. . . "Buka!" seru seseorang dari luar. Mu Shenan menarik bibirnya yang hendak melahap habis bibir kenyal milik isterinya. Hatinya terganggu dan keinginannya untuk menyentuh isteri polosnya itu terusik oleh kedatangan seseorang di depan pintu yang sangat tidak diharapkannya. Tok! Tok! Dari luar, asisten Bai nampak sedikit membuka pintu untuk memberitahu identitas tamu yang tiba-tiba datang kesana. “Tuan Mu, ada CEO Shen di depan pint-,” ucap sang asisten yang langsung di-ikuti oleh derap langkah kaki seorang pria paruh baya di belakangnya. “Minggir!” ucap pria paruh baya dengan setelan jas kerja berwarna biru gelap disana. “Putriku, ayo kita pulang,” tegasnya setelah dia benar-benar masuk ke dalam. Shen Haoran berdiri menjulang dengan bahu yang tampak begitu tegap. Sorot matanya menatap tajam dan tatapannya tidak bergeser dari sosok pria muda yang saat ini dirasanya duduk terlalu berhimpitan dengan putri kecilnya yang sangat polos. Licik! pikirnya. “Yiyi, bergeserlah,” celetu
. . . Shen Haoran tidak berbicara disepanjang perjalanan menuju ke rumahnya. Di dalam mobilnya, pria paruh baya itu hanya menatap pepohonan yang mereka lalui sembari ingatannya berputar kepada masa dimana isterinya masih hidup. Pada waktu itu... “Suamiku, akan kita beri nama siapa putri kita?” tanya seorang wanita cantik dengan bayi mungil di gendongannya. “Yiyi,” sahutnya. “Aku memberi nama putri kita 'Shen Yiyi'. Dia akan menjadi gadis phoenix secantik dirimu," terang Shen Haoran. “Benarkah?” Wanita cantik itu tersenyum lalu memindahkan bayi miliknya ke pangkuan Shen Haoran. Bayi itu begitu lucu dan menggemaskan dengan pipi berwarna pink kemerahan. Shen Haoran begitu bahagia hingga dia langsung memeluk putri kecilnya itu sebelum dia bersumpah di depan isterinya. “Isteriku, apapun yang terjadi, aku akan menjaganya,” ucap Shen Haoran kala itu. Saat ini, ingatan itu begitu menyeruak dan mengambil alih dunia pria paruh baya yang masih memandangi pepohonan di luar jendela mobil
. . . “Kami nyatakan, Tuan dan Nyonya Mu telah resmi bercerai," ucap seorang hakim berjubah hitam seraya mengayunkan palu besar miliknya. Dok! Dok! Dok! Tepuk tangan terdengar begitu riuh memenuhi seluruh ruangan bernuansa hijau disana. Semua orang bersukacita dan ucapan selamat mengalir bersahut-sahutan hingga kepala pria muda yang terduduk di atas kursi dakwaan itu menjadi begitu pening. Segalanya berputar. Penglihataannya mulai kabur oleh hantaman perasaan tidak terima yang menyeruak di dalam batinnya. "Tidak... Jangan..." ucapnya lirih dalam ketidak-berdayaannya. “Shenan, selamat tinggal." Sebuah suara tiba-tiba terdengar mengejutkan Mu Shenan. Wanita itu tersenyum hangat sebelum akhirnya dia berjalan menjauhi pria yang saat ini sangat terluka disana. “Tidak! Jangan ceraikan aku! JANGAN!!!!!” seru Mu Shenan sekencang-kencangnya hingga gedung berwarna hijau itupun mulai goyah dan membuyarkan semua orang disana. Yiyi! Mu Shenan terbangun dengan butiran-butiran keringat yang
...Shen Haoran masih tidak mau berbicara dengan Shen Ara. Selama di kantor, dia hanya diam saja sementara adik angkatnya itu menjelaskan banyak hal kepadanya.“Kakak, aku mohon percayalah. Aku tidak tahu kalau Wei Dong akan sejahat itu kepada Yiyi. Aku tidak ada hubungannya dengan semua ini. Hiks…”Tangis Shen Ara pecah di dalam ruangan bernuansa putih di Perusahaan Shen. Tangan wanita itu bergetar dan air matanya mulai bercucuran. Dia terlihat begitu sedih hingga hal itu menggerakkan hati Shen Haoran yang sebenarnya tidak sepenuhnya menyalahkan Shen Ara atas kesalahan Wei Dong.“Sudahlah Ara, aku tidak menyalahkanmu,” ucap Shen Haoran.Satu kata dari Shen Haoran seketika mengguyur hati wanita itu dengan kelegaan. Sebenarnya, sejak semalam, wanita itu tidak bisa tidur karena dia begitu takut kalau Shen Haoran akan membencinya. Shen Ara tidak siap. Dia benar-benar tidak mampu apabila Shen Haoran benar-benar menjauh dari kehidupannya setelah kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Wei D
