Beranda / Lain / Pria Super Kaya / Bab 211 - Bab 220

Semua Bab Pria Super Kaya: Bab 211 - Bab 220

311 Bab

Rengekan Dyta

Saat tiba di mansion, hari mulai gelap. Ternyata mereka menghabiskan waktu cukup lama di kafe itu. Sesampainya di rumah, Aldo sudah disambut oleh jam makan malam.“Dave, kamu nggak makan di sini saja? Udah cukup larut pulang ke rumahmu.”Kendaraan mereka baru saja berhenti di depan mansion sekarang ini, Aldo berkata seperti ini karena perut Dave yang tidak tahu malu berbunyi cukup kencang. Asistennya itu sampai mengutuk cacing-cacing di dalam sana.“Tidak perlu, Tuan. Nanti biar saya makan di jalan saja.”“Makan dijalan nanti ketabrak.”“Hah?”“Ya iyalah, makan di jalanan, kalau ada mobil lewat pasti ketabrak kan? Ada-ada saja kamu, Dave.”Dave terkekeh. Ternyata Aldo sedang bercanda dengannya. “Tuan bisa saja.”“Makan di sini saja, ayo turun!”Kali ini Aldo berkata sambil tangannya membuka pintu mobil.“Terima kasih atas taw
Baca selengkapnya

Keisengan Aldo

“Dave, kau juga ikut sama Tiara!”“Hah?”Dave sontak melirik Tiara yang juga sedang menoleh padanya dengan tatapan agak kaget persis seperti ekspresinya.“S-saya … tapi ….”“Jangan banyak alasan, pokoknya harus ikut!”“B-bukannya apa-apa, takutnya malah mengganggu kebersamaan Tuan sama Nona.”Tiara turut mengangguk-angguk di depan sana. Dave duduk saling berhadapan dengan Tiara, entah apa tujuan Aldo, dia juga yang menyarankan tadi. Sesungguhnya Dave menolak makan malam juga karena ini, dia sudah bisa menebak Aldo pasti akan mengerjainya dengan Tiara.Sebab selama di kantor apapun segala hal sering dia kaitkan dengan perempuan itu. Misalnya saat Dave melakukan kesalahan, Aldo akan mengatakan bahwa ia terlalu banyak memikirkan Tiara. Dan terbukti sudah, Aldo memang sungguh mengerjainya saat ini.Ketika Dave membela diri, mulut Aldo sedang penuh, Dyta yang
Baca selengkapnya

Pak Kumis yang Jahat

“Huuuh!”Mau tidak mau akhirnya Dave pun tetap mengalah. Tidak, tepatnya kalah telak! Kemudian segera mundur beberapa langkah lagi menuju pintu di belakang kursi kemudi. Sebelum membukanya, ia menyempatkan diri untuk melirik Tiara yang juga masih terbengong di pintu seberang sebentar saja dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.Hal itu justru membuat Tiara semakin enggan menyentuh handle di depannya, sampai Dyta memberi perintah dia tetap diam. Dave sendiri ikut menegurnya.“Jangan berharap aku akan menggendongmu naik, Nona!”Kekehan sontak terdengar dari barisan depan, Aldo dan Dyta yang agak kaget mendengar kalimat Dave terkekeh, bahkan Aldo sampai terbahak. Pastinya pasangan itu tak menyangka Dave akan mengatakan deretan kata seperti ini.Sementara Tiara jangan ditanyakan lagi, ia lebih terkejut lagi. Ia memasang wajah garang, tapi diam saja, dan hanya merutuk kesal dalam hati. “Menyebalkan! Siapa juga yang minta
Baca selengkapnya

