...Shen Yiyi telah sampai di meja ruang makan keluarganya. Dia meletakkan kue serabi pemberian Mu Shenan di pinggiran meja besar itu. Lalu kemudian, Shen Yiyi menarik sebuah kursi dan duduk disebelah ayahnya itu."Yiyi, pria itu sudah pergi?" Shen Haoran mengkerutkan dahinya ketika dia bertanya."Iya, ayah. Dia sudah pergi," sahut Shen Yiyi menjawabnya.Shen Haoran nampak lebih tenang. Setelah mengambil piring dan menyodorkannya pada putrinya, pria paruh baya itu kembali membuka pembicaraan mereka yang sempat tertunda beberapa waktu yang lalu."Berkas perceraianmu sudah hampir siap. Maaf, sepertinya pengurusannya memerlukan waktu lebih lama dari yang ayah kira," ucap Shen Haoran sambil melirik ekspresi putrinya.Pria paruh baya itu entah mengapa merasa sedikit bersalah ketika melihat semburat kesedihan pada kedua bola mata Shen Yiyi.Tidak seperti beberapa waktu yang lalu, ekspresi Shen Yiyi kali ini lebih diam dan cenderung tidak bersemangat.Melihat itu, Shen Haoran seperti akan
..."Aku dengar Haoran sedang mempersiapkan berkas perceraianmu dengan Shenan. Bagaimana pendapatmu?" ucap kakek Shen yang dapat didengar oleh Shen Haoran yang tanpa sengaja sedang melewati kamar utama dilantai bawah itu.Langkah kaki Shen Haoran langsung terhenti. Pintu kamar pria itu tidak tertutup sepenuhnya sehingga dari tempatnya berdiri, Shen Haoran masih dapat melihat ekspresi putrinya dari celah pintu yang sedikit terbuka."Kakek, sebenarnya aku...," jawab putrinya terjeda seakan gadis itu tidak yakin dengan perceraian yang sedang diatur oleh Shen Haoran.Sebagai seorang ayah, Shen Haoran sangat tahu isi hati putrinya itu meskipun saat ini Shen Yiyi sama sekali tidak mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Putrinya itu masih sangat tergila-gila dengan putra keluarga Mu.Hati Shen Haoran sedikit tergerak. Hampir saja dia ingin menarik keputusannya dan hampir saja dia ingin mengijinkan putrinya itu memilih masa depannya andaikata dia tidak teringat akan ucapan Wei Yuna kep
...Mu Shenan memegang sebuah buku misterius ditangannya. Semenjak pagi, pria itu sengaja mengosongkan jadwalnya hanya untuk membolak-balikkan halaman buku seakan dia ingin mempelajari dengan sungguh-sungguh setiap hal yang tertulis di dalamnya.Baik sekretaris Ji, Yun, dan Gu, mereka semua tidak mengerti ada apa dengan bos besarnya. Yang jelas, mereka tahu bahwa buku itu pasti tidak berkaitan dengan urusan perusahaan karena gambar sampulnya yang seperti dikhususkan untuk para remaja. Pemandangan itu tentu saja mengherankan bagi para sekretaris yang saat ini telah berkumpul diluar jendela kaca sang bos besar. "Eh, kau tahu ada apa dengan CEO akhir-akhir ini?" tanya sekretaris Ji begitu penasaran.Sekretaris Ji memegang nampan berisi kopi ekspresso di atasnya. Awalnya, pagi ini dia ingin mengantarkan kopi untuk tuannya itu, namun langkah kakinya terhenti karena dia melihat dua rekannya yang lain telah berkumpul di depan pintu kantor CEO mereka."Tidak tahu. CEO Mu sepertinya sangat
. . . “Kepala Bai, sebenarnya, apa yang sedang dipelajari oleh CEO Mu selama beberapa hari ini?” tanya sekretaris Ji dengan sangat penasaran. “Iya, saya juga sangat penasaran. Kepala Bai, ayolah. Jika boleh tahu, saya juga akan membelinya supaya saya bisa sehebat CEO Mu,” celetuk sekretaris Yun sambil melirik ke arah laci dimana buku itu tadi diletakkan. Asisten Bai merasa kebingungan menjawab semua pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Para sekretaris itu mendekatinya dengan wajah polos penuh tanda tanya. Bagaikan para biksu kecil, mereka terlihat sangat ingin belajar dari seorang suhu yang barusaja meninggalkan selembar mantra suci pada laci kerjanya. Kalau demikian, tega-kah asisten Bai mengatakan bahwa CEO panutan mereka baru saja mempelajari buku ’15 Cara Menyatakan Cinta Tanpa Berkata Cinta?’ Huhuhu! Jelas asisten Bai tidak akan tega menghancurkan semangat dan dedikasi para sekretaris yang menjadi bawahannya itu! “Kemarilah, akan kuberitahu,” bisik asisten Bai pada akhirn
