Beranda / Romansa / Akhirnya Aku Kembali / Bab 171 - Bab 180

Semua Bab Akhirnya Aku Kembali: Bab 171 - Bab 180

255 Bab

171. Shen Yiyi Merasa Muak!

. . . Sinar matahari telah tenggelam di kota S. Dentang suara jam dinding yang ada di kediaman Shen telah menunjukkan tepat pukul 18.00 petang. Orang-orang mulai berdatangan dan sesekali mereka memuji apa yang mereka lihat. Halaman rumah berukuran besar disana tampak begitu mewah dengan dekorasi lampu-lampu kristal berwarna putih kekuningan. Meja-meja perjamuan telah disiapkan, penuh dengan menu-menu terkenal yang dipesan dari Shangri La, salah satu tempat termahal di kota S. Ditambah, rangkaian-rangkaian bunga yang ditata begitu menawan, semakin menyemarakkan acara ulang tahun yang ditujukan bagi seorang kakek tua berusia lebih dari 80 tahun itu. Suasana di halaman kediaman Shen nampaknya sangat berbeda dengan sebuah kamar dilantai dua. Pintu pada kamar itu masih tertutup rapat. Tidak ada suara sedikitpun selain deru nafas lembut seorang wanita yang saat ini masih berbaring di tempat tidurnya. Sesekali bulu mata lentiknya mengerjap. Suara gedoran pada pintu kamarnya terdengar su
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-24
Baca selengkapnya

172. Drama Dimulai (1)

...Mendekati pukul 19.00 malam, halaman rumah kediaman Shen semakin ramai. Orang-orang terlihat menikmati jamuan di seluruh halaman mewah disana. Namun tidak sedikit pula yang memilih untuk berada di ruang utama keluarga Shen yang ditata layaknya ballroom sebuah hotel."Pestanya meriah sekali meskipun diadakan di rumah," kata salah satu tamu disana."Benar. Aku dengar pesta keluarga Shen awalnya akan diadakan di hotel Shang Ri La. Tapi presidir Shen sedang tidak enak badan, jadi cucunya yang bernama Wei Yuna memindah acara itu disini," terang yang lainnya."Wei Yuna? Apakah dia adalah wanita cantik berbaju merah di depan?" tanya tamu itu kembali."Iya... itu dia," sahut yang lainnya."Benar-benar cantik. Mungkin setelah ini aku akan memberitahukan pada putraku untuk berkencan dengannya," sahut orang itu lagi.Kemeriahan disana begitu nampak manakala orang-orang mulai berkelompok dan berbincang-bincang dengan orang-orang yang mereka kenal. Canda tawa ada dimana-mana. Mereka saling b
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-27
Baca selengkapnya

173. Drama Dimulai (2)

...Acara megah itu telah dimulai. Beberapa penyanyi ternama seperti Li Hua, Chen Yan, beserta group musik mereka, nampak menyanyikan lagu-lagu klasik yang membuat suasana pada malam itu terlihat begitu hidup.Semua orang bergembira. Tanpa sungkan, para pasangan paruh baya dan tetua disana mulai berdansa untuk mengenang memori kebahagiaan mereka di masa silam. Ketua Li dengan isterinya, Mayor Tan dengan kekasih tua-nya, dan bahkan teman veteran presidir Shen juga maju untuk menunjukkan kepiawaian mereka.Wei Dong nampak menginginkan juga kemesraan yang ditampilkan oleh para tamu undngan itu. Dari sisi sayap kanan halaman luas disana, dia melirik sang isteri yang terlihat anggun malam ini dalam balutan kain Cheongsam berwarna merah keemasan. Dia berpikir untuk mengajak wanita itu berdansa sehingga dia menyeberang para kerumunan tamu untuk segera menghampirinya."Isteriku... berdansa-lah denganku," ucap Wei Dong sambil mengulurkan tangannya.Shen Ara nampak terdiam. Dalam hati dia mer
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-28
Baca selengkapnya