. . . Matahari hampir tenggelam di kota S. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 menuju petang dimana semua karyawan kantor telah pulang ke rumah mereka masing-masing, tidak terkecuali seorang CEO di Perusahaan Shen. Tidak seperti biasa, pria paruh baya itu sengaja membatasi pekerjaannya hari ini sehingga dia dapat kembali ke rumah lebih awal. Hal yang dulu selalu dilakukannya disaat Hua Linsi, isterinya itu masih hidup. “Yiyi, ayah pulang.” Shen Haoran menenteng tas kerjanya ditangan kanan, sementara tangan kirinya membawa sebuah paper bag berisi cemilan hangat yang dibelinya selama dia dalam perjalanan pulang. Dahulu, Shen Haoran kerap melakukannya, yakni membawa makanan hangat dan juga beberapa mainan setiap kali dia pulang kerja. Hua Linsi yang menyuruhnya. Isterinya itu tahu bahwa putri mereka sangat menyukai perhatian semacam itu. Hanya saja, kebiasaan kecil tersebut menghilang di-ikuti oleh kebiasaan-kebiasaan lainnya yang juga memudar semenjak Hua Linsi tiada. Shen Haoran
...Hari telah menjelang malam. Wei Yuna terlihat mondar-mandir di depan pintu rumahnya untuk menunggu Shen Ara yang belum kunjung pulang juga. Sudah selama 1 jam, wanita itu ada disana. Kakinya mulai merasa kesemutan dan juga wajahnya tampak pucat karena selama dua hari ini dia tidak bisa tidur lelap seiring kasus pembunuhan yang melibatkan dirinya dan ayahnya.Tin! Tin!Suara klakson mobil berwarna hitam terdengar dari arah gerbang disana. Terlihat jelas seorang penjaga pintu segera berlari untuk membuka pintu gerbang kediaman Wei bagi mobil Shen Ara yang sudah menunggu di depan.Wei Yuna nampak sedikit lega. Setelah mobil yang dinantinya terparkir sempurna di halaman kediaman mereka, Wei Yuna langsung berjalan untuk menghampiri sang ibu.“Ibu? Dari mana saja kau?” tanya Wei Yuna sedikit cemas. “Ayah dari tadi menelepon, tetapi ibu tidak mengangkatnya,” tambahnya.Shen Ara hanya diam. Setelah mengambil beberapa tas dari dalam mobil miliknya, wanita itu menarik lengan Wei Yuna supa
...Hati siapa yang tidak luluh dengan rentetan perhatian-perhatian manis yang diterimanya setiap hari. Sebuket bunga segar di pagi hari, coklat dan boneka lucu pada siang harinya, dan sebuah kunjungan dari sang pejuang cinta yang diberikan pada malam harinya. Semua itu tidak akan mudah ditolak oleh para kaum hawa, termasuk Shen Yiyi yang memang masih memiliki perasaan kuat pada pria yang mendadak romantis dihadapannya."Mu Shenan, kenapa kau datang kemari lagi? Bukankah kemarin aku mengirimu pesan supaya tidak datang?" Shen Yiyi nampak merendahkan volume bicaranya. Jujur saja, saat ini jantungnya berdegup kencang dan kedua pipi bakpaonya itu tampak berwarna kemerahan akibat perasaan malu-malu yang entah mengapa menyelimuti dirinya.Mu Shenan tampak tenang dan memandang wanita itu dengan tatapan hangat. Semenjak datang, Mu Shenan memang tidak banyak berbicara. Melainkan, pria itu seperti disibukkan untuk membenahi rok Shen Yiyi yang sedikit mengkerut, dan juga membersihkan baju Shen
...Shen Yiyi telah sampai di meja ruang makan keluarganya. Dia meletakkan kue serabi pemberian Mu Shenan di pinggiran meja besar itu. Lalu kemudian, Shen Yiyi menarik sebuah kursi dan duduk disebelah ayahnya itu."Yiyi, pria itu sudah pergi?" Shen Haoran mengkerutkan dahinya ketika dia bertanya."Iya, ayah. Dia sudah pergi," sahut Shen Yiyi menjawabnya.Shen Haoran nampak lebih tenang. Setelah mengambil piring dan menyodorkannya pada putrinya, pria paruh baya itu kembali membuka pembicaraan mereka yang sempat tertunda beberapa waktu yang lalu."Berkas perceraianmu sudah hampir siap. Maaf, sepertinya pengurusannya memerlukan waktu lebih lama dari yang ayah kira," ucap Shen Haoran sambil melirik ekspresi putrinya.Pria paruh baya itu entah mengapa merasa sedikit bersalah ketika melihat semburat kesedihan pada kedua bola mata Shen Yiyi.Tidak seperti beberapa waktu yang lalu, ekspresi Shen Yiyi kali ini lebih diam dan cenderung tidak bersemangat.Melihat itu, Shen Haoran seperti akan
...Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Shen Yiyi telah selesai membersihkan dirinya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Hari sudah hampir larut malam, tetapi seseorang menghubunginya. Ada apa? Batinnya sebelum dia mengambil ponselnya dan mendapati bahwa kakek Shen adalah orang yang meneleponnya.“Halo kakek… Selamat malam. Kakek mengapa belum tidur?” sapa Shen Yiyi yang dibalas oleh suara batuk diseberang sana.“Uhuk… uhuk…” Kakek Shen terdengar sedang tidak baik-baik saja. Shen Yiyi megerutkan dahinya dan segera bertanya pada kakeknya itu.“Kakek, apa kau sedang sakit? Aku akan segera menelepon bibi Zhang. Kakek ber-istirahatlah.” Shen Yiyi cukup panik karena dirinya sedang tidak ada disana. Sementara Shen Haoran, ayahnya itu, pastilah saat ini masih sibuk di ruang kerjanya. Shen Yiyi hendak menutup sambungan telepon itu supaya bisa menghubungi kepala pelayannya. Akan tetapi sang kakek lekas-lekas mencegahnya.“Yiyi… Kakek tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya batuk karena udara terlalu dingin,” sahut pria
...Setelah menikmati makan malam, Mu Shenan membawa Shen Yiyi pulang ke apartemen Sky Garden. Meski ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, Mu Shenan tetap merasa senang karena pada akhirnya dia bisa membawa isterinya itu kembali pulang bersamanya.“Biar aku saja,” ucap Mu Shenan mendahului Shen Yiyi mendorong pintu rumah mereka.Ketika mereka sudah sampai di dalam rumah, Mu Shenan buru-buru membantu melepas sepatu isterinya dan menggantinya dengan sebuah sandal rumah yang baru dibelinya. Sandai berbulu itu berwarna peach dengan tatakan kaki yang sangat lembut dan empuk ketika digunakan.“Shenan, apa yang kau lakukan?” tanya Shen Yiyi merasa tidak enak. Bagaimanapun Mu Shenan adalah CEO dari Perusahaan Mu. Lagipula, Shen Yiyi juga tahu bahwa Mu Shenan adalah tipe lelaki dingin yang tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu. Jadi, Shen Yiyi buru-buru menarik kakinya dari pergelangan tangan Mu Shenan ketika pria itu hendak memakaikan sepatu sandal pada kaki yang kedua.
...Dalam lembar pertama album itu, Shen Ping bisa melihat foto Shen Ara ketika dia pertama kali datang ke Kediaman Shen. Wajahnya begitu lusuh dan kulitnya kecoklatan karena terbakar terik matahari. Pada waktu itu, Shen Ping masih ingat, dirinya begitu kasihan dengan gadis remaja yang baru diambilnya dari panti asuhan Kelopak Teratai.Penampilan gadis remaja itu sangat mengingatkan Shen Ping akan masa perang yang pernah dilaluinya ketika dirinya masih muda. Ada begitu banyak anak menjadi yatim piatu dan terlantar pada masa perang yang sudah merebut nyawa banyak orang di wilayah perbatasan. Hati Shen Ping begitu sedih sehingga dia akhirnya mencurahkan kasih sayang kepada gadis remaja itu layaknya putrinya sendiri dan memberinya nama ‘Shen Ara’.'Kenapa kau sampai melakukan hal itu?' tanyanya dalam hati.Shen Ping tidak pernah menyangka bahwa putri angkatnya itu akan bertindak berlebihan pada Shen Yiyi. Sejujurnya, dia tidak bisa memahami alasan Shen Ara melakukannya. Apakah kasih sa