...Shen Yiyi masih bersama dengan Nyonya besar tua. Mereka berbincang cukup lama mengenai kesehatan sang nenek mertua yang pada bulan-bulan sebelumnya sempat menurun. "Nenek, setelah ini, aku akan mengantar nenek pulang. Beristirahatlah dirumah supaya nenek cepat pulih," ucap Shen Yiyi sambil mengusap punggung tangan nyonya besar tua.Wanita tua itu lantas tersenyum. Dia berbalik memandang wajah cucu menantunya dengan penuh kasih sayang. Lalu setelahnya dia mengucapkan kata-kata yang membuat semua orang disana merasa terenyuh mendengarnya."Aiyo... Yiyi. Kau tahu bahwa kau adalah hidupku. Aku bahkan lebih mengasihimu daripada cucu bodohku itu. Hanya saja, aku tidak tahu apakah aku masih bisa bertahan hidup setelah mendengar perkataan Haoran semalam," ucapnya lirih menyindir Shen Haoran yang barusaja datang.Shen Haoran tidak berkata apa-apa. Melihat besannya datang, dia dengan sopan memberikan penghormatan sebelum akhirnya dia juga ikut duduk diujung sofa berdekatan dengan sebuah g
..."Memangnya siapa yang akan bercerai?" Pria tampan dengan setelan jas karya Brioni Vanquis II itu terlihat memasukkan satu tangan ke saku celananya seraya dia menunggu jawaban dari orang-orang disana. Tok! Tok! Tok!"Permisi...," Dibelakang Mu Shenan, seorang pengacara sewaan Shen Haoran telah datang.Mu Shenan sedikit menoleh dan dahinya tampak berkerut saat dirinya menangkap judul dokumen dalam map berwarna hitam yang dibawa oleh orang itu."Selamat pagi, Tuan Shen dan semuanya," sapa pengacara Tang sembari memberikan penghormatan pada semua orang yang ada disana."Selamat datang pengacara Tang. Apakah anda sudah membawa suratnya?" tanya Shen Haoran."Oh, surat permohonan perceraiannya sudah jadi, Tuan. Pasangan yang akan bercerai hanya tinggal menanda-tanganinya saja," terang pengacara itu yang seketika membuat Nyonya besar tua mengalami sesak nafas. "Aduh, dadaku..." keluh sang nyonya besar tua."Nenek... Nenek... Kau kenapa?" Shen Yiyi lekas-lekas membantu nyonya besar tua.
...'Aku sudah menghamilimu. Memangnya dengan siapa lagi kau akan hidup, jika tidak denganku' Kata-kata Mu Shenan kepada Shen Yiyi dapat didengar jelas oleh Wei Yuna yang tidak sengaja juga ada tidak jauh dari mereka.Hati Wei Yuna langsung pecah! Berita kehamilan itu bagaikan sebuah petir yang menyambar jantungnya begitu saja. Memundurkan langkahnya, wanita itu meremas dadanya yang terasa begitu sakit. Pilu dan pedih hingga Wei Yuna tidak mampu untuk bernafas. Mu Shenan dan Shen Yiyi... ternyata mereka berdua telah...?! batinnya dengan kedua mata memerah.Dada Wei Yuna sangat sesak. Letupan-letupan emosi dalam sekejap menjalar ke seluruh tubuhnya hingga dia-pun bergetar hebat. “Wei Yuna, pulanglah.” Sebuah suara terdengar dari belakangnya. Sesosok wanita paruh baya dengan gaun tebal dari bahan wol terlihat berjalan kesampingnya dan menepuk pundaknya untuk menenangkannya. “Itu adalah alasanmu untuk membunuhnya,” tambah wanita paruh baya itu menegaskan.Wei Yuna menolehkan wajahnya
...Mu Shenan pada akhirnya ikut masuk ke dalam ruang makan itu meskipun tanpa disuruh. Disana, semua orang nampaknya telah duduk di depan meja persegi panjang besar yang sudah penuh dengan makanan.Kakek Shen duduk diujung meja kanan, Shen Haoran duduk diujung meja sebelah kiri. Sementara pasangan nenek dan cucu menantu tidak terpisahkan itu duduk saling berdampingan di salah satu sisinya.Kedatangan Mu Shenan membuat kepala pelayan langsung bereaksi. Posisi meja makan itu sudah membentuk huruf 'n'. Jadi secara reflek, pelayan itu menarik kursi di sisi meja yang kosong dan mempersilahkan Mu Shenan untuk duduk sendirian disana."Tuan Mu, silahkan duduk," ucap kepala pelayan berbaju hitam itu.Mu Shenan memajukan langkahnya. Tangannya saat ini telah memegang kepala kursi namun dia merasa enggan untuk duduk dibagian yang disediakan oleh bibi Zhang.Bukan tanpa alasan. Mu Shenan hari ini memang khusus datang untuk dekat-dekat dengan Shen Yiyi. Karena setelah ini, dia akan melakukan age
...Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Shen Yiyi telah selesai membersihkan dirinya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Hari sudah hampir larut malam, tetapi seseorang menghubunginya. Ada apa? Batinnya sebelum dia mengambil ponselnya dan mendapati bahwa kakek Shen adalah orang yang meneleponnya.“Halo kakek… Selamat malam. Kakek mengapa belum tidur?” sapa Shen Yiyi yang dibalas oleh suara batuk diseberang sana.“Uhuk… uhuk…” Kakek Shen terdengar sedang tidak baik-baik saja. Shen Yiyi megerutkan dahinya dan segera bertanya pada kakeknya itu.“Kakek, apa kau sedang sakit? Aku akan segera menelepon bibi Zhang. Kakek ber-istirahatlah.” Shen Yiyi cukup panik karena dirinya sedang tidak ada disana. Sementara Shen Haoran, ayahnya itu, pastilah saat ini masih sibuk di ruang kerjanya. Shen Yiyi hendak menutup sambungan telepon itu supaya bisa menghubungi kepala pelayannya. Akan tetapi sang kakek lekas-lekas mencegahnya.“Yiyi… Kakek tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya batuk karena udara terlalu dingin,” sahut pria
...Setelah menikmati makan malam, Mu Shenan membawa Shen Yiyi pulang ke apartemen Sky Garden. Meski ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, Mu Shenan tetap merasa senang karena pada akhirnya dia bisa membawa isterinya itu kembali pulang bersamanya.“Biar aku saja,” ucap Mu Shenan mendahului Shen Yiyi mendorong pintu rumah mereka.Ketika mereka sudah sampai di dalam rumah, Mu Shenan buru-buru membantu melepas sepatu isterinya dan menggantinya dengan sebuah sandal rumah yang baru dibelinya. Sandai berbulu itu berwarna peach dengan tatakan kaki yang sangat lembut dan empuk ketika digunakan.“Shenan, apa yang kau lakukan?” tanya Shen Yiyi merasa tidak enak. Bagaimanapun Mu Shenan adalah CEO dari Perusahaan Mu. Lagipula, Shen Yiyi juga tahu bahwa Mu Shenan adalah tipe lelaki dingin yang tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu. Jadi, Shen Yiyi buru-buru menarik kakinya dari pergelangan tangan Mu Shenan ketika pria itu hendak memakaikan sepatu sandal pada kaki yang kedua.
...Dalam lembar pertama album itu, Shen Ping bisa melihat foto Shen Ara ketika dia pertama kali datang ke Kediaman Shen. Wajahnya begitu lusuh dan kulitnya kecoklatan karena terbakar terik matahari. Pada waktu itu, Shen Ping masih ingat, dirinya begitu kasihan dengan gadis remaja yang baru diambilnya dari panti asuhan Kelopak Teratai.Penampilan gadis remaja itu sangat mengingatkan Shen Ping akan masa perang yang pernah dilaluinya ketika dirinya masih muda. Ada begitu banyak anak menjadi yatim piatu dan terlantar pada masa perang yang sudah merebut nyawa banyak orang di wilayah perbatasan. Hati Shen Ping begitu sedih sehingga dia akhirnya mencurahkan kasih sayang kepada gadis remaja itu layaknya putrinya sendiri dan memberinya nama ‘Shen Ara’.'Kenapa kau sampai melakukan hal itu?' tanyanya dalam hati.Shen Ping tidak pernah menyangka bahwa putri angkatnya itu akan bertindak berlebihan pada Shen Yiyi. Sejujurnya, dia tidak bisa memahami alasan Shen Ara melakukannya. Apakah kasih sa
