap tempat yang dirasanya berpotensi dijadikan tempat persembunyian teliksandi. Semak yang lebat maupun pohon yang rindang tak luput dari pengamatannya.Setelah hanya berjarak sekitar 30 meter dari pintu gerbang, mereka berdua berhenti dan berlindung di balik sebatang pohon besar.Aji mengamati dan menghitung jumlah anggota Perguruan Tengkorak Hitam yang berjaga di pintu gerbang. Selain itu dia juga melihat beberapa orang lainnya yang berada di sebuah pos pantau dan letaknya
Seorang anggota secara perlahan dan tampak takut-takut, membuka pintu gerbang yang terbuat dari kayu tebal tersebut. Jantungnya berdegup kencang karena resikonya bisa begitu besar buatnya, yakni kematian.Setelah pintu gerbang terbuka lebar, tiba-tiba anggota tersebut jatuh tergeletak tanpa ada yang tahu apa penyebabnya.Ditambah lagi dengan para penjaga pintu gerbang yang terlebih dahulu dijemput kematian, kegemparan pun tak kuasa melanda perguruan aliran hitam tersebut.Mereka dibuat panik dengan serangan yang tak terlihat dan tiba-tiba saja melumpuhkan salah satu temannya.Penasaran dengan penyebab kematian temannya, seorang anggota mendekati jasad yang tertelungkup itu dan membaliknya. Terlihatlah di bagian dadanya mengeluarkan rembesan darah yang tak berhenti mengalir.Diperiksanya luka yang menjadi penyebab kematian, dan alangkah terkejutnya lelaki itu setelah tahu yang menancap di dada temannya hanya sebuah poto
Kecepatan yang ditunjukkan Aji membuat anggota perguruan Tengkorak Hitam tidak bisa mengantisipasi serangannya. Dalam beberapa gebrakan saja, belasan anggota perguruan tersebut tergeletak di tanah bersimbah darah.Jeritan kematian terdengar bersahutan setelah Aji meneruskan serangannya. Dalam waktu yang relatif singkat, Aji berhasil menebar teror ketakutan yang begitu mengerikan.Jumlah yang jauh lebih banyak nyatanya tak sanggup membangkitkan semangat anggota perguruan Tengkorak Hitam yang terlanjur anjlok, melihat pembantaian di depan mata.Darah yang menggenang dan bau amis yang menyengat semakin menambah ketakutan yang mereka rasakan.Aji menyeringai menunjukkan kebengisannya. Wajahnya yang tampan dan teduh ternyata berbanding terbalik dengan kekejian yang dilakukannya. Tanpa sedikitpun ada rasa belas kasihan, lelaki tampan itu meneruskan pembantaian besaran-besaran di hari itu.Baramuli bergegas keluar dari kediam
Akibatnya, tubuh kurus Baramuli pun terdorong deras ke belakang. Belum juga dia berhasil menghentikan luncuran tubuhnya, Aji sudah menyusulnya dan kembali melepaskan tebasan dari depan.Kembali ketua perguruan Tengkorak Hitam itu hanya bisa menahannya dengan tongkat hitamnya. Benturan kuat itu kali ini membuatnya terdorong mundur begitu jauh ke belakang hingga menumbangkan beberapa pohon sekaligus."Bagaimana mungkin pendekar lemah sepertimu menjadi ketua perguruan ini!?" ejek Aji sambil terus menyusul luncuran tubuh Baramuli. "Seharusnya pendekar bertopeng yang sudah tewas itulah yang lebih pantas menjadi ketua perguruan.""Aku tidak lemah!" teriak ketua perguruan Tengkorak Hitam itu.Setelah dia bisa mengendalikan luncuran tubuhnya, Baramuli melesat maju menyongsong serangan lawan yang bergerak ke arahnya.Kali ini ganti Baramuli yang menggempur pertahanan Aji tanpa henti. Lelaki kurus berjubah hitam otu tidak terima disebut lemah ole