...Suara mobil milik Shen Ara terdengar meninggalkan Kediaman Shen. Dari depan pintu kamarnya, kakek Shen terlihat memegangi dadanya. Sepertinya, pria tua itu mengalami rasa sakit akibat semua musibah yang barusaja terjadi pada keluarga mereka.Kakek Shen meremas dadanya untuk meredakan rasa sakit yang mendadak menyerangnya. Dalam sela-sela kesakitannya itu, beberapa kali dia terdengar mengutuki dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi pada keluarga mereka. Apakah dia tidak becus mengurusi rumah tangga di keluarganya? Apa kesalahannya di masa lalu sehingga dewa-dewa menghukumnya? batin Shen Ping merasa begitu sedih dan getir disaat yang bersamaan atas tindakan Shen Ara.Isteri Haoran telah tiada. Lalu setelahnya, hampir-hampir mereka juga kehilangan Shen Yiyi karena ulah Wei Dong. Kakek Shen berpikir bahwa semua hal-hal buruk yang terjadi di keluarganya sudah usai. Akan tetapi, harapannya tidak terwujud!"Ling!" seru kakek Shen memanggil seorang pelayan yang terlihat dari keja
...Perubahan ekspresi itu dapat ditangkap oleh Shen Haoran. Dalam hati, Shen Haoran merasakan sebuah sayatan ketika dia melihat bagaimana Wei Yuna bisa memainkan mimik wajahnya dengan begitu cepat. Apakah… begini cara Wei Yuna selama ini mempengaruhinya untuk menyalahkan Shen Yiyi? Batin Shen Haoran menarik nafasnya dalam-dalam untuk menahan luapan emosi yang keluar akibat ulah-ulah Wei Yuna yang tiba-tiba bermunculan dalam ingatannya.‘Kartu akses milik Shen Yiyi yang diambil oleh Wei Yuna’‘Perubahan penampilan Shen Yiyi menjadi gadis gila’‘Wei Yuna yang mempengaruhinya untuk memutuskan pernikahan Shen Yiyi’‘Dan juga, Wei Yuna yang dengan senang hati memperkenalkan dirinya sebagai calon isteri Mu Shenan’Sedari awal, bahkan jauh sekali sebelum saat ini, bukankah Wei Yuna memang telah menindas Shen Yiyi? Pikir Shen Haoran mengerutkan kedua alisnya semakin dalam.Sementara Shen Haoran menenangkan emosinya, Shen Ara yang sudah tidak dapat berkata-kata dengan Shen Haoran akhirnya m
...Malam telah menjadi semakin larut. Meski demikian, cahaya lampu di ruang tamu kediaman Shen masih menyala begitu terangnya menyoroti anggota keluarga Wei yang baru saja datang kesana.“Kakak Hao… Kumohon maafkan aku. Percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Shen Yiyi. Yang kulakukan hanyalah-“, ucap Shen Ara berusaha menjelaskan.“Ara, diamlah! Kau tidak perlu menjelaskannya kepadaku,” sahut Shen Haoran dengan wajahnya yang sudah memerah.“Tidak! Kakak Hao, kau harus mendengar penjelasan kami. Jujur saja, aku hanya ingin menyelamatkan Perusahaan Shen. Sama sekali, aku tidak bermaksud mendorong Shen Yiyi pada CEO Yuan Xi itu. Kakak Hao, tolong percayalah… Aku tidak akan setega itu pada keponakanku sendiri,” lanjut Shen Ara yang seketika dibalas sebuah tawa kecut dari Shen Haoran.“Ckck… Apa kau bilang? Kau ingin menyelamatkan Perusahaan Shen? Dan kau tidak akan setega itu kepada Shen Yiyi?” Shen Haoran mengulangi apa yang didengarnya dari adik angkatnya sebelum
...Mu Shenan melaju dengan kecepatan rata-rata menjauhi gedung Balai Kota itu. Setelah dia menyelesaikan permasalahan Shen Yiyi, hatinya merasa lebih tenang meskipun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.‘Aku memang memiliki hubungan di masa lalu dengan Shen Yiyi. Apakah Tuan Mu datang jauh-jauh hanya untuk mengetahui tentang hal ini?’Pernyataan Han Suo masih terngiang begitu jelas di telinga Mu Shenan. Sebelumnya, Mu Shenan hanya menanggapinya dengan suara kekehan ketika dia mendengar pria muda itu mengatakannya. Akan tetapi, ada satu hal yang mengusik hati Mu Shenan ketika dia melihat ekspresi wajah CEO dari Yuan Xi itu. Dari apa yang dia lihat, pria bermarga Han itu sedang tidak berbohong. Lalu sebenarnya apa hubungan Shen Yiyi dan Han Suo di masa lalu? Batin Mu Shenan.Untuk beberapa waktu, Mu Shenan tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Namun sesaat setelah Mu Shenan menyadari bahwa Shen Yiyi sedang memperhatikannya, cepat-cepat pria itu merubah ekspresi pada wajahny