...Suara mobil milik Shen Ara terdengar meninggalkan Kediaman Shen. Dari depan pintu kamarnya, kakek Shen terlihat memegangi dadanya. Sepertinya, pria tua itu mengalami rasa sakit akibat semua musibah yang barusaja terjadi pada keluarga mereka.Kakek Shen meremas dadanya untuk meredakan rasa sakit yang mendadak menyerangnya. Dalam sela-sela kesakitannya itu, beberapa kali dia terdengar mengutuki dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi pada keluarga mereka. Apakah dia tidak becus mengurusi rumah tangga di keluarganya? Apa kesalahannya di masa lalu sehingga dewa-dewa menghukumnya? batin Shen Ping merasa begitu sedih dan getir disaat yang bersamaan atas tindakan Shen Ara.Isteri Haoran telah tiada. Lalu setelahnya, hampir-hampir mereka juga kehilangan Shen Yiyi karena ulah Wei Dong. Kakek Shen berpikir bahwa semua hal-hal buruk yang terjadi di keluarganya sudah usai. Akan tetapi, harapannya tidak terwujud!"Ling!" seru kakek Shen memanggil seorang pelayan yang terlihat dari keja
...Perubahan ekspresi itu dapat ditangkap oleh Shen Haoran. Dalam hati, Shen Haoran merasakan sebuah sayatan ketika dia melihat bagaimana Wei Yuna bisa memainkan mimik wajahnya dengan begitu cepat. Apakah… begini cara Wei Yuna selama ini mempengaruhinya untuk menyalahkan Shen Yiyi? Batin Shen Haoran menarik nafasnya dalam-dalam untuk menahan luapan emosi yang keluar akibat ulah-ulah Wei Yuna yang tiba-tiba bermunculan dalam ingatannya.‘Kartu akses milik Shen Yiyi yang diambil oleh Wei Yuna’‘Perubahan penampilan Shen Yiyi menjadi gadis gila’‘Wei Yuna yang mempengaruhinya untuk memutuskan pernikahan Shen Yiyi’‘Dan juga, Wei Yuna yang dengan senang hati memperkenalkan dirinya sebagai calon isteri Mu Shenan’Sedari awal, bahkan jauh sekali sebelum saat ini, bukankah Wei Yuna memang telah menindas Shen Yiyi? Pikir Shen Haoran mengerutkan kedua alisnya semakin dalam.Sementara Shen Haoran menenangkan emosinya, Shen Ara yang sudah tidak dapat berkata-kata dengan Shen Haoran akhirnya m
...Malam telah menjadi semakin larut. Meski demikian, cahaya lampu di ruang tamu kediaman Shen masih menyala begitu terangnya menyoroti anggota keluarga Wei yang baru saja datang kesana.“Kakak Hao… Kumohon maafkan aku. Percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Shen Yiyi. Yang kulakukan hanyalah-“, ucap Shen Ara berusaha menjelaskan.“Ara, diamlah! Kau tidak perlu menjelaskannya kepadaku,” sahut Shen Haoran dengan wajahnya yang sudah memerah.“Tidak! Kakak Hao, kau harus mendengar penjelasan kami. Jujur saja, aku hanya ingin menyelamatkan Perusahaan Shen. Sama sekali, aku tidak bermaksud mendorong Shen Yiyi pada CEO Yuan Xi itu. Kakak Hao, tolong percayalah… Aku tidak akan setega itu pada keponakanku sendiri,” lanjut Shen Ara yang seketika dibalas sebuah tawa kecut dari Shen Haoran.“Ckck… Apa kau bilang? Kau ingin menyelamatkan Perusahaan Shen? Dan kau tidak akan setega itu kepada Shen Yiyi?” Shen Haoran mengulangi apa yang didengarnya dari adik angkatnya sebelum
...Mu Shenan melaju dengan kecepatan rata-rata menjauhi gedung Balai Kota itu. Setelah dia menyelesaikan permasalahan Shen Yiyi, hatinya merasa lebih tenang meskipun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.‘Aku memang memiliki hubungan di masa lalu dengan Shen Yiyi. Apakah Tuan Mu datang jauh-jauh hanya untuk mengetahui tentang hal ini?’Pernyataan Han Suo masih terngiang begitu jelas di telinga Mu Shenan. Sebelumnya, Mu Shenan hanya menanggapinya dengan suara kekehan ketika dia mendengar pria muda itu mengatakannya. Akan tetapi, ada satu hal yang mengusik hati Mu Shenan ketika dia melihat ekspresi wajah CEO dari Yuan Xi itu. Dari apa yang dia lihat, pria bermarga Han itu sedang tidak berbohong. Lalu sebenarnya apa hubungan Shen Yiyi dan Han Suo di masa lalu? Batin Mu Shenan.Untuk beberapa waktu, Mu Shenan tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Namun sesaat setelah Mu Shenan menyadari bahwa Shen Yiyi sedang memperhatikannya, cepat-cepat pria itu merubah ekspresi pada wajahny