Dengan tubuh tinggi menjulang setinggi hampir 3 meter dan sebuah tongkat hitam panjang di tangannya, Baramuli semakin terlihat mengerikan dengan adanya sepasang tanduk di kepalanya dan gigi taring panjang yang menyembul keluar dari kedua sudut bibirnya. Ditambah pula dengan rambut panjang tidak terawat sebatas punggung.Tidak terlihat lagi jubah yang biasa dipakai ketua perguruan Tengkorak Hitam itu, hingga terlihat tubuh yang kurus kering dengan tulang penyangga tubuh yang menyembul keluar. Benar-benar sangat kurus bagaikan tengkorak hidup.Aji sedikit terkejut melihat perubahan wujud Baramuli. Tapi di dunia persilatan, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Jangankan perubahan wujud, pendekar aliran hitam lainnya pastinya ada juga yang memiliki ajian aneh, seperti ketika melawan sosok bertopeng menyeramkan yang tidak bisa mati begitu saja.Aj bahkan sampai mendongak melihat tinggi lawannya yang tiga kali lipat dibanding dirinya. Tapi tidak ada rasa takut
Di sisi lain, melihat pertarungan suaminya melawan ketua perguruan Tengkorak Hitam yang berlangsung berat sebelah dengan keunggulan Aji, Ratih pun keluar dari tempat persembunyiannya. Tujuannya adalah untuk menghabisi anggota perguruan aliran hitam tersebut. Dia tidak ingin membiarkan ada anggota perguruan tersebut yang bertahan hidup.Penyerangan yang dilakukan perguruan aliran hitam di saat hari pernikahannya membuat wanita cantik itu begitu dendam."Aku lawan kalian!" teriak Ratnasari dengan menenteng pedang di tangan kanannya.Mendengar suara seorang wanita yang keras dari belakang mereka, Sekitar 30 anggota perguruan Tengkorak Hitam pun membalikkan badan."Ternyata dia tidak sendiri," ucap salah seorang anggota."Tidak usah takut, dia hanya seorang wanita. Kita serang dia!" balas anggota yang lain."Kalau dia memiliki kemampuan tinggi bagaimana? Bukankah itu sama saja dengan kita menyerahkan nyawa saja?""
Aji terpaku menatap abu tubuh ketua perguruan Tengkorak Hitam yang melayang tersapu angin. Dia tidak menyangka jika kekuatan api hitam benar-benar begitu mengerikan. Andaikan menggunakan unsur api terkuat itu ketika melawan sosok bertopeng menyeramkan, tentu dia tidak perlu kebingungan untuk membunuh sosok pemilik ajian Rawarontek tersebut.Setelah memasukkan kembali bilah pedang Naga Bumi ke dalam sarungnya, Aji bergegas membantu istrinya untuk menghabisi anggota perguruan Tengkorak Hitam yang tersisa.Tanpa membutuhkan waktu lama, semua anggota Baramuli pun meregang nyawa menyusul pemimpinnya yang mati dengan cara mengerikan."Kau tidak apa-apa, Istriku?" Aji menatap pakaian Ratih yang bersimbah darah dari para korbannya."Aku tidak apa-apa, Kakang. Kau sendiri bagaimana?""Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja." balas Aji sambil tersenyum kecil melihat darah di wajah istrinya, "Tampaknya kau perlu membersihkan
"Kau! Energi apa yang kau miliki itu?"Raja Iblis dibuat heran dengan kemampuan lawan yang bahkan menurutnya memiliki kekuatan lebih besar dari pada yang dibayangkannya. Selain itu, energi yang keluar dari tubuh lawan sejauh ini tidak pernah diketahuinya."Itu tadi belum seberapa, Iblis busuk! Kali ini aku akan mengeluarkan semua kemampuan yang kumiliki!" Aji yang sudah memegang pedang Mustika Naga Bumi, mengerahkan semua energi yang dimilikinya.‘Tidak mungkin!’ pekik Raja Iblis dalam hati. Dia terkejut dengan energi pemuda itu yang menjadi berlipat ganda, setelah pedang di tangannya mengeluarkan aura hijau terang."Sekarang terimalah ajalmu! Kembalilah kau ke alammu Iblis biadab!” Pedang Mustika Naga Bumi di tangan Aji memancarkan energi yang begitu besar, bahkan lebih besar dari energi yang dikeluarkan Raja Iblis di awal kemunculannya tadi.Tiba-tiba saja, suara tawa Raja Iblis terdengar menggelegar. "Hahaha ... Aku memang terkejut dengan kemampuanmu, manusia hina! Tapi kau pun ju