Kekonyolan Dyta

Aldo dan Dyta berlarian kecil menuju ke arah pria tersebut dengan perasaan membuncah di dada, keraguan dan keyakinan berbaur di benak mereka, tak ada yang lebih besar ataupun kecil, jumlahnya sama, salah satunya baru akan menguasai jiwa kedua manusia bijak itu jika telah memastikan kebenarannya. Apalagi ini malam hari, penerangan tidak begitu baik. Bisa saja mereka memang salah lihat.Tidak membutuhkan waktu lama, mereka sudah tiba di hadapan pria yang mereka lihat dari jarak sekitar 30an meter itu. Semakin dekat, keadaan pak tua itu semakin memprihatinkan, dan pastinya semakin jelas pula wajahnya terlihat.“Gimana menurutmu, Do?” Dyta meminta petunjuk Aldo dengan berbisik.“Entahlah, tapi mereka memang mirip,” jawab Aldo mengedikkan bahu.Dyta mengangguk-angguk setuju, "Bukan mirip lagi, tapi kayak kembar. cuman ...."Sejenak Dyta semakin penasaran melihat tubuh renta itu sama sekali tak bergerak. Ia lalu tertarik untuk mel
Baca selengkapnya

Terdengar Miris

Bahkan detik ini pun Dyta masih berusaha curi pandang ke arah pak tua sambil melangkah, pria yang sedang duduk itu tak kalah dengannya, pandangan pak tua mengikuti langkah pasangan tersebut. Sekitar 4 langkah saja, pak tua bersuara menahan kepergian mereka.“Saya seperti pernah melihat kalian,” lontarnya lebih lanjut. “Kalian yang ….”Dyta tetap yang paling menggebu dalam hal ini, ia segera menyambung. “Bapak ingat kami? Jadi Bapak beneran Pak Kumis yang waktu itu kan?”Kumis tipis itu memang masih sama, hanya rambut serta pakaian pria itu saja yang tampak berantakan, serta wajah dan tubuhnya agak kumal layaknya orang-orang yang hidupnya di jalanan.Mendengar kalimat Dyta pak tua menggerakkan seluruh tubuhnya, seperti ingin berdiri, dia memang sedang berusaha bangkit dari posisi duduk. Aldo yang merasa tidak tega baru hendak membantu, tapi dia sudah lebih dulu berhasil menegakkan posisi dengan cukup susah payah.
Baca selengkapnya

Karma yang Kejam

 Sesaat Aldo mengajak pak tua menuju kursi halte yang berada tidak begitu jauh dari tempat mereka berdiri, mendudukkan pria renta itu dengan perlahan, obrolan kecil pun berlangsung setelahnya.Pak tua menceritakan bagaimana dia melewati hari-hari. Aldo dan Dyta menantikan hal ini, karena memang sudah sangat penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya.“Seandainya waktu dapat diulang … saya akan memilih menjadi manusia yang lebih bermanfaat di masa lalu. Tidak akan seangkuh dulu, dengan begitu mudah memperlakukan semua orang bagaikan binatang.”Glek!Pak tua sampai menelan saliva, membayangkan betapa garangnya dia ketika itu. Mentang-mentang dia berkuasa, bisa berbuat seenaknya saja terhadap semua orang!“Tapi coba lihat sekarang ….” Ia melirik dirinya sendiri, yang kini begitu kasihan. “Kalian pasti berpikir ini pantas untukku,” senyumnya lirih.Aldo dan Dyta enggan menanggapi bagian in
Baca selengkapnya

Panik!

Setelah Dyta menuju lantai atas, Aldo juga memilih masuk ke kamarnya tanpa menunggu Tiara memasuki mansion ataupun menghampiri pasangan itu. Namun berbeda dengan Dyta, Aldo bukannya tidak nyaman terhadap salah satu dari mereka atau apapun itu, malahan Aldo akan dengan sangat berani mempertanyakan tentang keasyikan pasangan itu saat ditinggal berduaan, Aldo hanya merasa tak penting mengurusi hal beginian.Lagipula hari ini lumayan melelahkan, dia merasakan seluruh tubuhnya terasa remuk, Aldo butuh beristirahat segera. Hari ini begitu padat padahal awalnya tidak banyak pekerjaan yang dia kerjakan malah bisa pulang lebih awal dari kantor, tapi justru disambut dengan kegiatan tak disangka. Namun baginya cukup menyenangkan dan bermakna pula.Terlebih besok pergi bersama Dyta, Aldo tak ingin menghabiskan sedikit waktu yang tersisa buatnya beristirahat itu lagi. Yah, hanya sedikit saja, hari mulai larut sekitar 6 jam kemudian langit akan kembali terang.***Aldo
Baca selengkapnya

Mencengangkan dan Menegangkan!