174. Mencari Keadilan (1)

...Kedua kakinya bergetar dan keringat dingin mulai membasahi paras cantik gadis bergaun hitam di sudut halaman kediaman Shen. Entah mengapa, sekelebat memori dalam benaknya mulai bermunculan seakan memberinya peringatan kepada jiwanya yang sedang resah."Shen Yiyi, aku akan membunuhmu!" teriak suara itu di dalam ingatannya.Pisau yang berlumuran darah kembali mencuat pada otaknya yang seketika membuatnya merasakan sensasi sakit pada perutnya. Kala itu, sebilah pisau benar-benar menikamnya hingga ia mati dalam kengerian dan kegelapan malam.Shen Yiyi sedikit goyah. Pijakan kakinya mulai lemah akibat serangan psikologis yang mendadak diterimanya. Benar-benar sakit hingga dadanya terasa penuh sesak!"Nona, anda kenapa?" tanya bibi Zhang segera menghampirinya.Shen Yiyi tersadar. Dia menggelengkan kepalanya dan memegang lengan kepala pelayan itu untuk sedikit menenangkan dirinya."Nona, jika anda kurang nyaman, naiklah ke atas," pinta bibi Zhang merasa iba.Shen Yiyi tersenyum hangat.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-29
Baca selengkapnya

175. Mencari Keadilan (2)

......Para petugas itu akhirnya turun dari mobilnya. Mereka berseragam lengkap dengan senjata yang melekat pada tangan mereka masing-masing.Shen Haoran lalu memperhatian para petugas yang sedang berjalan disana. Dia mengernyitkan alisnya karena kebingungan. Seingatnya, keluarga Shen tidak mengundang perwakilan dari kepolisian untuk datang di acara besar mereka. Lalu mengapa mereka datang? batinnya sebelum dia memandang kepada putri kecil yang ada disampingnya."Yiyi, apa yang terjadi?" tanya Shen Haoran.Shen Yiyi tidak bergeming. Sorot matanya masih sama seperti sebelumnya, begitu dingin dan kaku layaknya seorang wanita yang menyimpan dendam di dalam hatinya.“Ayah akan tahu nanti," jawabnyanya singkat sambil memperhatikan gerak-gerik pamannya.Wei Dong mulai mengeluarkan keringat dingin pada dahinya. Tubuhnya terlihat tidak tenang dan kedua kakinya terus mengetuk-ngetuk lantai karena dia merasa resah. Hal itu, tentu menarik perhatian Wei Yuna, putrinya yang berada disampingny
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-03
Baca selengkapnya

176. Kemenangan yang Ternodai!

. . . Hari hampir tengah malam, suasana di dalam sebuah kamar VVIP di rumah sakit terbesar di kota itu nampak sunyi. Suara jarum jam yang melekat pada dinding kamar disanapun terdengar cukup keras di-iringi oleh suara gesekan kertas yang beberapa kali masih sempat terdengar. Mu Shenan, pria dengan tubuh atletis itu saat ini masih membaca majalah dengan halaman kertas yang menyoroti sebuah mesin V12 yang menarik perhatiannya. Sekilas, dia melirik jam dinding yang ada di atasnya untuk mendapati bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 23.50. Itu berarti, apakah tokonya masih buka? Batinnya sebelum dia mendengar sebuah suara gedoran yang memekikkan gendang telinganya. “Mu Shenan!!!!!” seru sebuah suara mengejutkannya. “Brengsek!!!! Ayo cepat buka pintunya!” tambah suara itu yang membuat Mu Shenan langsung terdiam dan menghentikan gerakannya. “Nyonya, maaf. Tuan sudah tidur… Mohon anda kembalilah ke kediaman Shen. Sopir Li akan mengantar anda,” ucap asisten Bai yang terdengar mencoba untu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-05
Baca selengkapnya

177. Hukuman Kecil untuk Suaminya!

...Matahari pagi mulai menyoroti ruang dengan lampu tidur yang sudah dimatikan. Di atas ranjang yang ada disana, seorang pria nampak sedang duduk sembari memegang secangkir kopi hangat ditangannya. Sesekali, pria itu nampak melirik ponsel miliknya yang sejak semalam terus berdering. Hanya saja, dia mengabaikannya karena sedikit takut kepada omelan yang akan diterimanya.“Tuan Mu, apakah ponsel milik anda tidak ingin diangkat?” tanya asisten pribadi yang berdiri disamping ranjangnya.Pria tampan itu nampak melirik ponsel itu kembali. Sekilas, dia dapat melihat notifikasi pesan yang juga tertera disana.Brengsek! ..Beraninya kau!..Sialan!Penuh makian dan luapan amarah. Begitulah isi notifikasi yang sekilas terus bergulir namun tidak dibukanya. Mu Shenan nampak hanya meliriknya. Lalu setelahnya, dia meletakkan cangkir miliknya ke atas meja sembari berbicara kepada sang asisten.“Apakah semalam dia sampai ke rumah dengan baik?” tanya pria itu dengan serius.“Iya, Tuan. Semalam s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya

178. Ingin Menjenguk Bayinya

...Pria berbaju tidur rumah sakit itu terdiam dengan kedua pahanya yang sudah memerah. Wajahnya meringis dan tatapan matanya tertuju pada awan-awan berwarna putih di langit yang nampak cerah dari balik kaca jendela miliknya.Sesekali, dari jendela luar kaca itu, beberapa burung nampak terbang berpasang-pasangan melintasi kamar dimana kedua insan tersebut sedang duduk di bersebelahan di atas ranjang.“Kenapa kau tidak pernah bilang hal itu?” kata sang pria kepada gadis disampingnya.Gadis itu hanya terdiam. Kedua matanya juga terlihat memandang jauh ke hamparan langit yang terlihat luas dari balik jendela di kamar tertinggi pada rumah sakit terbesar di kota S.“Sejak kapan kau begitu peduli?” jawab gadis itu lirih.Mu Shenan menolehkan wajahnya memandang tepat pada isterinya itu. Dalam hati, dia begitu menyesal karena dahulu dia pernah meninggalkan isterinya itu selama dua tahun se-usai pernikahan mereka. Apalagi, setelah mengetahui bahwa Shen Yiyi mengalami hidup dalam tipu musliha
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-08
Baca selengkapnya

179. Isterinya Diambil dengan Paksa!

. . . "Buka!" seru seseorang dari luar. Mu Shenan menarik bibirnya yang hendak melahap habis bibir kenyal milik isterinya. Hatinya terganggu dan keinginannya untuk menyentuh isteri polosnya itu terusik oleh kedatangan seseorang di depan pintu yang sangat tidak diharapkannya. Tok! Tok! Dari luar, asisten Bai nampak sedikit membuka pintu untuk memberitahu identitas tamu yang tiba-tiba datang kesana. “Tuan Mu, ada CEO Shen di depan pint-,” ucap sang asisten yang langsung di-ikuti oleh derap langkah kaki seorang pria paruh baya di belakangnya. “Minggir!” ucap pria paruh baya dengan setelan jas kerja berwarna biru gelap disana. “Putriku, ayo kita pulang,” tegasnya setelah dia benar-benar masuk ke dalam. Shen Haoran berdiri menjulang dengan bahu yang tampak begitu tegap. Sorot matanya menatap tajam dan tatapannya tidak bergeser dari sosok pria muda yang saat ini dirasanya duduk terlalu berhimpitan dengan putri kecilnya yang sangat polos. Licik! pikirnya. “Yiyi, bergeserlah,” celetu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-11
Baca selengkapnya

180. Akankah Berpisah? (1)

. . . Shen Haoran tidak berbicara disepanjang perjalanan menuju ke rumahnya. Di dalam mobilnya, pria paruh baya itu hanya menatap pepohonan yang mereka lalui sembari ingatannya berputar kepada masa dimana isterinya masih hidup. Pada waktu itu... “Suamiku, akan kita beri nama siapa putri kita?” tanya seorang wanita cantik dengan bayi mungil di gendongannya. “Yiyi,” sahutnya. “Aku memberi nama putri kita 'Shen Yiyi'. Dia akan menjadi gadis phoenix secantik dirimu," terang Shen Haoran. “Benarkah?” Wanita cantik itu tersenyum lalu memindahkan bayi miliknya ke pangkuan Shen Haoran. Bayi itu begitu lucu dan menggemaskan dengan pipi berwarna pink kemerahan. Shen Haoran begitu bahagia hingga dia langsung memeluk putri kecilnya itu sebelum dia bersumpah di depan isterinya. “Isteriku, apapun yang terjadi, aku akan menjaganya,” ucap Shen Haoran kala itu. Saat ini, ingatan itu begitu menyeruak dan mengambil alih dunia pria paruh baya yang masih memandangi pepohonan di luar jendela mobil
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
26
DMCA.com Protection Status