Setelah debu pekat yang menutupi pandangannya menghilang, Aji yang masih dalam keadaan tergeletak di tanah bisa melihat dengan jelas jika Caraka masih berdiri dengan kokoh di tempatnya berdiri. Bahkan tubuhnya tidak sedikit pun bergeser dari tempatnya semula. Pendekar yang belum genap 30 tahun tersebut merasakan nyeri yang begitu hebat di dadanya. Dia kemudian terbatuk kecil dan lalu memuntahkan darah segar dari mulutnya. ‘Kekuatannya sangat besar. Bahkan energiku saja tidak mampu untuk menggoyahkannya,’ gumam dalam hati. Tubuh Caraka kemudian melayang satu meter di atas tanah. Dia lalu bergerak maju mendekati Aji yang belum juga bangkit berdiri, "Apa kau sudah sadar betapa jauhnya perbedaan kekuatan kita berdua? Aku tahu kau belum mengeluarkan energi terkuatmu, tapi meskipun kau mengeluarkannya, itu tidak akan merubah apapun!" Caraka yang masih merasa geram dengan Aji langsung melesat tanpa terlihat seusai berbicara. Tendangan kerasnya mendarat dengan telak di perut Aji, hingga m
Rasa terkejut Aji belum selesai, tiba-tiba saja muncul bayangan hitam berbentuk cakar naga melayang di angkasa. Bayangan hitam itu menutupi matahari sehingga suasana yang semula terang menjadi redup. “Jurus apapun yang kau keluarkan tidak akan bisa mengalahkan aku!” ucap Ki Brenggolo Karang. Seusai berucap, energi yang lebih besar meluap dari tubuhnya. Secara perlahan energi tersebut semakin membuat Aji tertekan. Namun suami Ratih itu masih menunggu kesempatan untuk menjatuhkan jurus Naga Bumi Mengoyak Langit yang masih mengambang di angkasa. Dia terus menarik unsur alam yang ada di sekitar hutan tersebut untuk menambah daya hancur jurus yang hendak dikeluarkannya. Sejauh ini, Ki Brenggolo Karang belum menyadari apa yang dilakukan Aji. Dia menduga lawannya itu hanya menggunakan tenaga dalamnya untuk bertahan dari tekanan energi yang dikeluarkannya. Selain itu, redupnya sinar matahari juga menurutnya hanya karena tertutup awan tebal saja.Beberapa saat kemudian, Cakar Naga raksasa y
Aura hitam yang menyelimuti tubuh Ki Brenggolo Karang perlahan menghilang. Dia sadar jika terus menggunakannya dalam jangka panjang, yang ada tenaga dalamnya akan berkurang drastis. Murid Caraka itu juga berpikir harus bisa mengefektifkan serangannya lebih tepat lagi. Dia melihat jika lawannya itu masih menyimpan kekuatannya yang sebenarnya. Itu terlihat dari kondisinya yang masih terlihat bugar meski sudah terkena serangannya.Melihat aura hitam di tubuh Ki Brenggolo Karang menghilang, Aji tersenyum lebar. Kuat dugaan energi lawan sudah berkurang cukup signifikan. Memaksa menggunakan kabut beracun dalam jangka panjang jelas menguras energinya.Di antara reruntuhan pepohonan dan kepulan debu, pertarungan sengit masih terus terjadi di antara kedua pendekar yang tidak henti bertukar serangan. Beberapa pohon kembali bertumbangan terkena dampak pertarungan mereka berdua.Seperti terjadi kesepakatan, mereka berdua melompat mundur mengambil jarak. Nafas mereka tersengal-sengal terasa berat
Belum juga sempat menyeimbangkan tubuhnya, serangan kembali muncul tanpa terlihat oleh mata Aji. Dia hanya merasakan energi besar saja yang bergerak menyerangnya. Aji kembali bergerak menghindar. Dia melompat menyamping dua langkah. Namun tiba-tiba sebuah pukulan menghantam punggungnya dengan begitu keras, hingga membuatnya terjungkal dan bergulingan di tanah berulang kali. Batuk kecil terdengar dari mulut Aji. Sesaat kemudian, darah segar meleleh keluar dari sudut bibirnya. Sambil bangkit berdiri, dia mengusap darah tersebut dengan punggung tangannya. Belum sempat pemuda itu berdiri tegak, kembali sebuah serangan yang tidak bisa dilihat menghajar dadanya dengan telak. Beruntung Aji masih sempat menahannya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada ketika merasakan energi besar yang bergerak ke arahnya. Meskipun bisa melindungi dadanya, tapi tak urung tubuh Aji harus kembali terlempar hampir 12 langkah ke belakang hingga membentur sebuah batang pohon.Batuk kecil kembali te