“Kalian datang kok nggak bilang-bilang?” protes Atika yang segera menghampiri pasangan itu.“Tante,” sapa Dyta juga sambil mendekati Atika hendak cupika-cupiki seperti biasa.Namun baru 3 langkah Dyta berjalan, Aldo tiba-tiba memanggilnya.“Kamu berdarah, Dyt!” ucapnya panik bukan main.“Berdarah? Mana yang berdarah?” Atika dan Alya tak kalah paniknya.Sedangkan Aldo sudah langsung berlarian ke arah titik kumpul.“Kamu terluka, Dyt? Bagian mana yang sakit?” cecar Atika memutar tubuh Dyta.“Aku nggak tau, Tan … nggak ada yang sakit. Biasa aja kok.”Walaupun begitu, tetap saja Atika merasa perlu mencari tahu tubuh Dyta yang bagian mana yang terluka seperti kata Aldo.Mula-mula mata perempuan paruh baya tersebut langsung tertuju pada kepala bagian belakang Dyta karena gadis itu meraba daerah sana. Namun ia tak menemukan apapun, begitupun dengan D
Baca selengkapnya

Bab 221

Sesaat Aldo bergegas menyusul mereka semua memasuki rumah. Di dalam sana justru ada hal tegang lain yang sedang menanti. Aldo terhenyak, dan seketika menghentikan langkahnya saat melihat seseorang di dalam sana.“Kamu ngapain disini?” hardiknya dengan suara terdengar garang, wajahnya sendiri telah berubah sangat dingin.Orang yang dia bentak tak kalah terkejutnya saat melihat wajah Aldo yang berdiri tegak di hadapannya ketika ia menoleh ke kanan.“K-Kak Aldo …,” sebut orang itu gagap.Aldo melangkah beberapa langkah lebih mendekat orang itu baru berbicara lagi.“Berani banget kamu kesini? Mentang-mentang nggak ada aku di rumah ya, huh?!”“M-maaf ….”Sekarang bahkan tangan Aldo telah menempel pada kerah pakaian orang itu, mengangkatnya tinggi hingga tubuh pria tersebut ikut beranjak.“Maaf saja mungkin nggak akan cukup, karena kamu nggak ada kapoknya!”
Baca selengkapnya

Mempertahankan Pengecut

Aldo tampak duduk lesu di teras belakang, Atika meminta Dyta menghampirinya. Dyta mendekat, dan merebahkan diri duduk di samping Aldo.“Cowok tadi itu siapa sih?”Pertanyaan tersebut yang mengawali pembicaraan pasangan itu.“Aku lagi malas ngomongin dia, bisakah kamu nggak bahas tentangnya?” sahut Aldo ketus.“Alya kayaknya menyukainya.”Walau sudah diperingatkan Aldo, Dyta tak menghiraukan. Dia tetap saja membahas prihal pria tersebut. Usai berucap, Dyta menyodorkan sebotol minuman cola untuk Aldo.“Minumlah, biar kepalamu dingin.”Beruntung kalimatnya itu tidak membuat Aldo yang sedang sensitif itu tersinggung ataupun marah padanya. Sikap Aldo biasa saja, ia justru menerima pemberian Dyta, lalu memutar tutup botol, membuka dan meneguk minuman berwarna merah itu.Cuaca yang cukup panas, serta perjalanan mereka menuju kediaman Eduard menyita banyak waktu, Aldo memang butuh minuman
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
32
DMCA.com Protection Status