Sementara itu di sekitar lembah, terdapat sebuah gubuk kecil yang berdiri di dekat sungai kecil. Air di sungai itu berasal dari air terjun yang berada tidak jauh dari gubuk itu berdiri. Di dalam gubuk, Sanjaya terlihat duduk sendirian di sudut ruangan dengan wajah pucat pasi. Dia menunggu kedatangan Ki Brenggolo Karang yang menemui Caraka sejak dia baru datang di gubuk tersebut. Menjelang tengah malam, Ki Brenggolo Karang akhirnya kembali ke gubuknya yang biasa digunakannya beristirahat sehari-hari. Sanjaya yang tertidur sambil memeluk lutut, terbangun ketika terdengar suara pintu dibuka. “Ki, akhirnya kau kembali,” ucap Sanjaya pelan.“Kenapa kau kemari tanpa membawa gadis, Sanjaya? Apa kau tidak tahu jika proses yang dilakukan Guru Caraka sudah mendekati akhir?” tanya Ki Brenggolo Karang seraya menatap tajam Sanjaya yang menunduk ketakutan.“Maaf, Ki, sebenarnya tiga gadis tambahan yang dibutuhkan sudah tersedia, tapi sebelum aku membawanya kemari, ternyata anak buahku telah menc
Tubuh tinggi besar itupun terguling hingga menabrak dinding. Suara tubuhnya yang jatuh terdengar cukup keras. Aji berjalan mendekati lelaki itu dan berjongkok di sampingnya. ‘Hmmmm … ternyata pingsan,”’ batinnya. Aji bangkit berdiri untuk melihat kondisi istrinya yang masih berada di dalam kamar. Setelah Aji mengalirkan energinya ke dalam tubuh Ratih, wajah wanita cantik yang pucat itupun kembali segar seperti semula. “Kang, kenapa aku bisa ada di tempat ini?” tanya Ratih. “Panjang ceritanya, nanti saja kuceritakan. Sekarang kita selamatkan dulu gadis yang lain,” kata Aji. Dilihatnya tali tambang di atas sebuah lemari, kemudian diambilnya. ***Tiga orang gadis sudah dikeluarkan dari kamar, salah satunya adalah anak kepala desa Sudirjo. Sedang lelaki bertubuh besar terikat erat di sebuah kursi di ruang tamu. Setelah lelaki itu sadar, Aji pun melakukan interogasi. Dari pengakuannya, lelaki bernama Sanjaya itu diperintah oleh seorang lelaki tua yang merupakan bawahan dari Caraka, s
“Kalian kira aku sedang melucu?” Aji menggeleng dengan satu sudut bibir terangkat naik, “Tapi tidak apa-apa jika kalian berpikir seperti itu. Kalian nanti bisa tertawa sepuasanya setelah kucabut nyawa satu-satunya yang kalian miliki!” Hahahahaha! Semakin keraslah tawa 8 orang penjaga itu. Bahkan tawa mereka sampai terdengar masuk ke dalam dan memantik keingintahuan penjaga yang berada di dalam. Pintu gerbang pun terbuka, beberapa orang tampak keluar menemui 8 penjaga gerbang. “Kenapa kalian tertawa begitu keras, apa ada yang lucu?” tanya seorang penjaga yang baru saja keluar. “Lihatlah dia, katanya dia akan memberi hukuman kepada kita, bukankah itu sesuatu yang lucu? Apa hanya karena dia membawa pedang terus kita harus takut? Hahahaha!” “Kalian pasti akan ketakutan hingga meminta untuk tidak dibunuh!” sela Aji, kemudian bergerak begitu cepat hingga tiba-tiba sudah berada di depan penjaga yang sudah meremehkannya. Jari tangan Aji langsung mencengkeram leher orang itu hingga kesu
Jendela kamar pun terbuka. Dua orang langsung melompat masuk ke dalam. Suasana kamar yang gelap tidak menyulitkan mereka berdua untuk menemukan ranjang yang digunakan Ratih tidur. Perlahan tubuh Ratih diangkat dan dibawa keluar. Satu orang yang berada di luar menerima tubuh wanita cantik itu. Mereka tidak memeriksa terlebih dahulu, karena merasa sudah mendapatkan targetnya. Dari atas atap, Aji merasa heran karena tidak ada perlawanan sedikitpun dari istrinya. Padahal seharusnya jika dalam posisi tersebut, Ratih pasti terbangun. Aji menilai ketiga orang tersebut menggunakan bius untuk membuat istrinya tidak sadar. Ketiga orang itu kemudian pergi sambil membawa Ratih. Suasana yang sepi membuat aksi mereka berjalan lancar tanpa ada halangan hingga keluar desa. Aji terus mengikuti dari belakang, dia menjaga jarak agar tidak diketahui ketiga orang yang membawa istrinya hingga masuk ke dalam hutan. Hampir tiga jam berjalan di dalam hutan, ketiga orang itu akhirnya sampai di bibir hutan,